ORANGUTAN SUFFERING IN HIS HEAD

Almost 100% orangutans that captured by plantation workers are suffering serious wound in the head and hands. They use wooden stick or soil hoe to beat the orangutan’s head. Many of them died from this crime.
We have spotted this male orangutan in the street, begging for food as the forest gone for development of new oil palm plantation In East Kalimantan. We have translocated 1 male orangutan from the same location about 3 weeks ago and have spotted another 3 orangutans. So, totally 4 orangutans now need to be translocated. Could you help us to help them from killing?
This is donation link: http://www.orangutan.id/what-you-can-do/

Hampir 100% orangutan yang ditangkap para pekerja sawit menderita luka serius dan tangan dan kepala. Beberapa dari mereka tewas karena ini.
Orangutan jantan dewasa ini ditemukan sedang mengemis makanan di tepi jalan di sebuah perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur. Kami menemukan luka di kepalanya, yangmana kemungknan besar akibat dilukai oleh manusia. Tim kami akan kembali untuk menangkap dan memindahkannya ke hutan yang lebih aman.
Di kawasan yang sama, kami juga memindahkan 1 orangutan jantan dewasa 3 minggu lalu. Setidaknya ada 3 orangutan lainnya yang masih berkeliaran di daerah tersebut. Dengan demikian, jumlah totalnya 4 orangutan. Mari berharap agar mereka tidak bertemu dengan orang jahat yang main bacok atau tembak.

ANOTHER MONDAY MORNING

I am the leader of the COP baby orangutans. Bonti is on my left, and Happi is the one that holding the pineapple. This morning we’re already at the forest school, COP Borneo rehabilitation center. I must keep the spirit for the classes training, so Bonti and Happi will keep training too. They both always follow my behaviour. If I lay down and resting on the forest floor, they would do it too. If I climb the trees, they would follow too. It’s me.. Owi, the one that dreaming of ruling the remaining forest of Kalimantan.

Senin Pagi lagi…

Aku adalah ketua para bayi orangutan di COP Borneo. Bonti yang di sisi kiriku dan Happi yang sedang memegang nenas. Pagi ini kami sudah berada di sekolah hutan pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Aku harus tetap bersemangat berlatih, agar Bonti dan Happi ikut berlatih juga. Mereka berdua selalu mengikuti seluruh tingkahku. Jika aku di lantai hutan bermalas-malasan, mereka pun akan bermalas-malasan juga. Jika aku memanjat, mereka pun akan memanjat. Aku… adalah Owi, yang bermimpi akan memimpin seluruh isi hutan yang tersisa di Kalimantan.

HIDUP DI CAMP COP BORNEO

“Wow!”. Hidup di hutan itu sangat sederhana. Di pondok kayu rumah panggung beratapkan seng, di bawah rimbunnya pepohonan adalah tempat tinggal kami selama sebulan ke depan. Dan… kebayang ngak, selama sebulan tanpa signal telepon apalagi internet? Mungkin ngak ya?

Keterasingan di tengah hutan memiliki daya tarik tersendiri yaitu bebas dari jaringan internet yang seringkali menjadi ‘distraksi’ terbesar manusia abad ini. Lepas dari kejaran notifikasi social media (facebook, twitter, instagram, path, dst), chat group diaplikasi (whatsapp atau line), email atau hanya sekedar menjelajah internet, game online ataupun menonton youtube yang selalu menyajikan hiburan tiada batas kapan pun dimana pun dan seringkali membuat ketagihan. Baiklah, ‘detox internet’ dimulai. Mencoba kembali ke alam secara harafiah.

Bonusnya, jika kamu mengabaikan cerita ‘tarzan’ dan ‘snow white’ serta kesan horornya hutan belantara dari hewan buas seperti macan dan ular maupun penghuni tak kasat mata lainnya, kesunyian dan oksigen melimpah dengan kualitas udara bersih hutan memberikan kesan dramatis dan membuat saya tak berhenti berdecak kagum. Betapa hidup di hutan memiliki daya tarik tersendiri.

Menjadi relawan COP Borneo di hutan hujan tropis Labanan, Berau, Kalimantan Timur sejak 26 Juni 2017 adalah kesempatan istimewa saya. Kapan lagi diusilin burung rangkong yang suka menganggu di dapur, kancil, anjing hutan, babi hutan dan bahkan landak yang mau mencuri pakan yang tersimpan di gudang buah. Kami pun harus berjaga-jaga sepanjang malam.

Udara di dalam hutan berbeda sekali dengan di luar hutan. Di dalam dengan kesejukan yang lembab, sementara di luar hutan, panas terik yang menyengat. Hujan deras pun sempat membuat kawatir dengan kilat dan suara petir yang membahana.

Saat malam tiba, listrik hanya dipergunakan untuk penerangan dari jam 6 sore hingga 10 malam. Selebihnya, senter dan lilin yang akan menemani. Sumber air hanya berasal dari ‘embung’ yaitu kolam rawa yang ada di dekat camp. Sementara air bersih harus kami beli dari kota. Di sinilah saya belajar hidup sederhana dan efisien untuk menikmati hidup atau berkontempelasi. (A.Gasani_Orangufriends)

BAGAIMANA BNPB MEMBANTU ORANGUTAN?

Tak sampai seminggu surat permintaan bantuan selang pemadam kebakaran yang sudah tidak dipakai atau rusak kepada BNPB kabupaten Berau mendapat respon positif. BNPB bersedia memberikan bantuan selang bekas kepada pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo yang berada di Berau, Kalimantan Timur untuk digunakan kembali sebagai hammock atau ayunan/tempat tidur gantung bagi orangutan-orangutan di pusat rehabilitasi.

Untuk apa sih hammock itu? Orangutan adalah satwa yang hidup dan beraktivitas di atas pohon atau sering disebut juga satwa aboreal. Bantuan selang yang akan dianyam kembali akan dibentuk menyerupai ayunan yang cukup kuat menompang berat tubuh orangutan. Ini akan membuat nyaman orangutan berada di atas, tidak di besi kandang ataupun lantai.

“Selama ini kami tidak mengira selang bekas ini bisa digunakan untuk mendukung konservasi orangutan.”, ucap staf BNPB. Kemaren, Tim APE Defender pun dengan bersemangat menuju kantor dinas pemadam kebakaran kabupaten Berau untuk mengambil donasi selang bekas ini. “Syukurlah, akhirnya Ambon (orangutan) dan orangutan lainnya akan mendapatkan tempat tidur gantung yang baru lagi.”, ujar Reza Kurniawan, manajer pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. 5 gulungan selang ini merupakan awal bantuan Damkar Berau. Selanjutnya Damkar akan mengumpulkan selang-selang bekas lainnya dan menyumbangkannya ke COP Borneo demi membantu konservasi orangutan. (WET)

SCHOOL VISIT D’ROYAL MOROCCO

Tuesday, July 18th 2017, Orangufriends Jabodetabek team got a chance to fill one of the activities of orientation and student introduction at the school of D’Royal Morocco Integrative Islamic School. This event is planned by Wanda, a member of Orangufriends who is also a teacher at school with full address at Jalan Haji Salim III No.7, North Gandaria, Kebayoran Baru, South Jakarta.

The event which started at 11.00 WIB is attended by about 30 student from grade 7 through 12. This is COP first visit, so we begins with an introduction to the COP vision and mission, activities and programs.

After a few minutes of introduction, three other Orangufriends ; Dhea, Lia, and Kemal continued with the explanation about animal welfare and orangutan conservation in Indonesia. Although some students have kept pets, animal welfare is also a new thing for them. Especially about orangutan conservation. Here Orangufriends team also explained about the condition and role of orangutans in nature, also what the student can do to support orangutan conservation and other endangered wildlife in Indonesia.

When material with pictures and videos about the condition of orangutans was given, some students looked surprised. Those who usually only see wildlife in zoos do not know that there are many problems suffered by wild animals, especially orangutans in nature.

Students’ curiosity was also seen when they asked during material presentation and question and answer session. The students seemed enthusiastic to ask questions to get to know and know more about the existing problems related to the welfare of animals and orangutans. This also makes the obstacle of electricity blackout for a few minutes is not a problem because the students still want to listen to the explanation calmly. Likewise, when the quiz was given by Orangufriends’s , the students looked eager and could give the right answer.

The Orangufriends team visit was fortunate enough that the students had previously been given the assignment by their homeroom teachers to conduct follow-up activities from the material they had received. After this some students have plans to conduct some independent activities in schools with themes related to the welfare of wildlife and the surrounding natural environment.We hope that this activities are working until there is a lot of student could understand and realized how important to kept the wildlife and the environment. Start from small activities near them.

Hopefully this activity plan can really run so that more and more students who understand and realize the importance of preserving nature and all its contents. Starting from simple activities in their surroundings.

Thank you friends of junior high school and senior high school D’Royal Moroco Integrative Islamic School. Congratulations continue the struggle to defend the future of the Indonesian Nature & Wildlife. See you again later. (Dhea_Orangufriends)

Selasa, 18 Juli 2017, tim Orangufriends Jabodetabek mendapat kesempatan untuk mengisi salah satu kegiatan masa orientasi dan pengenalan siswa di sekolah D’Royal Morocco Integrative Islamic School. Kegiatan ini direncanakan oleh Wanda, salah satu anggota Orangufriends yang juga merupakan guru di sekolah yang berada di Jalan Haji Salim III No.7, Gandaria Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tersebut.

Kegiatan yang dimulai pukul 11.00 WIB ini diikuti oleh sekitar 30 siswa yang terdiri dari siswa kelas 7 atau 1 SMP hingga kelas 12 atau 3 SMA. Kunjungan dari tim COP merupakan yang pertama kalinya di sekolah ini, maka kegiatan pun diawali dengan perkenalan mengenai visi misi serta kegiatan dan program-program COP.

Setelah perkenalan selama beberapa menit, 3 orang tim Orangufriends yang terdiri dari Amadhea, Lia dan Kemal melanjutkan dengan materi utama yaitu penjelasan mengenai kesejahteraan satwa dan konservasi orangutan di Indonesia. Meski sebagian siswa pernah memelihara binatang peliharaan namun hal mengenai kesejahteraan satwa juga merupakan hal yang baru bagi mereka. Terlebih mengenai konservasi orangutan. Di sini tim Orangufriends juga menjelaskan mengenai kondisi dan peranan orangutan di alam, juga tak lupa hal-hal yang bisa dilakukan siswa untuk mendukung konservasi orangutan dan satwa liar lainnya yang terancam punah di Indonesia.

Ketika materi yang dilengkapi dengan gambar-gambar dan video mengenai kondisi orangutan diberikan, sebagian siswa terlihat terkejut. Mereka yang biasanya hanya melihat satwa liar di kebun binatang pun tidak mengetahui bahwa ternyata terdapat banyak permasalahan yang diderita oleh satwa-satwa liar khususnya orangutan di alam.

Rasa penasaran para siswa juga terlihat ketika mereka bertanya selama pemaparan materi dan sesi tanya jawab. Para siswa terlihat antusias mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengenal dan mengetahui lebih lanjut mengenai permasalahan yang ada terkait kesejahteraan satwa dan orangutan. Hal ini pun membuat kendala mati lampu selama beberapa menit tidak menjadi masalah karena para siswa tetap mau mendengarkan penjelasan dengan tenang. Begitu juga saat kuis diberikan oleh kakak-kakak Orangufriends, para siswa terlihat bersemangat dan bisa memberikan jawaban yang tepat.

Kunjungan tim Orangufriends kali ini cukup beruntung karena ternyata para siswa sebelumnya telah diberikan tugas oleh para wali kelas mereka untuk mengadakan kegiatan lanjutan dari materi yang sudah mereka terima. Setelah ini beberapa siswa memiliki rencana untuk mengadakan beberapa kegiatan mandiri di sekolah dengan membawa tema terkait dengan kesejahteraan satwa dan lingkungan alam sekitar.

Semoga rencana kegiatan ini benar-benar bisa berjalan sehingga semakin banyak siswa yang paham dan sadar pentingnya menjaga kelestarian alam beserta segala isinya. Dimulai dari kegiatan-kegiatan sederhana di lingkungan sekitar mereka.

Terima kasih teman-teman siswa SMP dan SMA D’Royal Moroco Integrative Islamic School. Selamat melanjutkan perjuangan membela masa depan alam raya Indonesia. Sampai jumpa lagi di lain waktu.(LIA_Orangufriends)

SAAT SELEBRITI DATANG KE POS PANTAU COP BORNEO

Bagi kamu yang suka jalan-jalan dan penggemar acara televisi My Trip My Adventure pasti tahu presenter asik yang mengajak kamu bereksplorasi keindahan alam Indonesia. Pria ganteng ini tak lain adalah Hamish Daud.

Kali ini, Hamish Daud dalam rangkaian acara #26authenticplaceinindonesia untuk stasiun televisi MNC TV. Dengan serombongan kru televisi dan peralatan lengkap, acara ini meliput kegiatan pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo di pulau pra-rilis. Suatu pulau yang hanya dihuni orangutan yang akan dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya.

Ngobrol sekilas tentang pusat rehabilitasi pun mengalir sampai saatnya memberi pakan orangutan (feeding time). Perahu-perahu mulai menyusuri sungai, berkeliling pulau dan berhenti di beberapa tempat untuk meletakkan pakan orangutan, tentunya petugas pos pantau COP Borneo yang melakukannya. “Tetap berada di perahu. Jaga jarak dengan bibir pulau!”, begitu aba-aba dari koordinator pos pantau.

Rehabilitasi adalah usaha yang tidak sebentar. Orangutan-orangutan tersebut harus menjalani banyak tahapan, hingga akhirnya bisa sampai di pulau pra-rilis ini. Setiap tahapan juga menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Centre for Orangutan Protection adalah organisasi non profit yang bekerja lebih sepuluh tahun ini. Menyelamatkan orangutan dan hutan yang merupakan habitat orangutan adalah langkah awal COP. Berhadapan langsung dengan permasalahan terbesar bayi-bayi orangutan terus berdatangan ke pusat rehabilitasi adalah hilangnya hutan dan beralih fungsinya hutan menjadi perkebunan kelapa sawit yang memicu konflik satwa dengan manusia. Bagaimana mungkin orangutan hidup tanpa hutan! (WET)

THANK YOU OVAID FOR SUPPORTING COP BORNEO CLINIC

The arrival of Nigel DVM from OVAID surprised COP Borneo Clinic. The clinic became fully loaded with medicine and medical equipment that was brought by Nigel from England. After drh. Rian Winardi listed all of the things that has been brought, Reza Kurniawan then listed what needed to equip the clinic more.Then this three guys went to the city to buy a glass cabinet to keep all the medical equipment.

“Learning is for a lifetime. Medical discussion is a really an interesting topic to talk about.”, Rian said passionately. “To harmonize between the theories and the reality in the field is one hard thing. That is where we have to be creative and innovative.”, said Reza the manager of COP Borneo Rehabilitation center.

The first meeting between drh. Rian and Nigel DVM happened during the COP School batch 3. Nigel was the lecturer for medical lesson, this give a deep impression for Rian. “This is a reunion between a teacher and his student, finally after 4 years.”, Rian said.

Thank you OVAID for supporting the medical needs of COP for the last 3 years. The medical equipments and the medicine has landed safely in COP Borneo, hoping this cooperation is going to continues and lasts. Once again Thank you OVAID.

Kedatangan drh. Nigel dari OVAID (Orangutan Veterinary Aid) membuat kaget klinik COP Borneo. Klinik menjadi penuh dengan peralatan kedokteran dan obat-obatan yang dibawa Nigel dari Inggris. Setelah drh. Rian Winardi mendata, Reza Kurniawan pun mencatat apa saja yang harus dibeli untuk merapikan klinik. Akhirnya, ketiga pria ini pun berangkat ke kota untuk membeli lemari kaca dan kotak penyimpanan untuk merapikan peralatan medis ini.

“Belajar itu sepanjang hidup. Ilmu terus berkembang. Diskusi medis pun menjadi topik yang sangat menarik.”, semangat drh Rian. “Menyelaraskan teori dan kenyataan di lapangan, itulah kesulitannya. Kita harus kreatif dan inovatif.”, kata Reza, manajer pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo.

Pertemuan drh Rian dengan drh. Nigel adalah saat COP School Batch 3 berlangsung. Nigel yang saat itu memberi materi medis, begitu memberi kesan mendalam pada Rian. “Ini adalah pertemuan kembali antara guru dan murid setelah 4 tahun yang lalu.”, ujar Rian.

Terimakasih OVAID yang telah mendukung medis Centre for Orangutan Protection selama tiga tahun terakhir ini. Terimakasih para pendukung OVAID… peralatan medis sudah sampai di COP Borneo. Semoga kerjasama ini akan terus berlanjut.

EDUKASI DI SMPN 24 BERAU

Setelah mengajar anak-anak di desa Merasa minggu lalu, kami melanjutkannya ke anak-anak SMP. “Sebenarnya, kami grogi loh. Ngadepin remaja… ini untuk pertama kalinya kami akan ngadepin anak remaja.”, ujar Aga, relawan yang bergabung di COP Borneo setelah mengikuti COP School Batch 7 bulan Mei yang lalu.

Menghadapi remaja tentu saja berbeda dengan anak-anak. Yang pasti kekawatiran kami adalah, saat kami teringat masa peralihan remaja yang sudah kami lalui. Sulit mendengar, dengan emosi yang meluap-luap sampai siapa saja bisa ditantang. Tapi inilah kami, kesulitan yang kami bayangkan tetap harus kami lalui. Saatnya kami berlatih langsung.

Pagi hari, sebelum matahari bersinar di ujung cakrawala, mata kami sudah terlebih dahulu bersinar. Segera kami bangun tidur untuk berangkat ke SMPN 24 yang berada di dekat jembatan sungai Kelay, desa Merasa, Berau. Bapak Junaedi, kepala sekolah menyambut kami dengan senyumannya.

Melalui nyanyian orangutan, permainan tebak gambar dan tebak suara satwa kami memulai school visit ini. Print out foto satwa satu per satu kami tampilkan. “Kami harus menyiasati keterbatasan yang ada. School visit tanpa fasilitas listrik ini harus berjalan. Makanya, kami mencetak slide show dan beberapa foto sebagai gantinya.”, ujar Alfa Gasani.

Di akhir pertemuan, kami merangkum materi dengan sebuah permainan pemburu dan satwa. Siswa membentuk lingkaran besar dengan bergandengan tangan, berperan sebagai pohon. Beberapa siswa, kami minta untuk menjadi satwa liar masuk ke dalam lingkaran. Dan ada siswa yang lain berperan sebagai pemburu, berada di luar lingkaran. Pohon harus berusaha sekuat tenaga melindungi satwa yang berada di dalam lingkaran dari ancaman pemburu. Suasana pun menjadi sangat meriah dan para siswa memerankan perannya dengan baik.

“Kami berharap, para siswa memahami pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, terutama satwa liar agar hutan tetap terjaga. Melindungi satwa liar dan hutan adalah tanggung jawab kita semua. Salam lestari.” (Aga_Orangufriends)

APE CRUSADER EVACUATE SALTWATER CROCODILE

Friday, July 21st 2017, Nature Conservation Agency: Indonesia (BKSDA), Sampit with Ape Crusader from Center for Orangutans Protection (COP) evacuated a Salt water crocodile (Crocodylus porosus) that was found by people of Persil Raya village, Seruyan Hilir, Central Kalimantan.

Since Monday, 17th of July the crocodile is located behind the Heavy Equipment Warehouse of PT. Buih Seruyan. “At that time I was both surprised and frightened to see a big crocodile under my bed. I ran and was chased by it, but the crocodile swam into the ditch behind the warehouse.”, said Mustarhin (40 years old).

“For the past 15 years, this is the first time I saw a crocodile came inside (the warehouse area). Maybe the crocodile is from the Seruyan River and (was) here to search for something to eat.”, he added.

“The handover of Salt water crocodile that is protected by UU No. 5 Th. 1990 about the Nature and Ecosystem Conservation today is the result of people’s awareness to protect the animals from the habitat loss and to prevent the conflict with people”., said Muriansyah the Commander of BKSDA, Sampit.

“We appreciate the active role of people to handle the conflict with wild animals.”, said Faruq form Center for Orangutan Protection. “Whatever kind of wild animals is going to approach settlement (villages) is they are losing their habitat and their food source.”, Faruq added. Next, the crocodile is going to be released in safer place. (Petz)

Jumat, 21 Juli 2017, BKSDA Pos Sampit bersama APE Crusader dari Centre for Orangutan Protection mengevakuasi buaya muara (Crocodylus Porosus) yang ditemukan warga desa Persil Raya, Seruyan Hilir, Kalimantan Tengah.

Sejak Senin, 17 Juli buaya itu berada di parit belakang gudang alat berat dan minyak PT. Buih Seruyan. “Waktu itu saya dikagetkan kedatangan buaya yang besar tepat di bawah tempat tidur saya. Saya lari dan sempat dikejar, namun buaya menceburkan diri ke parit yang berada di belakang gudang.”, ujar Mustarhin (40 tahun).

“Selama 15 tahun, baru kali ini buaya masuk ke dalam. Mungkin buaya ini masuk dari sungai Seruyan untuk mencari makan.”, tambahnya.

“Penyerahan buaya muara yang dilindungi UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya ini adalah atas kesadaran warga masyarakat untuk melindungi satwa liar ini dari ancaman gangguan habitat dan konflik terhadap masyarakat.”, demikian penjelasan Muriansyah, komandan BKSDA Pos Sampit.

“Kami mengapresiasi peran aktif masyarakat dalam penanganan konflik satwa liar.”, kata Faruq dari Centre for Orangutan Protection. “Satwa liar apapun akan terus terdesak dan semakin mendekat ke manusia jika habitat yang menjadi tempat tinggal dan mencari makannya terganggu.”, tegas Faruq lagi. Selanjutnya, buaya akan dilepasliarkan kembali ke tempat yang lebih aman. (Petz)

COMBATTING WILDLIFE TRAFFICKING

Raku is Crested serpent eagle (Spilornis cheela bido) who was brought malnourished with a big wound on his chest. Raku must have been kept as a pet, looking at the primaries feathers that has been cut. This is the second day Raku here and don’t even ask if he is okay or if he could already fly, he couldn’t even stand or move his own two feet. That is the story from Grace Tania, member of Orangufriends Malang who is now doing an internship in Pusat Konservasi Elang Kamojang (Eagle Conservation Center, Kamojang).

Conservation world is not an easy world. Time, energy and mental are drain when we have to face the animals. The animals condition must not be in their best. So, are you still going to keep wild animals as a pet? Are you going to join the ‘animal lover’ community? Are you going to still buy wild animals?

Disconecting the circle of wildlife trade is not an easy task to do. For the last seven years Center for Orangutan Protection has been marching on many wars in wildlife trading. The movement of the transaction that is growing larger in Social Media is now happening. The seller can always accessing the transaction from anywhere and anytime. The growing of ‘wild animals lover community’ is also supporting the wildlife trade.

“The concerns and supports from orangufriends (COP supporters) are what keeps us going; fighting the wildlife trade. “, said Hery Susanto. “Their spirit is what keeps us going, that it is not just us insanely dreams wild animals are supposed to be in their habitats.”
(Grace_Orangufriends)

Raku adalah elang ular juvenile. Raku dibawa dalam kondisi malnutrisi dan dengan luka besar di bagian dada. Raku dulunya sudah pasti dipelihara orang, terlihat dari bulu primernya yang dipotong. Ini sudah hari kedua semenjak Raku diantarkan, tidak usah bertanya apa dia bisa sehat dan terbang, untuk berdiri saja dia belum bisa. Itulah cerita Grace Tania, anggota Orangufriends Malang yang saat ini sedang di Pusat Konservasi Elang Kamojang, Garut.

Dunia konservasi adalah dunia yang tidak mudah. Waktu, tenaga dan mental terkuras saat berhadapan langsung dengan satwa. Kondisi satwa yang dihadapi sudah pasti tidak dalam kondisi terbaiknya. Lalu… kamu masih memelihara satwa liar? Lalu kamu tetap bergabung dengan komunitas-komunitas ‘pecinta’ satwa? Kamu masih membeli satwa liar?

Memutus rantai perdagangan satwa liar bukanlah hal yang mudah.
Tujuh tahun terakhir ini, Centre for Orangutan Protection berusaha memerangi perdagangan satwa liar ini. Pergeseran transaksi pedagang mulai dari pasar burung ke dunia media sosial pun terjadi. Perdagangan pun semakin marak dengan semakin mudahnya akses internet di seluruh penjuru bumi. Kemunculan komunitas-komunitas ‘pecinta’ satwa semakin mendukung perdagangan via online ini.

“Kepedulian orangufriends (kelompok pendukung orangutan) memberi semangat baru kepada kami, untuk terus memerangi kejahatan terhadap satwa liar.”, ujar Hery Susanto. “Semangat mereka menjadi semangat kami, bahwa tak hanya kami, yang gila, bermimpi, satwa liar tempatnya di alam.”. (Grace_Orangufriends)