TIM ITPCOP KUNJUNGI SDN 19 RAMBAH LANAI SONTANG

Senin pagi di akhir bulan, Nagari Sontang Cubadak diguyur hujan nan lebat. Baru sekitar jam 08.00 hujan mereda dan tim pun berangkat menuju SDN 19 Rambah Lanai, tepatnya di Kejorongan Binubu Kubu Gadang, Sumatra Barat untuk kegiatan edukasi bersama siswa-siswi di sekolah tersebut. Sambutan staf dan guru sangat baik dan cekatan dalam mempersiapkan kelas serta perlengkapan yang dibutuhkan.

Dari total 6 kelas, kami terpaksa membagi tiga sesi yang terdiri dari 2 kelas. Untuk anak SD tentu saja durasi pertemuan dibuat efektif dan efisien. Ini jadi tantangan tersendiri buat tim ITPCOP untuk menjelaskan orangutan, harimau dan satwa liar endemik Sumatra dan bagaimana menjaga satwa liar agar tidak punah.

Antusiasnya anak-anak sempat membuat tim kewalahan. “Setiap pertanyaan yang kami berikan, hampir semua anak mengangkat tangan untuk menjawab. Ini bukti bahwa materi yang diberikan dapat diterima dengan baik oleh para siswa”, ujar Reva Waskito salah satu anggota tim PAGARI (Patroli Nagari) yang telah melakukan patroli sejak awal tahun 2022 ini. Semoga sedikit pengetahun ini menjadi bekal untuk mereka belajar tentang pentingnya menjaga satwa liar dan habitatnya agar tetap lestari. (REV)

MELESTARIKAN MERAK HIJAU DI AFRIKANYA INDONESIA

Pelepasliaran 8 Merak Hijau atau Pavo muticus yang berasal dari Yogyakarta berlangsung dengan sangat baik dan lancar di Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur pada Senin, 29 Agustus 2022. Merak Hijau ini berasal dari sitaan dari Polda D.I Yogyakarta yang kemudian diserahkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta.

Tim APE Warrior COP berangkat dari camp menjemput 2 Merak Hijau di kantor Seksi II BKSDA Yogyakarta kemudian dilanjutkan menjemput 6 Merak Hijau di Hutan Wanagama, Gunungkidul. Sesampainya di TN Baluran, kedelapan Merak Hijau dipindahkan ke kandang habituasi. Habituasi dilakukan agar merak dapat menyiapkan diri dengan cuaca serta iklim yang berbeda dari tempat sebelumnya. Sehingga memudahkan merak melakukan observasi saat dirilis. Selama habituasi ini pula, tim APE Warrior yang terdiri dari Orangufriends melakukan pengecekan dan monitoring setiap tiga jam sekali untuk memastikan merak hijau dalam kondisi sehat dan prima saat dirilis nanti. Tidak lupa pemberian pakan dan minumnya untuk memenuhi nutrisi prapelepasliaran.

Pelepasliaran diawali dengan apel disertai doa untuk keberlangsungan juga kelestarian satwa liar di Indonesia khususnya pada merak hijau. Beberapa instansi yang hadir pada pelepasliaran ini yakni, Balai Taman Nasional Baluran, BKSDA Yogyakarta, Polda D. I Yogyakarta, Copenhagen Zoo dan beberapa rekan pewarta. “Proses pelepasliaran merak hijau berlangsung dengan baik meskipun ada dua yang tidak mau keluar dari kandang habituasi. Sedangkan yang lainnya bisa dibilang langsung tancap gas untuk menyapa rumah barunya”, ujar Amanda Rahma, Orangufriends Yogya.

Pelepasliaran Merak Hijau ini ditujukan untuk melestarikan spesies Merak Hijau dari ancaman kepunahan dan membangun kesadaran akan kelestarian satwa liar asli Indonesia. Meskipun persebaran merak hijau tidak hanya terdapat di Indonesia, namun saat ini status merak hijau adalah terancam punah atau endagered menurut IUCN. Satwa liar #dihutanaja (SAT)

PERJUMPAAN TIGA HARI DENGAN ORANGUTAN NIGEL

Patroli di kawasan rilis orangutan secara berkala dilakukan tim APE Guardian di Kalimantan Timur. Tidak jauh dari Pos Monitoring Busang Hagar, tepatnya 10 menit arah ke hulu, ranger Ilik melihat orangutan Nigel yang awal bulan Juli lalu dilepasliarkan. Nigel terlihat berjalan menuju hilir dan berhenti di sekitar pondok warga yang sudah tidak terpakai. 

Tim berhenti dan mengamati Nigel lebih lama lagi. Monitoring Nigel menjadi agenda utama hari ini. “Setelah 72 hari usai dilepasliarkan dan perjumpaan terakhir yang sempat terpaksa dievakuasi dengan perahu, ini adalah perjumpaan kami dengan Nigel kembali. Kami tidak mengira akan pernah bertemu lagi. Sekarang kami tahu, Nigel baik-baik saja”, ujar Galih Norma Ramadhan, kapten APE Guardian haru. Tim pun meninggalkan Nigel, sesaat setelah Nigel selesai membuat sarang untuk tidur malamnya.

Keesokan harinya, tim lebih siap lagi dengan membagi dua tim. Satu tim patroli kawasan rilis dan satu lagi mengamati orangutan Nigel kembali. Ada 2 sarang Nigel yang baru. Nigel terlihat sedang makan kulit kayu/bark. Tim terus mengamatinya dari kejauhan. Nigel mulai bergerak lagi, berayun dari satu pohon ke pohon yang lain melalui akar pohon gantung. Lagi-lagi Nigel berhenti dan bersantai di atas pohon. Menjelang matahari terbenam, Nigel kembali ke sarang sebelumnya.

Hari ketiga setelah perjumpaan, sarang orangutan telah kosong. Tim mulai menyisir lokasi perjumpaan. Sekitar siang hari, tim baru bertemu dengan Nigel di pinggir sungai. Tak lama kemudian, Nigel kembali masuk ke arah hutan, itu adalah momen terakhir APE Guardian melihat Nigel. “Mungkin Nigel mampir untuk memberi kabar bahwa dirinya baik-baik saja. He’ll find a way to survive, he’ll manage somehow. Nigel… kamu pasti bisa!”, kata Galih menutup malam penuh bintang di Busang, Kalimantan Timur. (GAL)

APE WARRIOR: PERJALANAN PANJANG HKAN 2022, PANTANG PULANG SEBELUM TUNTAS!

APE Warrior mengikuti rangkaian peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2022 dengan tujuan mengampanyekan pentingnya konservasi alam bagi kesejahteraan masyarakat juga untuk mengajak masyarakat agar dapat berperan aktif bersama-sama dalam menyelamatkan ekosistem alam. Ini sangat relevan dengan tujuan APE Warrior. APE sendiri merupakan akronim dari Animal, People and Environment atau Hewan, Manusia dan Lingkungan yang dalam satu garis berkesinambungan dan tidak bisa dipisahkan. APE Warrior yang merupakan salah satu tim di Centre for Orangutan Protection (COP) berperan dalam unit gerak cepat untuk menyelamatkan satwa domestik maupun non domestik, unit anti perdagangan satwa liar baik dilindungi maupun tidak, reaksi cepat kebencanaan pada satwa, serta melakukan kampanye-kampanye modern dengan pendekatan pada anak muda. Dalam tugasnya, APE Warrior berotasi sepanjang pulau Jawa dan Bali dan pulau lainnya, kapanun dan dimanapun dibutuhkan. APE Warrior punya prinsip: Pantang Pulang Sebelum Tuntas!

Perjalanan panjang APE Warrior di HKAN 2022 diawali proses pelepasliaran dua burung Elang (Nisaetus cirrhatus dan Spilornis cheela) pada site yang terletak di Dusun Girimulyo, Jatimulro, Kulonprogo yaitu dengan menyiapkan tempat habituasi Elang Brontok dan Elang Ular Bido ini. Setelah satu minggu menjalani habituasi, keduanya pun dilepasliarkan. Peringatan HKAN pun dilanjutkan dengan pelepasliaran enam belas Landak Jawa (Hystrix javanica) di Taman Nasional Gunung Merapi dan pelepasliaran delapan Merak Hijau (Pavo miticus) di Taman Nasional Baluran. Amil yang merupakan orangutan yang berhasil diselamatkan BKSDA Kaltim dari sebuah kebun binatang ilegal di Madura  dan dititipkan ke WRC Jogja pun ikut diterbangkan kembali ke asalnya yaitu pulau Sumatra. “HKAN 2022 ini memang menguras tenaga kami. APE Warrior harus pontang-panting ke beberapa lokasi yang tidak dekat dan mempersiapkan kandang angkut untuk satwa-satwa tersebut. Tapi ini semua sebanding dengan bahagianya kami ketika pintu kandang angkut dibuka dan satwa tersebut kembali ke habitatnya. Semoga orangutan Amil juga segera mendapatkan kesempatan untuk kembali ke habitatnya usai menjalani reintroduksi di SOCP, Sumatera Utara”, jelas Satria Wardhana, kapten APE Warrior. 

Pantang Pulang Sebelum Tuntas ini tidak serta merta dilakukan oleh tim APE Warrior sendiri. Pendukung yang militan yang tergabung di Orangufriends tersebar di seluruh pulau Jawa bahkan Indonesia dan mancanegara sangat tangguh dan penuh dedikasi. Mustahil APE Warrior disa melakukan kerja besar ini sendiri tanpa dukungan Orangufriends. Pedoman kerja kolaboraksi atau kolaborasi aksi dapat menyukseskan dan menuntaskan seluruh kegiatan HKAN 2022. “Semoga tahun depan, kita dapat mengampamyekan dan menyelamatkan lebih banyak satwa liar di Indonesia agar lestari dan bebas dari ancaman kepunahan. (SAT)

BKSDA KALTIM SKW I BERSAMA APE CRUSADER PATROLI DI HLSL

APE Crusader memulai patroli di Hutan Lindung Sungai Lesan, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Bersama BKSDA Kaltim SKW 1 (Pak Ketuk, Pak Frans dan Lee) ditemani ranger lokal dari Kampung Lesan Dayak, tim mengambil data di lapangan berupa jenis sarang, posisi sarang, pohon sarang meliputi jenis, tinggi dan keliling pohon yang dijadikan sarang orangutan. Tim menggunakan metode transek yang hasilnya perjumpaan 46 sarang orangutan dengan beragam kelas dari A sampi E. “Sayangnya belum rejeki kami berjumpa langsung dengan orangutannya”, ujar Hilman Fauzi, anggota APE Crusader.

Sepanjang patroli, tim juga bersyukur tak menemukan jerat. Dalam patroli kali ini, tim berniat untuk sapu jerat yang sangat merugikan satwa liar. “Kadang maksudnya pemasangan jerat itu untuk menangkap babi hutan, tapi satwa apa saja yang lewat di jerat tersebut pasti harus meregang nyawa yang entah kapan ditemukan. Centre for Orangutan Protection mengampanyekan #jeratjahat sebagai salah satu fokus para ranger saat patroli”, jelas Hilman lagi.

Masyarakat Kelay patut berbangga pada hutan terdekatnya yaitu HLSL dengan masih memiliki pohon-pohon besar seperti Meranti (Shorea spp), Keruing (Dipterocarpus spp), Ulin (Eusideroxylon zwageri), Kapur (Dryobalanops) yang kebetulan terdata sebagai pohon yang digunakan orangutan bersarang. Semoga pohon-pohon besar ini tak hanya tinggal cerita saja nantinya. (HIL)

BUKIT LAWANG ORANGUTAN FESTIVAL 2022

COP Sumatra berkolaborasi dengan Sumatera Tropical Forest Journalism (STFJ) dalam kegiatan Orangutan Festival yang diadakan pada tanggal 19 Agustus 2022 di Rock Island, Bukit Lawang, Sumatra Utara.

Rangkaian kegiatan yang dimulai pukul 14.30 WIB diawali dengan diskusi mengenai orangutan dari Panut Hadisiswoyo, pameran pahatan kayu orangutan dari warga lokal di Bukit Lawang dan terakhir lomba mewarnai. Sepanjang hari itu pula pameran foto dari STFJ yang difasilitasi oleh Canon mengajak kita mengerti tentang orangutan dan lingkungannya.

Bukan APE Sentinel kalau hanya memfasilitasi lomba mewarnai tanpa edukasi kepada anak-anak yang mengikuti lomba. Setelah anak-anak selesai mengikuti lomba, tim termuda COP ini pun beraksi dengan menggunakan kostum dan boneka tangan, sedikit cerita tentang orangutan yang harus kehilangan rumahnya. “Semoga mimpi kami, pada generasi penerus untuk melidungi orangutan dan yang lainnya dapat menjadi mimpi mereka juga. Jangan berhenti bermimpi… dan jangan ragu untuk berbagi”, begitu kata Netu Domayni, COP Academy batch 1 yang sedang magang di kantor COP Sumatra.

Waktu yang diberikan untuk mewarnai gambar selama 45 menit ini menyisakan kesan untuk peringatan Hari Orangutan Sedunia. Ada peserta yang mewarnai orangutan dengan warna hitam, ada yang mewarnainya dengan warna terang bahkan ada yang mewarnainya dengan warna biru. Selebhnya mewarnai orangutan dengan warna aslinya yaitu warna orange dan cokelat. “Setiap anak bebas mengartikan setiap warna yang menyisakan tanya. Semoga semua anak bahagia. Seperti kami yang cukup senang bisa mengambil peran di Bukit Lawang untuk Orangutan Day 2022”, tutup Netu lagi. Mari bersiap untuk esok hari di kegiatan bersama lagi untuk Orangutan Indonesia. (MEY)

ORANGUTAN BERSEPEDA DALAM PERINGATAN HARI ORANGUTAN SEDUNIA DI MEDAN

Bulan Agustus merupakan bulan spesial dimana para konservasionis merayakan Hari Orangutan Sedunia yang jatuh pada tanggal 19 Agustus di setiap tahunnya. Tim Centre for Orangutan Protection yang bekerja di pulau Sumatra yaitu APE Sentinel ikut ambil peran meramaikan peringatan Orangutan Day 2022 ini. Bersama Orangufriends (kelompok relawan orangutan) mengendarai sepeda di sekitaran kota Medan terutama di titik-titik keramaian kota dengan menggunakan kostum orangutan. Start dari kantor COP Sumatra dan berakhir di Merdeka Walk dimana kegiatan Car Free Day berlangsung.

Kehadiran orangutan di pusat kota Medan ini benar-benar mengejutkan masyarakat yang sedang menikmati Minggu pagi. Otan pun jadi pusat perhatian dan banyak yang meminta untuk foto bersama. “Sesaat capek dan panasnya mengayuh sepeda dengan menggunakan kostum orangutan jadi hilang. Senang banget dengan sambutan orang-orang”, ujar Otan dengan semangat. Orangufriends lainnya tentu saja sudah berada di lokasi finish dengan atribut photobooth yang bertemakan #OrangutanDay2022

Otan pun tak ragu berkeliling dan menyapa masyarakat sembari membagikan informasi kondisi terakhir Orangutan Indonesia. Tak lupa berjalan ala model di zebra cross layaknya Citayam Fashion Week sedang ramai dibicarakan akhir-akhir ini. 

Gimana… perlukah APE Sentinel dan Orangufriends Medan secara berkala hadir di pusat keramaian Medan? Sumatra Utara memang luar biasa, dua spesies orangutan berada di wilayahnya, Orangutan Sumatra dan Orangutan Tapanuli. “Umpan balik masyarakat menentukan kehadiran kami selanjutnya dengan ide kreatif dari Orangufriends. Siapa bilang anak medan tidak peduli”, kata Reza Kurniawan, manajer COP Sumatra. (REZ)

AMIL NANYA, KENAPA ENRICHMENT HANYA SATU KALI SAJA?

Sejak kedatangan orangutan Amil dari Madura ke Wildlife Rescue Centre (WRC) Yogyakarta sejak awal Maret 2022 hingga kini mengalami perkembangan yang cukup pesat dari segi kesehatan, nafsu makan dan juga perilakunya. Amil berjalan memutar menyusuri setiap sudut kandang yang cukup luas dan bermain di kandang yang ada namun tidak memanjat. Tapi kini, Amil sangat aktif memanjat dan juga bergelantungan dari satu tali ke hammock dan terus menghabiskan waktunya di atas. 

Kondisi Amil di awal kedatangannya cukup memprihatinkan, secara kasat mata, orangutan Amil mengalami mal nutrisi, kondisi rambut halus di tubuh yang jarang, rambut halus yang mengimbal pada tangan kanannya, infeksi pada gigi serta dehidrasi. Lima bulan berlalu di WRC, kini dalam kondisi kesehatan orangutan Amil kini dala kondisi yang baik dan jauh lebihs ehat dari saat pertama kali kedatangannya. Amil terlihat segar dengan senyumannya ketika kami memberikan enrichment. Selain itu rambut halus pada tubuh yang mulai tumbuh, minum yang cukup dan gizi yang terus diperhatikan tim APE Warrior.

Aktivitas yang paling disukai Amil ialah saat berinteraksi dengan perawat satwa dengan mengulurkan tangan, bisa dibilang orangutan Amil cukup haus akan perhatian. Sesekali Amil juga menyadari kehadiran kamera sehingga menguatkan bahwa Amil adalah orangutan yang cukup cerdas dan siap memasuki rehabilitasi tingkat lanjut untuk dilepasliarkan kembali. Saat ini posisi yang ia suakai adalah duduk berlindung di bawah dan berjalan seperti menyapa. Sesekali ia juga memanjat ketika kami memberikan enrichment dari atap kandang. Makanan kesukaannya sejauh ini ialah buah pisang, markisa dan juga madu. Orangutan Amil mengunyah makanannya cukup malam tapi tetap dihabiskannya. Amil selalu antusias ketika kami memberikan enrichment di setiap minggunya seperti mengisyaratkan mengapa satu minggu cuma satu kali?

PELUK ATAU TOS ORANGUTAN, SEKOLAH ALAM BUKIT HIJAU?

Pagi yang cerah di awal Agustus, APE Sentinel bersama Orangufriends Medan berangkat bersama-sama menuju Sekolah Alam Bukit Hijau untuk school visit. Tepat pukul 08.00 WIB, para siswa berlarian menuju lapangan sekolah untuk senam pagi bersama guru-guru.

Selesai melakukan senam, siswa kelas 1 sampai 6 berkumpul dalam satu ruangan. Kali ini kami menyampaikan materi melalui metode menonton film animasi. Film yang ditonton adalah tentang orangutan yang tinggal di hutan Borneo dan hutan mereka hilang karena pembukaan lahan. Setelah menonton, kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan materi terkait jenis-jenis orangutan, tempat tinggal orangutan dan makanan orangutan.

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Materi pun telah selesai disampaikan. Selanjutnya bermain dan kuis seputar materi yang telah mereka dapatkan dan jika menjawab dengan benar akan mendapatkan hadiah stiker.

Kunjungan kami pun berakhir dengan pelukan boneka orangutan jika anak-anak merasa orangutan perlu dilindungi dan tos jika merasa orangutan itu lucu. “Untung aja kami tak lupa berfoto bersama dengan anak-anak dan guru sebelum bubar kembali ke kelas masing-masing. Senang sekali bisa berbagi dengan sekolahan terdekat dengan Sumatran Rescue Alliance (SRA) dimana lembaga konservasi untuk orangutan dan primata dilindungi lainnya serta beruang madu menjalani rehabilitasi. SRA dalam pengelolaannya merupakan kerja bersama COP dan OIC dengan dukungan dana dari The Orangutan Project. Kalau kamu peluk atau tos?”, tanya Dita, COP Academy yang sedang magang di COP Sumatra. (Dita_COPAcademy)

SEMANGAT JOHOR ISLAMIC GREEN SCHOOL MEDAN UNTUK ORANGUTAN

“Jaraknya sih dekat saja dengan kantor COP Sumatra. Hanya 1,5 km. Kali ini School Visit di Johor Islamic Green School Medan dibantu Mahdiyah, Afin dan Febri. Serunya seperti apa ya?”, cerita Meylanda, tim APE Sentinel COP. 

Tepat pukul 11.00 WIB, tim APE Sentinel bersama Orangufriends Medan sudah berada di depan 23 siswa yang duduk di kelas 1 hingga 4 SD. “Melalui cerita Otan yang dipelihara pak petani, kami memulai pengenalan orangutan secara umum. Sesekali anak-anak menyela tak sabar dengan kelanjutan cerita”. 

Pada sesi kuis, hampir semua siswa dapat menjawab pertanyaan yang kami berikan. Mulai dari berapa berat orangutan, makanan orangutan bahkan persebaran orangutan. Beberapa siswa ada yang mengajukan pertanyaan mengenai jumlah populasi orangutan saat ini, rata-rata rentang umur orangutan dan seberapa tinggi orangutan dapat memanjat pohon. Pertanyaan yang justru tidak kami duga ditanyakan oleh para siswa di sini.

Semua siswa berebut untuk menjawab kuis yang kami berikan, bahkan salah satu siswa bernama Salman mengeluh karena tidak menapatkan giliran menjawab, “Ah… kapan giliran aku, sudah angkat tangan loh”, ujarnya yang justru membuat kami semakin senang dalam school visit kali ini. 

Meskipun Johor Islamic Green School Medan ini jumlah siswanya tergolong tidak terlalu ramai, tapi semangat mereka mengalahkan semangat kami bahkan sampai akhir sesi pun mereka tetap semangat. School visit ditutup dengan ice breaking senam pocki, sebuah senam yang baru kami pakai selama school visit dan orangutan eksperimen untuk melakukan tos (hi-5) atau peluk terhadap boneka orangutan yang kami bawa. (MEY)