TRANSLOKASI TARA, SI ORANGUTAN LIAR

Tara sudah siap melihat peluang itu. Ketika suara senyap dan suara gesekan pintu yang menghalanginya bergerak, tanpa pikir panjang dia pun melangkah keluar dan menuju pohon apapun itu yang dapat diraihnya, memanjat dan memanjat terus, menjauh dari orang-orang. Tara, orangutan yang baru saja diselamatkan tim APE Crusader bersama BKSDA SKW II Kaltim akhirnya menemukan kebebasannya kembali.

Centre for Orangutan Protection (COP) memiliki beberapa tim di lapangan, seperti APE Crusader yang dengan sigap menuju lokasi orangutan yang memiliki interaksi negatif dengan masyarakat. Bahkan untuk menyelamatkan orangutan dengan cepat, dokter hewan tim APE Defender sengaja ditempelkan tim ini agar penanganan langsung pada orangutan dapat segera dilakukan. Selanjutnya tim lain yang bernama APE Guardian segera menyediakan kawasan pelepasliarannya agar orangutan yang tidak memiliki kasus kesehatan dapat segera kembali ke habitatnya. Tim ini juga yang akan memonitor orangutan tersebut dan meminimalisir munculnya konflik dengan manusia.

Ada ciri khusus saat orangutan liar kembali dilepasliarkan tak lama dari penangkapannya. Kandang angkut yang sempit sering kali membuatnya tidak nyaman, berulang kali mengeluarkan suara mengusir, bahkan menyerang saat tim medis mendekati untuk memberi minum maupun makanan dan memperhatikan kondisi kesehatannya. Dan perilaku khas saat pintu kandang angkut dibuka adalah, tanpa mengulur waktu, orangutan akan segera memanjat dan berpindah dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Sering kali, tim APE Guardian yang bertugas mengikuti orangutan translokasi kehilangan kesempatan mengikutinya. Orangutan seperti ini akan terus menghindari dan menjaga jarak dengan manusia. (RAN)

SERUNYA SCHOOL VISIT DI DUA SMAN LUBUK SIKAPING

Pagi hari sembari menghirup udara sejuk, kami memasuki ruangan kelas. Kegiatan kami mulai dengan ice breaking untuk mencairkan suasana canggung yang sudah terasa sejak kedatangan kami. Setelah canda tawa mulai mengisi ruangan kelas, kami pun memulai sesi edukasi. Mengapa konservasi alam penting dan kenapa menjaga kelestarian harimau sumatra menjadi genting sebagai topik untuk kedua Sekolah Menengah Atas yang ada di Lubuk Sikaping, yaitu SMAN 2 pada 24 April dan 27 April kemarin di SMAN 1 Lubuk Sikaping, Sumbar.

Selain itu, kami juga memperkenalkan RIHAS (Ruang Informasi Harimau Sumatera) di Rimbo Panti yang dapat dikunjungi pada hari Sabtu dan Minggu. Agar menambah keseruan kunjungan ini, kami mengajak para murid untuk bermain di luar kelas. Permainan-permainan yang kami pilih untuk sesi bermain bersama ini memiliki makna khusus berkaitan dengan isu kelestarian alam. Kami pun turut senang ketika para murid aktif mengikuti permainan dan dapat memahami makna dibalik permainan yang telah kami siapkan.

Sedikit berbeda dengan kunjungan di SMAN 2, pada kunjungan di SMAN 1 Lubuk Sikaping, kami menyempatkan untuk membuat ‘Pojok Baca’ di pinggir lapangan sekolah. Di Pojok Baca ini kami mempersiapkan beberapa buku menarik terkait satwa liar beserta poster harimau-harimau asal Indonesia dan foto-foto bukti penyalahgunaan satwa liar yang bisa dilihat murid-murid saat waktu istirahat. Seru sekali di sini, kami bisa berdiskusi dengan para murid yang berkunjung dan menjawab pertanyaan-pertanyaan menarik mereka. Melihat ketertarikan mereka yang tinggi, kami pun menjadi semangat memberi pertanyaan-pertanyaan terkait satwa liar berhadiahkan stiker dari COP bertuliskan “Nagari Ramah Harimau”.

Antusiasme yang tinggi dari pemuda-pemudi Lubuk Sikaping ini adalah motivasi bagi kami agar tak henti mengedukasi masyarakat mengenai pelestarian satwa liar terutama harimau sumatra. (Putri Caesaria_orangufriends)

MARI MENJADI PENYELAMAT SATWA BERSAMA COP SCHOOL

Banyak orang beranggapan bahwa terjun dalam dunia konservasi dan perlindungan satwa liar itu sulit dilakukan oleh orang-orang Indonesia karena berbagai keterbatasan. Padahal wahana konservasi yang dilakukan oleh sebagian besar orang-orang asing dalam berbagai saluran dunia seperti Animal Planet, NatGeo Wild dan lain sebagainya justru dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak lain adalah negara dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, bahkan menjadi salah satu paru-paru dunia.

Memenuhi hal itu, Centre for Orangutan Protction menghadirkan COP school Batch 14 sebagai wadah belajar dan berbagi untuk siapa saja yang peduli dan ingin terlibat langsung dalam dunia konservasi Indonesia, terutama perlindungan satwa liar dan habitatnya. DI COP School kamu akan belajar berbagai pengetahuan dan keterampilan dasar konservasi alam bersama para pakar dan praktisinya dari dalam dan luar negeri. Pelaksanaannya pada tanggal 2 hingga 7 Juli 2024 di Yogyakarta.

Bagaimana syaratnya?
Syaratnya cukup mudah, kamu hanya perlu mendaftar ke email copschool@orangutan.id dan membayar biaya pendaftaran Rp 600.014,00 paling lambat tanggal 3 Juni 2024. Biaya pendaftaran kau sudah termasuk semua akomodasi, konsumsi, souvenir, dan transportasi selama 6 hari pelatihan di Yogyakarta. Siapapun yang telah berusia 18 tahun, sehat jiwa, dan raga, menghargai kesetaraan gender dan multikultur dapat bergabung untuk mengikuti COP School. Yang penting kamu bukan eksploitator satwa, seperti pemburu, pedagang satwa liar, dan bukan pula hobi memelihara satwa liar.

Tunggu apalagi? Langsung email copschool@orangutan.id ada formulir yang harus diisi dan dipahami. Selanjutnya akan ada proses seleksi dari calon siswa menjadi siswa COP School, seperti mengerjakan tugas lapangan dan tulis secara online mulai tanggal 4 sampi 20 Juni 2024 dari kota domisili masing-masing. Siapkan akomodasi dari kotamu ke Yogyakarta apabila kamu diumumkan lulus menjadi siswa COP School Batch 14 yang akan diumumkan pada 23 Juni 2024.

Sampai jumpa di Yogyakarta. (BUK)

COP KUNJUNGI SMAN 2 LUBUK SIKAPING

“Sikut Ketemu Lutut”, begitulah tim APE Protector COP memulai interaksi dengan anak-anak SMAN 2 Lubuk Sikaping, Sumatra Barat pada 24 April 2024 yang lalu. Sikutmu akan bersentuhan dengan lutut temanmu. Ini adalah pemanasan fisik dan konsentrasi para siswa-siswi kelas 10 yang berjumlah 30 orang. Selama 90 menit ke depan, mereka akan mengenal Centre for Orangutan Protection dan perlindungan Harimau Sumatra.

Harimau Sumatra sebagai predator puncak punya peran penting dalam ekosistem dalam penjelasan Putri Utami Saryanti Caesaria, mahasiswa master Ecology, Evolution and Conservation dari Universitas Potsdam yang disampaikan dengan santai. Putri sendiri adalah relawan COP yang tertarik dengan kegiatan Centre for Orangutan Protection yang seharusnya magang di Kalimantan, namun karena baru saja mengalami kecelakaan, akhirnya lokasi magang dialihkan ke Sumatra Barat.

Kegiatan dilanjutkan dengan pengenalan Ruang Informasi Harimau Sumatra (RIHAS) yang bisa dikunjungi secara umum dan video singkat tentang kondisi habitat satwa liar secara umum. School visit pun diakhiri dengan permainan “Tali Habitat” di luar ruang kelas yang menggambarkan semakin tergerusnya luasan hutan yang menjadi habitat satwa liar maka semakin sedikit pula satwa yang bertahan dari kepunahan. Seiring dengan mengecilnya lingkaran tali sebagai representasi habitat, semakin besar persaingan antar satwa untuk mendapatkan tempat tinggal. “Lalu bisakah kita hidup berdampingan?”. (VID)

KARTINI COP UNTUK ORANGUTAN INDONESIA

75% dokter hewan di Centre for Orangutan Protection (COP) adalah perempuan. Perempuan-perempuan yang mendapat kesempatan belajar setinggi yang diinginkannya karena perjuangan ibu RA Kartini dan perempuan-perempuan terdahulu yang mengedepankan pendidikan sebagai pintu gerbang pengetahuan dan peran penting perempuan dalam kehidupan tanpa terikat tradisi maupun budaya yang membatasinya. Mereka adalah drh. Theresia Tineti, drh. Elise Ballo, drh. Tetri Regilya, dan drh. Rizki Widiyanti.

Posisi penting di COP juga diisi oleh perempuan-perempuan berlatar pendidikan master dan sarjana di bidang studi Biologi, Kehutanan, Ilmu Komunikasi, Geografi, Peternakan, Ilmu Ekonomi, hingga vokasi keperawatan. Mereka lahir dari keluarga yang mendukung perempuan berhak mendapatkan pendidikan dan bisa berkarier di dunia kerja khususnya konservasi. Mereka adalah perempuan-perempuan yang meninggalkan zona nyaman dalam keluarganya. Mereka merantau, meninggalkan tanah kelahirannya, keluarga yang menyayanginya, untuk bertemu teman dan keluarga yang baru sebagai rekan kerja.

Perempuan di COP berkerja secara profesional dan terus mengaktualisasikan dirinya. Ilmu terus berkembang seiring permasalahan yang harus ditemukan jalan keluarnya. Terima kasih ibu kita Kartini. Terima kasih perjuangan perempuan-perempuan terdahulu yang membuka jalan pendidikan ini. Lihatlah kartini-kartini COP berkarier.

TELUR SEMPIDAN BIRU DIMAKAN BERUK

Awal Maret 2024, di tengah rimbunnya hutan, terdapat 6 butir telur di atas serasah yang tersembunyi di antara banir/akar papan milik sebuah pohon yang berada di lokasi sekolah hutan. Telur-telur ini pertama kali ditemukan Saras (animal keeper) saat sedang membawa orangutan Popi. “Aw ada telur”, kata Saras saat pertama kali melihatnya. Saya kemudian mengecek lokasi telur sebut, sambil kemudian cukup kerepotan untuk menghalau orangutan Popi dan Jojo yang juga telah melihat telur tersebut. Mereka terlihat sangat tertarik untuk memakan telur-telur itu.

Sepulang dari kegiatan Sekolah Hutan, saya berangkat kembali dari camp BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance) menuju lokasi penemuan telur tersebut dengan membawa camera trap (kamera jebak), berharap dapat merekam detik-detik menetasnya telur-telur tersebut dengan menggunakan camera trap.

Hari demi hari, kamera tersebut setia merekam segala aktivitas yang terjadi di sekitar sarang burung yang teridentifikasi merupakan burung sempidan biru kalimantan (Lophura ignita).Kamera itu tidak hanya menjadi saksi biru perjalanan hidup yang akan segera bermula dari dalam cangkak telur, tetapi juga interaksi dinamis ekosistem hutan. Sang induk sempidan biru beberapa kali terekam bolak-balik keluar masuk sarang selama masa pengeraman telur.

Namun alam selalu memiliki ceritanya sendiri, tidak selalu seperti yang kita harapkan. Setelah kurang lebih dua minggu sejak pemasangan kamera jebak, suatu pagi terjadi peristiwa yang tak terduga. Seekor beruk (Macaca nemestrina) berukuran besar dan berjenis kelamin jantan mendekati sarang dengan gerakan yang tenang namun pasti. Dengan keahlian mencari makannya, beruk itu memeriksa sarang sempidan biru yang sedang ditinggalkan oleh induknya. Telur-telur itu kemudian menjadi sarapan sang beruk. Dua buah camera trap berhasil merekam detik-detik tersebut secara jarak dekat dan jauh.

Meskipun kejadian ini di luar harapan, tetapi saya sadar bahwa ini adalah bagian dari siklus kehidupan di alam liar. Rekaman ini tidak hanya menjadi dokumentasi tentang kegagalan menetasnya telur burung tersebut, tapi juga pelajaran berharga tentang realitas alam yang tidak selalu berjalan sesuai harapan kita. Pengalaman ini menjadi pelajaran untuk memahami dan menghargai dinamika kehidupan liar di hutan, serta nilai penting setiap makhluk dalam menjaga keseimbangan alam. (RAF)

SCHOOL VISIT SMA NEGERI 2 SLEMAN, YOGYAKARTA

Jauh-jauh dari Surabaya untuk memimpin kunjungan ke SMA Negeri 2 Sleman Yogyakarta. Sosok Orangufriends lulusan Universitas Ciputra jurusan Psikologi ini sangat menarik. Rendy Aditya yang juga alumni COP School Batch 12 dengan tata bahasa yang teratur memulai edukasi pagi itu. 5 April 2024, tiga kelas 10 melebur menjadi satu aula. Mereka adalah generasi Z yang katanya selalu cepat mendapatkan informasi apa pun.

Kursi sudah terisi penuh, memulai materi yang mau dibilang berat ya berat tapi dibuat ringan juga bisa, tetap butuh fokus audience. Ice breaking, si pemecah suasana pun dimainkan. 144 orang diharuskan berdiri dan mengikuti Adi, si kapten APE Patriot yang kebetulan sedang berada di Yogya. Orangutan Sumatra dan Tapanuli pun menjadi topik hangat karena APE Patriot sendiri fokus pada perlindungan orangutan tapanuli dan habitatnya. “Centre for Orangutan Protection (COP) adalah satu-satunya organisasi yang bekerja untuk tiga spesies orangutan di Indonesia. Wilayah kerja yang sangat luas tentu saja tidak bisa dikerjakan sendiri. Dukungan para relawan yang tergabung dalam Orangufriends ini lah yang menguatkan. Lewat edukasi menjadi harapan, kelak generasi muda akan terus berkembang dan menggantikan peran sebelumnya.”.

School visit pun berjalan mulus, komunikasi dua arah pun terjalin. Tentu saja ketuk pintu sekolahan satu dengan sekolahan lainnya akan terus berlanjut. Banyak informasi yang tidak tersampaikan jika hanya mengandalkan dunia maya, apalagi media sosial. Keterbatasan durasi dan kebiasaan scroll-skip tanpa melihat sampai akhir juga menjadi hambatan. Fokus yang hanya separuh-separuh juga menjadi halangan untuk mendapatkan informasi yang utuh. Karena itu, COP akan terus hadir untuk generasi Z dan Alpha. (SAT)

COP KUNJUNGI TETANGGANYA, SMP NEGERI 5 SLEMAN

Sekolah ini terletak selemparan lokasi COP School yang baru diresmikan pada 1 Maret 2024 yang lalu. Sudah sebulan ini hanya terlewati saat pergi ke kantor maupun pulang hingga akhirnya berkesempatan school visit. SMP Negeri 5 Sleman berlokasi di Brayut, Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. SMPN 5 Sleman menjadi salah satu tetangga dekat yang turut serta hadir saat peresmian kantor baru Centre for Orangutan Protection.

Pagi itu, sebanyak 40 siswa dan siswi SMPN 2 Sleman mewakili angkatan kelas 8 dan kelas 9 yang tergabung dalam OSIS untuk mengikuti edukasi dan penyadartahuan tentang pentingnya konservasi orangutan yang ada di Indonesia. Wajah serius mereka seketika mengendur ketika tim APE Warrior memperkenal diri. “Mari mengenal COP dan kegiatannya dengan lebih santai. Lalu ambil peranmu untuk orangutan dan habitatnya.”, begitu ajak Randy Aditya yang merupakan relawan COP sejak 2022 yang lalu.

Materi edukasi tentang tiga spesies orangutan yang ada di Indonesia bergulir dengan cepat, pertanyaan demi pertanyaan sempat membuat tim kewalahan. Sebuah pemikiran anak SMP yang sangat bahkan tidak terpikirkan oleh kita yang dewasa. Inilah yang membuat COP akan terus melakukan school visit dimana pun COP berada. Tidak jarang para relawannya yang tergabung di Orangufriends yang juga akan melakukan school visit. Edukasi khas COP akan bisa dirasakan sekolah-sekolah yang ingin dikunjungi. Hubungi email info@orangutanprotection.com untuk informasi lebih lanjutnya. (Rendy_COPSchool12)