SUSI, RANGER PEREMPUAN DI APE PROTECTOR

Pagi ini berbeda dengan hari biasanya. Satu-satunya ranger perempuan di tim APE Protector, Sumatra Barat akan ikut patroli. Kegiatan patroli menelusuri jalur satwa liar dengan memasang dan mengambil rekaman kamera jebak akan menghasilkan keanekaragaman satwa liar yang ada di daerah tersebut. Dari sini, kita dapat menyimpulkan, keberadaan harimau sumatra dan ketersediaan pakan alaminya hingga menyelidiki penyebab kemunculannya di sekitar manusia. Beresiko, sudah pasti ya.

Susi, perempuan yang dilahirkan di air rambah tanah minang ini adalah seorang guru bimbingan konseling. Dunia pendidikan, adalah dunia yang sangat dicintainya. Sore harinya, Susi akan mengajar anak-anak sekitar mengaji selain itu juga les pelajaran sekolah untuk menambah kemampuan anak-anak terhadap materi yang disampaikan guru di sekolah. Berada satu tim dengan laki-laki dan bapak-bapak tentu saja bukan hal yang mudah. Tetapi sikap saling menghormati dan menghargai tim APE Protector lah yang membuat seorang Susi nyaman.

Terjun langsung ke lapangan dan merasakan sendiri pengalaman bersentuhan dengan alam adalah hal yang luar biasa. Sekalipun pada tugas pertamanya ikut patroli sempat terjatuh dari sepeda motor. Jalan berbatu licin dan curam salah satu penyebabnya. Tapi ini tak membuatnya mundur, malah bersyukur mendapatkan kesempatan mempelajari jejak satwa liar yang ada. Cakaran beruang di pohon, jejak kaki di tanah yang mulai mengering, hingga kotoran satwa liar yang berserakan. Lagi-lagi Susi menjadikan perjalanan sulit ini sebuah pembelajaran tanpa henti.

“Jika kita hanya ditempatkan di posisi tertentu, dan tidak berani atau mau mencoba kesempatan yang ada di depan kita. Kita tidak akan berkembang”, kata Susi saat ditanyakan apa sarannya untuk perempuan-perempuan yang ingin berkarir di profesi yang tidak biasanya perempuan lakukan. “Terkadang pilihan yang diberikan oleh orang lain, adalah cara Tuhan untuk mengajarkan kita yang lebih baik untuk pemahaman ilmu yang berbeda. Maka tidak ada batasan untuk perempuan memahami ilmu”, tambahnya lagi.

PAKET DARI GOCOP UNTUK ORANGUTAN

Hari Senin adalah awal memulai minggu setelah libur, bagi sebagian orang, Senin adalah hari dimana kita harus menatap tanjakan terjal yang harus dilalui, bagi sebagain orang lainnya, Senin adalah semangat baru setelah melewati hari-hari yang melelahkan untuk lebih baik lagi. Hal ini juga terjadi pada Asto dan Asih.

Asto dan Asih, setiap pagi harus memulai sekolah hutan yang terik, melelahkan, dan juga menyenangkan. Tidak heran terkadang setelah waktu sekolah hutan selesai, keduanya beristirahat bahkan tidur siang di kandang. Biasanya mereka akan mendapatkan enrichment pakan. Untuk kami animal keeper nya, enrichment orangutan adalah enrichment untuk kami juga. Kali ini, karung akan diisi daun dan akar

“Pakeeetttt”, sesederhana itu idenya. Kerinduan suara pengiriman barang yang tidak mungkin sampai di Sumatran Rescue Alliance (SRA). Semua keeper langsung menuju dapur, menemukan karung berisi beras yang baru saja dibuka. “Kita pindahkan saja isinya”, ujar Ryan, animal keeper yang telah 2 tahun lebih mengurus orangutan di SRA.

Karung dicuci bersih berikut dedaunan dan kami potong kecil-kecil seolah kami sedang memasak pakan tersebut seperti dalam pengiriman paket “Makananmu sedang dalam proses masak”. Setelah pakan siap dan sudah terbungkus rapi di dalam dedaunan, lalu kami masukan ke dalam karung tadi “Makananmu sudah siap, menunggu kurir untuk mengirim paket ke alamut mu” (begitu status yang diterima Asto dan Asih jika mereka menggunakan gawai. Kami ikat ujung karung dengan akar dan kembali ada notifikasi “Kurir sedang mengirim paketmu, paket dalam perjalanan menuju rumahmu”, kami pun yang membuat enrichment ini sedikit tertawa. Lepas sudah lelah dengan canda gurau seperti ini.

Setibanya di depan kandang, respon yang kami terima dari Asto dan Asih adalah ucapan, “Terima kasih bang kurir, paketnya sampai”, hahaha canda kami. Asto dan Asih merespon aneh dengan enrichment ini, namun mereka langsung mengambil ‘paket’ tersebut. Asto dengan lihai melakukan unboxing paket. Tali akar yang mengikat karung dengan perlahan dibukanya. Berbeda dengan Asih yang terlihat tidak sabar. Asih menggigit dan merobek karung tersebut dari tengah-tengah, tidak seperti Asto yang membukanya perlahan, satu per satu hingga menemukan potongan buah di dalamnya. Hayo… siapa yang kalau terima paket seperti ini? Terima kasih telah menggunakan layanan GOCOP. (YAN-FAN-DIN-NAB)

BELAJAR, BERMAIN DAN BERLATIH DI TANAH KARO

Riuh suasana anak-anak di ruangan kelas, sering membuat fokus kami hilang. Namun kami harus tetap tenang untuk menghadapinya karena kami punya yel-yel dan beberapa trik untuk mencairkan suasana (ice breaking games). Begitulah school visit Centre for Orangutan Protection menjadi tempat belajar dan berlatih bagi Orangufriends (relawan orangutan) yang sedang terlibat. 

Aqil dan Lulu, Orangufriends Medan yang mengunjungi 3 Sekolah Dasar (SD) dan 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Tanah Karo, Sumatra Utara harus melalui 6 jam perjalanan darat dari Medan ke desa Kuta Pengkih, kabupaten Karo, Sumatera Utara. Waktu yang cukup untuk berbagi cerita dan pengalaman dan mengenal lebih jauh lagi. COP adalah organisasi yang didukung relawannya dari berbagai daerah dan latar belakang. “Tak jarang kami hanya mengenal nama saja dan komentar di sosial media. Tapi ketika kegiatan bersama dan serius, kami akan langsung menyesuaikan dan bekerja sesuai kemampuan. Begitulah Orangufriends”, ujar Iqbal Rivai, kapten APE Sentinel COP yang bekerja untuk perlindungan Orangutan Sumatra dan yang lainnya.

Sebelum berangkat, biasanya tim membuat materi yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan usia audiens nya. Ciri khasnya ada di gambar maupun foto, semuanya harus dikemas dengan sederhana dan sangat dasar. “Selanjutnya, anak-anak dengan semangat mengajukan pertanyaan yang sering membuat kami kaget. Berapa lama orangutan hidup, apa statusnya, apa saja penyakitnya hingga perbedaan orangutan dengan monyet atau primata lainnya”, jelas Iqbal lagi. Ternyata kunjungan ke sekolah hanya 90 menit itu tak cukup juga, dilanjut lain waktu ya. (BAL)

MAKAN APA DI SEKOLAH HUTAN SRA

Ketika BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance) menyebutkan bahwa area sekolah hutannya mengalami kelangkaan buah karena musim buah telah berlalu. Sumatran Rescue Alliance (SRA) berbeda, mengapa? Selain pepohonan yang kian menipis dan tumbang akibat aktivitas sekolah hutan Asto dan Asih, pepohonan di SRA tak lagi menghasilkan buah-buahan yang dapat memberikan asupan energi untuk Asto dan Asih, namun hal ini tidak membuat mereka menyerah. 

Asto dan Asih sering terlihat mengunyah dan mengemil beberapa jenis pakan yang dapat dijumpai di bagian bawah sekolah hutan. Seperti bunga-bungaan dan beberapa daun muda segar yang muncul usai minggu lalu dipetik oleh mereka. Asto juga terlihat memakan kulit pohon hingga menghisap kambiumnya. Jika sudah tak menemukan yang menarik lagi, dengan mengendap-endap Asto dan Asih sudah berada di tanah dan kabur ke area pulau yang sedang diistirahatkan. 

Aktivitas sekolah hutannya Asto Asih didominasi bermain bersama. Perawat satwa di SRA juga membantu pergerakan kedua orangutan ini dengan memasang tali yang menghubungkan satu pohon dengan pohon yang lain. Kondisi sekolah hutan di SRA bukanlah hutan primer seperti di BORA dan menjadi konsen tersendiri buat SRA untuk merimbunkan kembali kawasan tersebut agar bisa menyerupai hutan yang akan menjadi rumah berlatih untuk kedua orangutan tersebut. Yuk bantu Asto Asih dapatkan pohon! (BIL)

SEGERA PULIH ORANGUTAN TAPANULI, KEMBALILAH SECEPATNYA

Satu orangutan dari Tapanuli Selatan masuk ke Sumatran Rescue Alliance (SRA). Orangutan berjenis kelamin betina ini memasuki usia dewasa namun sayang memiliki tubuh yang kurus. Kondisi malnutrisinya teramati menjadi penyebab tidak aktifnya dia selama diperjalanan bahkan di awal kehadirannya di SRA. Ini diperparah dengan diare yang dideritanya.

Orangutan Tapanuli adalah spesies orangutan baru, yang secara resmi dipublikasikan pada November 2017. Bahkan tim di SRA tak seorang pun pernah melihatnya secara langsung. “Sesungguhnya kami tidak pernah berharap ada orangutan tapanuli masuk pusat rehabilitasi kami. Ini membuat kami prihatin, apalagi melihat kondisinya yang malnutrisi serta stres”, ujar Ahmad Nabil, biologist SRA dengan sedih.

Pengamatan prilaku di awal kedatangan, orangutan terlihat berkeliling kandang dan berputar-putar cukup banyak. Sembari menggelantung, dia melakukan kiss squek cukup sering karena banyaknya orang yang memperhatikannya, hal ini membuat tim medis di SRA kesulitan saat melakukan treatment. Untungnya, orangutan tersebut memiliki nafsu makan yang mulai membaik. Tapi tidak dengan dedaunan dan jenis sayur yang tim berikan, dia bahkan tidak menyentuhnya. Buah-buahan saja yang dihabiskannya.

Penanganan konflik satwa liar memang menjadi perhatian utama tim APE Sentinal di Sumatra. “Dalam satu bulan ini saja, tim mendapatkan dua laporan konflik orangutan dan sempat menjadi viral di media sosial. Belum lagi laporan konflik dengan jenis satwa liar lainnya”, jelas Netu Damayanti dari tim APE Sentinel COP. Memasuki tahun ketiganya Centre for Orangutan Protection di Medan secara khusus, tim berharap kasus konflik satwa dan manusia tidak sampai berakibat fatal yang berujung pada kematian. (BIL)

HAPPY WORLD WILDLIFE DAY, AYO LINDUNGI SATWA LIAR

Tahukah kamu? World Wildlife Day atau Hari Satwa Liar Sedunia yang diperingati setiap tanggal 3 Maret adalah pengingat bagi kita agar terus memaknai pentingnya menjaga kehidupan alam liar, terutama satwa dan flora yang dilindungi seperti orangutan. Tahun ini #WildlifeDay menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi di dunia perlindungan alam liar, hal yang sudah menjadi nilai yang dimaknai COP (Centre for Orangutan Protection) dalam menjalankan misi untuk melindungi orangutan dan yang lainnya. COP telah bekerja bersama dengan berbagai organisasi, pemerintah dan perorangan untuk bersama-sama menyelamatkan satwa liar.

Masih ingat orangutan Astuti yang menjadi korban perdagangan satwa liar antar negara? Upaya penyelamatan dan peminahan Astuti dari Menado, Sulawesi Utara hingga tiba di pusat rehabilitasi BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance) di Berau, Kalimantan Timur merupakan kerja bersama lintas instansi pemerintah, swasta dan COP.Tanpa kerjasama ini, Astuti mungkin saja tidak punya kesempatan untuk dilepasliarkan kembali ke habitatnya, hutan Kalimantan.

Sementara itu, tim patroli COP yang berada di Sumatra Barat melibatkan warga Nagari Sontang-Cubadak untuk membentuk tim PAGARI (Patroli Nagari) sebagai usaha mitigasi konflik harimau dan manusia di Sumatra Barat. Keterlibatan masyarakat lokal yang berbatasan langsung dengan hutan lindung Sontang-Cubadak ini menjadi model untuk pembentukan tim PAGARI di nagari yang lain.

Di dalam COP sendiri, semangat kerjasama juga menjadi nilai penting. BORA  tidak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan tim APE Crusader yang menyelamatkan habitat orangutan dan menyelamatkan orangutan konflik. Pusat rehab akan penuh jika tim APE Guardian tidak mengusahakan kawasan pelepasliaran yang layak untuk orangutan. Sementara tanpa dukungan APE Warrior, akan sulit sekali mencari dukungan publik untuk mempercepat proses perlindungan satwa liar. Mari bersama melindungi satwa liar. (NAD)

PEKAN PEDULI ORANGUTAN DI ISTANA MAIMUN MEDAN

Orangutan Caring Week atau Pekan Peduli Orangutan merupakan waktu yang didedikasikan untuk mengajak semua orang agar peduli terhadap orangutan dan terutama untuk membantu mendukung semua orang, kelompok dan organisasi untuk keberlangsungan hidup orangutan. Tim APE Sentinel bersama Orangufriends Medan mengadakan lomba mewarnai yang diikuti murid SD mulai kelas 1 sampai 6.

Ada 29 peserta dari kategori kecil (kelas 1-3) dan 21 peserta untuk kategori besar (kelas 4-6). Setiap kategori menghasilkan tiga orang pemenang. Para peserta sangat antusias dalam mengikuti lomba 1 jam ini. Usai mengikuti lomba, sambil menunggu proses penjurian dan seleksi pemenang, para peserta mengikuti kegiatan mendongeng yang disampaikan kak Mahdiyyah. Kebetulan pada setiap tanggal 28 November diperingati sebagai Hari Dongeng Nasional yang merupakan tanggal kelahiran Pak Raden yang dianggap sebagai tokoh yang telah berjasa menghidupkan dunia dongeng anak di Indonesia. Hingga saat ini Orangufriends sering menggunakan metode mendongeng untuk menyampaikan materi konservasi orangutan pada anak-anak. Tak terasa 30 menit pun berlalu.

Sementara untuk para pengunjung Istana Maimun dan pengantar peserta lomba dapat menikmati pameran foto yang diselenggarakan di halaman terbuka. Semoga dengan diadakannya kegiatan ini semakin banyak orang yang tahu dan peduli terhadap orangutan karena semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk dapat menjadi pahlawan bagi orangutan. Seperti tema Orangutan Caring Week 2022 ini yaitu “Orangutan Superheroes don’t wear a capes”. (DIT)

BUKIT LAWANG ORANGUTAN FESTIVAL 2022

COP Sumatra berkolaborasi dengan Sumatera Tropical Forest Journalism (STFJ) dalam kegiatan Orangutan Festival yang diadakan pada tanggal 19 Agustus 2022 di Rock Island, Bukit Lawang, Sumatra Utara.

Rangkaian kegiatan yang dimulai pukul 14.30 WIB diawali dengan diskusi mengenai orangutan dari Panut Hadisiswoyo, pameran pahatan kayu orangutan dari warga lokal di Bukit Lawang dan terakhir lomba mewarnai. Sepanjang hari itu pula pameran foto dari STFJ yang difasilitasi oleh Canon mengajak kita mengerti tentang orangutan dan lingkungannya.

Bukan APE Sentinel kalau hanya memfasilitasi lomba mewarnai tanpa edukasi kepada anak-anak yang mengikuti lomba. Setelah anak-anak selesai mengikuti lomba, tim termuda COP ini pun beraksi dengan menggunakan kostum dan boneka tangan, sedikit cerita tentang orangutan yang harus kehilangan rumahnya. “Semoga mimpi kami, pada generasi penerus untuk melidungi orangutan dan yang lainnya dapat menjadi mimpi mereka juga. Jangan berhenti bermimpi… dan jangan ragu untuk berbagi”, begitu kata Netu Domayni, COP Academy batch 1 yang sedang magang di kantor COP Sumatra.

Waktu yang diberikan untuk mewarnai gambar selama 45 menit ini menyisakan kesan untuk peringatan Hari Orangutan Sedunia. Ada peserta yang mewarnai orangutan dengan warna hitam, ada yang mewarnainya dengan warna terang bahkan ada yang mewarnainya dengan warna biru. Selebhnya mewarnai orangutan dengan warna aslinya yaitu warna orange dan cokelat. “Setiap anak bebas mengartikan setiap warna yang menyisakan tanya. Semoga semua anak bahagia. Seperti kami yang cukup senang bisa mengambil peran di Bukit Lawang untuk Orangutan Day 2022”, tutup Netu lagi. Mari bersiap untuk esok hari di kegiatan bersama lagi untuk Orangutan Indonesia. (MEY)

ORANGUTAN BERSEPEDA DALAM PERINGATAN HARI ORANGUTAN SEDUNIA DI MEDAN

Bulan Agustus merupakan bulan spesial dimana para konservasionis merayakan Hari Orangutan Sedunia yang jatuh pada tanggal 19 Agustus di setiap tahunnya. Tim Centre for Orangutan Protection yang bekerja di pulau Sumatra yaitu APE Sentinel ikut ambil peran meramaikan peringatan Orangutan Day 2022 ini. Bersama Orangufriends (kelompok relawan orangutan) mengendarai sepeda di sekitaran kota Medan terutama di titik-titik keramaian kota dengan menggunakan kostum orangutan. Start dari kantor COP Sumatra dan berakhir di Merdeka Walk dimana kegiatan Car Free Day berlangsung.

Kehadiran orangutan di pusat kota Medan ini benar-benar mengejutkan masyarakat yang sedang menikmati Minggu pagi. Otan pun jadi pusat perhatian dan banyak yang meminta untuk foto bersama. “Sesaat capek dan panasnya mengayuh sepeda dengan menggunakan kostum orangutan jadi hilang. Senang banget dengan sambutan orang-orang”, ujar Otan dengan semangat. Orangufriends lainnya tentu saja sudah berada di lokasi finish dengan atribut photobooth yang bertemakan #OrangutanDay2022

Otan pun tak ragu berkeliling dan menyapa masyarakat sembari membagikan informasi kondisi terakhir Orangutan Indonesia. Tak lupa berjalan ala model di zebra cross layaknya Citayam Fashion Week sedang ramai dibicarakan akhir-akhir ini. 

Gimana… perlukah APE Sentinel dan Orangufriends Medan secara berkala hadir di pusat keramaian Medan? Sumatra Utara memang luar biasa, dua spesies orangutan berada di wilayahnya, Orangutan Sumatra dan Orangutan Tapanuli. “Umpan balik masyarakat menentukan kehadiran kami selanjutnya dengan ide kreatif dari Orangufriends. Siapa bilang anak medan tidak peduli”, kata Reza Kurniawan, manajer COP Sumatra. (REZ)

SEMANGAT JOHOR ISLAMIC GREEN SCHOOL MEDAN UNTUK ORANGUTAN

“Jaraknya sih dekat saja dengan kantor COP Sumatra. Hanya 1,5 km. Kali ini School Visit di Johor Islamic Green School Medan dibantu Mahdiyah, Afin dan Febri. Serunya seperti apa ya?”, cerita Meylanda, tim APE Sentinel COP. 

Tepat pukul 11.00 WIB, tim APE Sentinel bersama Orangufriends Medan sudah berada di depan 23 siswa yang duduk di kelas 1 hingga 4 SD. “Melalui cerita Otan yang dipelihara pak petani, kami memulai pengenalan orangutan secara umum. Sesekali anak-anak menyela tak sabar dengan kelanjutan cerita”. 

Pada sesi kuis, hampir semua siswa dapat menjawab pertanyaan yang kami berikan. Mulai dari berapa berat orangutan, makanan orangutan bahkan persebaran orangutan. Beberapa siswa ada yang mengajukan pertanyaan mengenai jumlah populasi orangutan saat ini, rata-rata rentang umur orangutan dan seberapa tinggi orangutan dapat memanjat pohon. Pertanyaan yang justru tidak kami duga ditanyakan oleh para siswa di sini.

Semua siswa berebut untuk menjawab kuis yang kami berikan, bahkan salah satu siswa bernama Salman mengeluh karena tidak menapatkan giliran menjawab, “Ah… kapan giliran aku, sudah angkat tangan loh”, ujarnya yang justru membuat kami semakin senang dalam school visit kali ini. 

Meskipun Johor Islamic Green School Medan ini jumlah siswanya tergolong tidak terlalu ramai, tapi semangat mereka mengalahkan semangat kami bahkan sampai akhir sesi pun mereka tetap semangat. School visit ditutup dengan ice breaking senam pocki, sebuah senam yang baru kami pakai selama school visit dan orangutan eksperimen untuk melakukan tos (hi-5) atau peluk terhadap boneka orangutan yang kami bawa. (MEY)