Orangufriends

ORANGUFRIENDS JAKARTA DI RUMAH PINTAR WARAKAS

Dini, alumni COP School Batch 7 bersama sahabatnya Cici dan Robby mengunjungi Rumah Pintar Warakas yang berada di Jl. Warakas 1 gg. 1 No. 1 RT 01/RW 01, Tj. Priok, Jakarta Utara. Sejak pukul 09.00 WIB Orangufriends Jakarta ini sudah berada di tengah-tengah keduapuluh empat anak yang berusia antara 5 sampai 14 tahun.

“Kami mengawalinya dengan perkenalan, sekitar 3 menitan lah. Kemudian dilanjutkan dengan materi utama tentang pengenalan jenis-jenis satwa dan kesejahteraannya.”, kata Dini. Untuk mempermudah penjelasan, mereka memutarkan video. Trik bagus… anak-anak langsung fokus. “Ternyata banyak anak-anak yang baru mengetahui jenis-jenis satwa liar.”, tambahnya. Disinilah kesempatan kami untuk menyampaikan peranan satwa-satwa liar itu untuk keberlangsungan alam, terutama orangutan. “Asik loh mengajak anak-anak untuk peduli pada orangutan dan satwa liar lainnya yang terancam punah di Indonesia.”, ujar Robby yang merupakan pengurus Rumah Pintar Warakas juga.

Melalui gambar dan berdogeng tentang bayi orangutan yang kehilangan ibunya akibat pemburu dan penebangan hutan liar sempat membuat suasana menjadi muram. Salah satu anak ada yang menangis dan berkata, “kasihan… mamanya ngga ada…”. Tenyata anak-anak serius menyimak materi yang disampaikan Dini, sampai-sampai pertanyaan penuh penasaran mereka lontarkan dengan tak sabar.

Permainan ringan juga semakin membuat anak-anak bersemangat ditambah dengan lagu yang liriknya menyebutkan nama-nama satwa diiringi dengan gerakan yang semakin menghibur anak-anak. “Kami berharap dapat mensosialisasikan perlindungan satwa liar ke sekolah-sekolah lain. Jika sejak dini ditanamkan rasa peduli, insyaAllah kelak mereka tumbuh dewasa dengan mengetahui apa yang akan mereka lakukan untuk alam ini.”

“Gajah dan Harimau, Elang dan Kakak tua. Badak dan si Rusa dan Orangutan. Itulah nama-nama satwa di Indonesia. Mulai dari sekarang jagalah alam…”. (Dini_Orangufriends)

PONDASI KANDANG KARANTINA UNTUK KEBEBASAN 4 ORANGUTAN

Ada empat orangutan yang akan ditarik dari pulau orangutan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan. Keempat orangutan ini akan di karantina sebelum dilepasliarkan ke habitatnya. Novi si orangutan berteman anjing yang tinggal di bawah kolong rumah dengan rantai yang melingkar di lehernya dari kecamatan Kongbeng, Kalimantan Timur, lalu Unyil yang bertahun-tahun tinggal di toilet dan akhirnya pada 13 April 2015 masuk pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo, Untung yang jari tangannya tak lengkap dan Leci si kecil yang lincah adalah empat orangutan yang akan menjalani proses ini.

Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo memerlukan kandang karantina untuk keempat orangutan tersebut. Kandang bekas Owa yang berada dekat klinik akan dibongkar dan pembangunan kandang karantina untuk keempat orangutan ini akan segera dimulai.

29 Januari 2018, tim mulai menggali lubang untuk pondasi kandang. Bahan-bahan bangunan juga mulai dimasukkan ke lokasi. Tim kecil pembangunan ini dibantu oleh para relawan COP. Terimakasih orangufriends yang telah menyumbangkan tenaga dan waktunya dalam pembangunan kandang untuk keempat orangutan yang segera dilepasliarkan dalam tahun 2018 ini. Mari orangufriends yang ingin membantu dari kejauhan bisa lewat Bersama, kita pasti bisa.

ORANGUFRIENDS BANDUNG: AIR MATA PRIMATA

Aksi damai di halaman Gedung Sate Bandung, Selasa (30/01) untuk memperingati hari Primata Nasional oleh sekelompok animal defender merupakan hasil dari keresahaan mereka yang peduli pada primata seperti orangutan, owa jawa, lutung, monyet dan yang lainnya. Sejak pukul 10 hingga tengah hari, Orangufriends Bandung, Indonesia Rainbow, Mapak Alam Universitas Pasundan dan dihadiri juga oleh seniman Bandung dari Sekolah Rakyat ibu Inggit Garnasih dan Wanggi Hoed dengan dikoordinir Jakarta Animal Aid Network (JAAN) terfokus pada Indonesia Bebas Topeng Monyet.

Pertunjukkan monyet yang sedang sedih, ketakutan dan merasa terancam saat dilakukan penyiksaan diharapkan dapat menjelaskan di balik ‘hiburan’ topeng monyet selama ini. Ekspresifnya pantomime dan long march dari Indonesia Rainbow di jalan Dago hingga Gedung Sate juga semakin mencuri perhatian dengan atribut topeng kukangnya. Tak ketinggalan Orangufriends Bandung mengedukasi masyarakat tentang keberadaan orangutan Indonesia yang terancam punah.

“Aksi gabungan beberapa organisasi dan perorangan ini jadi pengalaman berharga di awal tahun 2018 ini. Kita peduli dan kita tidak sendirian… ini semakin memberi semangat untuk semakin peduli pada primata. Kalau bukan kita yang bicara… siapa lagi?”, ujar Gadis, orangufriends Bandung.

Centre for Orangutan Protection bangga pada orangufriends (kelompok pendukung COP) yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan dunia. Orangufriends terus menyuarakan kepeduliannya pada satwa maupun lingkungannya, tak terbatas tempat dan waktu. Orangufriends adalah agen perubahan dunia konservasi. (Gadis, Orangufriends)

RELAWAN COP BORNEO SAAT NATAL DAN TAHUN BARU 2018

Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengisi waktu liburan. Contohnya ya menjadi relawan di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Ini adalah pusat rehabilitasi orangutan satu-satunya yang didirikan oleh putra-putri Indonesia. Jadi selama libur hari Natal, para karyawan COP Borneo ada yang libur untuk menjalankan ibadah. Sementara kegiatan di pusat rehabilitasi harus tetap berjalan. Untuk mengantikan tugas beberapa karyawan inilah para relawan sangat dibutuhkan.

Setelah melalui beberapa tahapan, baik secara administrasi maupun pemeriksaan kesehatan, para relawan akhirnya bisa bertugas di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Apa saja sih yang menjadi tanggung jawab mereka? Salah satunya ya menyediakan makanan orangutan. Mulai dari belanja pakan di pasar dan ladang masyarakat, menimbang buah, memotong-motong dan mengantarkan makanan tersebut ke pulau orangutan. Selain itu juga mengawasi aktivitas orangutan di pulau, apakah mereka bertingkah laku wajar, apakah mereka mendapatkan makanan semua sampai ada perkelahian atau tidak.

“Seru sih pastinya.”, ujar Nur dan Oniel yang merupakan orangufriends Samarinda. Yang pasti, kamu harus siap hidup tanpa signal telepon apalagi internet. Kamu juga harus siap hidup terbatas dengan aliran listrik. Terimakasih Nur, Oniel dan Danang (Surabaya). Semoga pengalaman kali ini menjadikan liburan akhir tahunmu lebih berarti dan mengajak teman-temanmu untuk ikut peduli pada kerabat kera besar kita yang satu ini.

REGENERASI ALA CENTRE FOR ORANGUTAN PROTECTION

Tumbuh dan berkembangnya organisasi perlindungan orangutan asli Indonesia ini dapat dilihat dari caranya menghasilkan generasi muda yang akan melanjutkan nafas konservasi ini. Centre for Orangutan Protection menjalankan sekolah konservasi tahunannya yang disebut dengan COP School. Dua ratus dua puluh satu orang dengan dasar konservasi orangutan sudah bergabung selama tujuh tahun terakhir ini. Mereka juga dengan aktif membantu COP dengan caranya masing-masing.

“Kami bangga dengan para alumni COP School. Mereka membantu COP dengan caranya yang unik. Mulai dari membuat acara-acara amal seperti musik (Sound For Orangutan/SFO), seni (Art For Orangutan/AFO) bahkan bulan November lalu ada kelas melukis dengan berdonasi untuk orangutan, olahraga seperti Futsal For Orangutan, Rafting For Orangutan, Yoga Orangutan, membuat kelas memasak (Cooking For Orangutan) dan mengikuti pameran-pameran dengan membantu penjualan merchandise COP yang keuntungannya untuk perlindungan orangutan. Selain acara amal, mereka juga aktif di edukasi dan penyadartahuan kenapa orangutan dan COP hadir.”, jelas Ramadhani disela-sela kegiatan Jambore Orangufriends.

Jambore Orangufriends adalah acara berbagi cerita orangufriends (kelompok pendukung COP) dari seluruh Indonesia bahkan dunia. Mereka semua berkumpul untuk saling berbagi pengalaman dan ide untuk perlindungan orangutan Indonesia. “Bahkan mereka merencanakan kegiatan di Jambore Orangufriends dan dilanjutkan dengan komunikasi lewat grup whatsapp, line maupun facebook untuk melanjutkan ide-ide tersebut. Dan pada harinya, mereka akan saling datang untuk mendukung kegiatan orangufriends lainnya.”, ujar Dhani, panggilan akrab kepala sekolah COP School Batch 7.

Keunikan kegiatan ini tak lepas dari keahlian para orangufriends. “Jadi dulunya ada pemateri dari With Compassion and Soul, suatu organisasi dari Australia yang berbagi pengalaman bagaimana mengumpulkan dana untuk kegiatan perlindungan orangutan. Yang paling utama adalah, gali kesukaan dan kemampuan diri, lalu hasilkan atau buatlah kegiatan dari kesukaan kita tersebut. Maka lahirlah berbagai acara amal untuk mendukung COP.”, kata Hery Susanto, kapten APE Warrior yang bertugas menggali dukungan publiknya COP.

Kalau kamu? #proudoforangufriends

COP AWARDED SETIA BAKTI MEDAL

This 2017 Jamboree is very special. We are not only celebrate graduation, but we also thanks to the most inspiring people at COP. They have work hard and tirelessly to help animals, people and environment.

The first person who won the medal is Saifulloh or Ipoel. He has started as student at the COP School Batch 1 in 2011. He involves in many operations and experience in most aspect of COP’s work including Sumatra Mission and developing COP Borneo Rescue Centre in Labanan.

The second person is Ramdhani. He have started as the photographer and probably still the best in this field since 2010. He is now working as the Communication Manager after years acting as the 1st person of COP in Borneo.

The 3rd person is Daniek Hendarto, the founder of the APE Warrior Team. He is the nightmare for wildlife criminals in Indonesia as he jailed at least 31 people into jail for the last 5 years. He has started at COP as volunteer in 2009. Now, he is the Action Manager at COP. Setia Bakti Medals is the highest award at COP for most loyal and dedicated activist.

Jambore Orangufriends 2017 ini menjadi lebih istimewa. Tidak saja menjadi acara wisuda bagi peserta COP School Batch 7 maupun angkatan terdahulu yang ikut hadir namun juga acara Orangufriends (kelompok pendukung COP) berkumpul kembali untuk saling menginspirasi temannya dengan penganugerahan medali Setia Bakti bagi mereka yang telah bekerja keras tanpa henti untuk menyelamatkan Animals/Satwa, People/Manusia, dan Environment/Lingkungan.

Medali Setia Bakti pertama diberikan kepada Saifulloh atau Ipoel. Ipoel mengawali kecintaannya pada dunia orangutan sejak COP School Batch 1 tahun 2011. Dia terlibat di banyak kegiatan COP termasuk Sumatra Mission dan membangun pusat rehabilitasi orangutan pertama yang didirikan putra-putri Indonesia yaitu COP Borneo.

Penerima medali kedua adalah Ramadhani. Dia memulainya dengan menjadi fotografer dan hingga sekarang dia adalah yang terbaik sejak 2010. Dia sekarang bekerja sebagai Manajer Komunikasi setelah menjadi orang nomor satu di COP Borneo.

Dan mendali ketiga diterima Daniek Hendarto, pendiri tim APE Warrior. Dia adalah mimpi buruk pelaku kejahatan satwa liar di Indonesia. Dia memenjarakan 32 orang dalam kurun waktu 5 tahun. Dia mengawali karirnya dengan menjadi relawan COP di tahun 2009. Sekarang Daniek Hendarto adalah Manajer Aksi COP.

“9 tahun yang lalu, saya belum yakin untuk bisa bergabung dengan keluarga COP. Tapi saya coba untuk masuk dalam ritme COP. Waktu berlalu dan saya masih mengibarkan bendera orangutan ‘pixel’ kita hingga hari ini. Ingatkan saya jika saya menjadi sombong dan malas.”, ujar Daniek Hendarto dengan haru. Medali Setia Bakti adalah penghargaan COP untuk aktivis dengan dedikasi dan loyalitas tertinggi.

APE WARRIOR KEMBALI KE GUNUNG AGUNG (1)

Gurung Agung adalah Gunung tertinggi yang berada di Pulau Bali dengan memiliki ketinggian 3.031 MDPL yang terlihat kerucut runcing, tetapi sebenarnya puncak gunung ini memanjang dan berakhir pada kawah yang melingkar dan lebar terletak di kecamatan Rendang, kabupaten Karangasem, Bali.

Gunung Agung adalah gunung berapi tipe stratovolcano yang sudah mengalami letusan sebanyak 4 kali yaitu tahun 1808, 1821, 1843 dan 1963. Gunung ini memiliki kawah yang sangat besar dan sangat dalam yang kadang-kadang mengeluarkan asap dan uap air.

Masyarakat Hindu Bali percaya, bahwa gunung Agung adalah tempat bersemayamnya dewa-dewa. Masyarakat juga mempercayai bahwa di gunung ini terdapat istana dewata. Oleh karena itu, masyarakat Bali menjadikan tempat keramat yang disucikan.

Sabtu 25 November 2017, gunung Agung kembali mengeluarkan erupsi magmatik dengan letusan dahsyat lapisan gelap abu yang berakibat lebih dari 122.500 jiwa diungsikan ke zona aman 12 km dari mulut kawah gunung Agung. APE Warrior yang telah sebulan menarik diri dari gunung Agung, spontan kembali lagi.

Hari pertama pemberian makanan atau feeding di kecamatan Selat Desa Sebudi, desa Amarte Bhuana dan desa Santi dengan membawa 7 karung makanan anjing/dogfood, 2 karung makanan kucing/catfood dan 5 jerigen air. Desa terlihat sunyi-sepi dampak guguran abu vulkanik yang menyelimuti desa. Tampak anjing-anjing yang ditinggalkan pemiliknya seperti sudah mengetahui, tim datang untuk memberikan makanan kepada mereka dan anjing-anjing menyambut dengan gonggongan yang saling bersahutan.

Hujan bercampur abu menemani kami, perih terasa di mata dan bau asap namun tak melunturkan semangat tim untuk terus membagikan makanan anjing, kucing dan unggas yang ada. (Petz)

APE GUARDIAN UNTUK ORANGUTAN LESAN

“Kami berharap anak-anak bisa menceritakan ke orang yang lebih besar, seandainya ada satwa liar yang masuk dan merusak tempat tinggal mereka.”, ujar Yanto saat mengunjungi SD Negeri 02 Kelay Merapun di kampung Merapun kecamatan Kelay, kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Sabtu, 4 November yang lalu, para relawan APE Guardian mengedukasi 82 murid kelas 3 sampai kelas 6.

Konflik masyarakat dan satwa liar masih sangat tinggi terutama mereka yang tinggal berbatasan langsung dengan hutan. Untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan seperti kecelakaan dan kerusakan, tim APE Guardian bersama Operasi Wallacea Terpadu (OWT) bekerja sama mensosialisasikan Hutan Lindung Sungai Lesan (HLSL) beserta satwa endemiknya. “Masyarakat sekitar sudah seharusnya bangga dengan kekayaan lingkungannya dan menjaga kekayaan alami ini.” ujar Ipeh.

Sambil bernanyi dengan nada lagu Ampar-Ampar Pisang, Ipeh dan relawan lainnya menyanyikan lagu Orangutan Lesan. Anak-anak menjadi lebih bersemangat lagi. Permainan demi permainan yang berisikan materi betapa pentingnya hutan dan satwa liar yang menghuninya bagi kehidupan diharapkan bisa lebih dimengerti anak-anak. “Kami senang menjadi relawan. Kami senang berbagi. Jika ada kesempatan lagi, kami akan kembali lagi.”, ujar relawan COP yang lebih terkenal dengan sebutan Orangufriends. (REZ)

★ ORANGUTAN SUNGAI LESAN ★

KERA BESAR APA YANG TINGGALNYA DIHUTAN ?
MEREKA ADALAH BINATANG ORANGUTAN
ORANGUTAN..ORANGUTAN..BINATANG KHAS KALIMANTAN
MEREKA PENGHUNI HUTAN LINDUNG SUNGAI LESAN 2X
ORANGUTAN..ORANGUTAN..STATUSMU RENTAN
AYOO SELAMATKAN..SELAMATKAN ORANGUTAN !! 2X

HALLO SDN 15 KELAY MERAPUN

Anak-anak SD Negeri 15 Kelay Merapun, Kalimantan Timur terlihat berlari sambil bercanda di halaman sekolah. Canda tawa mereka tak lepas dari nyamannya sekolah tempat mereka menuntut ilmu. Semuanya terlihat dengan tertatanya lingkungan sekolah dan pemeliharaan kebersihan, tak heran 136 muridnya menjadi betah berada di sekolah.

Akhirnya, Yanto dan Ipeh pun menyapa mereka di kelas. “Siapa yang pernah ketemu satwa liar di dekat rumah?”, tanya Ipeh penuh semangat. Dan jawaban mereka pun tak kalah semangatnya hingga kami sulit mendengar dengan jelas satwa yang mereka sebutkan, kenang Yanto. Selasa, 3 November 2017 yang lalu, Yanto dan Ipeh yang merupakan relawan APE Guardian di Hutan Lindung Sungai Lesan mengunjungi SDN 15 Kelay Merapun di kampung Merapun luar RT 04 kecamatan Kelay, kabupaten Berau, Kalimantan Timur. “Letaknya kampung yang berbatasan langsung dengan HLSL inilah yang mengantarkan kami edukasi ke SDN 15 ini dan bertatap muka dengan para tokoh masyarakat setempat sambil membagikan poster dan stiker. “Konflik manusia dan satwa liar memang tak terelakan. Tapi kami berharap dengan sosialisasi ini, masyarakat jadi tahu, mereka bisa melaporkan kemana saja.”, ujar Ipeh lagi.

Yanto, Ipeh, Danel dan Samuel pun terpaksa mengakhiri perjumpaan kali ini. Cerianya anak-anak masih terbawa sampai sekarang. Yanto bahkan berjanji untuk kembali lagi mengisi waktu luangnya untuk menjadi relawan di APE Guardian. Walaupun tanpa listrik, sinyal telepon apalagi internet, bahagia menjadi begitu sederhana. (REZ)

SEMANGAT SDN 01 KELAY SELAMATKAN ORANGUTAN

Ketigapuluh tujuh anak-anak SD Negeri 01 Kelay Muara Lesan , kecamatan Kelay, kabupaten Berau, Kalimantan Timur menatap kami. Bersama Samuel dari Operasi Wallacea Terpadu (OWT), kedua relawan COP menyapa murid-murid dari kelas I hingga VI sekolah dasar ini. Dalam kesederhanaan, mereka belajar penuh semangat.

Kamis ini akan jadi kamis yang berbeda. Lewat alunan lagu ampar-ampar pisang yang dirubah liriknya, Yanto dan Ipeh mengajak anak-anak mengenal orangutan dan hutan. Ya, mereka adalah anak-anak yang bertempat tinggal berbatasan langsung dengan Hutan Lindung Sungai Lesan. HLSL dimana hutan yang merupakan rumah baru untuk orangutan Oki. Orangutan Oki adalah orangutan pertama yang berhasil dilepasliarkan oleh COP Borneo setelah bertahun-tahun menjalani rehabilitasi di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Oki adalah orangutan yang berasal dari kebun binatang. Tidak mudah untuk merubah kebiasaan tinggal di kebun binatang yang selalu menghadapi tatapan bahkan sentuhan pengunjung. Lalu bagaimana dengan kabar Oki?

Satwa-satwa endemik yang menjadi penghuni asli hutan pun diperkenalkan. Peran setiap satwa diceritakan, anak-anak pun menjadi paham kenapa harus melindunginya. Bersama-sama mengenal sekeliling, membuat anak-anak semakin tertarik untuk ikut menjaga hutan dan isinya. Suatu semangat yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Anak-anak pun bisa menyelamatkan hutan. (REZ)