TELUR SEMPIDAN BIRU DIMAKAN BERUK

Awal Maret 2024, di tengah rimbunnya hutan, terdapat 6 butir telur di atas serasah yang tersembunyi di antara banir/akar papan milik sebuah pohon yang berada di lokasi sekolah hutan. Telur-telur ini pertama kali ditemukan Saras (animal keeper) saat sedang membawa orangutan Popi. “Aw ada telur”, kata Saras saat pertama kali melihatnya. Saya kemudian mengecek lokasi telur sebut, sambil kemudian cukup kerepotan untuk menghalau orangutan Popi dan Jojo yang juga telah melihat telur tersebut. Mereka terlihat sangat tertarik untuk memakan telur-telur itu.

Sepulang dari kegiatan Sekolah Hutan, saya berangkat kembali dari camp BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance) menuju lokasi penemuan telur tersebut dengan membawa camera trap (kamera jebak), berharap dapat merekam detik-detik menetasnya telur-telur tersebut dengan menggunakan camera trap.

Hari demi hari, kamera tersebut setia merekam segala aktivitas yang terjadi di sekitar sarang burung yang teridentifikasi merupakan burung sempidan biru kalimantan (Lophura ignita).Kamera itu tidak hanya menjadi saksi biru perjalanan hidup yang akan segera bermula dari dalam cangkak telur, tetapi juga interaksi dinamis ekosistem hutan. Sang induk sempidan biru beberapa kali terekam bolak-balik keluar masuk sarang selama masa pengeraman telur.

Namun alam selalu memiliki ceritanya sendiri, tidak selalu seperti yang kita harapkan. Setelah kurang lebih dua minggu sejak pemasangan kamera jebak, suatu pagi terjadi peristiwa yang tak terduga. Seekor beruk (Macaca nemestrina) berukuran besar dan berjenis kelamin jantan mendekati sarang dengan gerakan yang tenang namun pasti. Dengan keahlian mencari makannya, beruk itu memeriksa sarang sempidan biru yang sedang ditinggalkan oleh induknya. Telur-telur itu kemudian menjadi sarapan sang beruk. Dua buah camera trap berhasil merekam detik-detik tersebut secara jarak dekat dan jauh.

Meskipun kejadian ini di luar harapan, tetapi saya sadar bahwa ini adalah bagian dari siklus kehidupan di alam liar. Rekaman ini tidak hanya menjadi dokumentasi tentang kegagalan menetasnya telur burung tersebut, tapi juga pelajaran berharga tentang realitas alam yang tidak selalu berjalan sesuai harapan kita. Pengalaman ini menjadi pelajaran untuk memahami dan menghargai dinamika kehidupan liar di hutan, serta nilai penting setiap makhluk dalam menjaga keseimbangan alam. (RAF)

Comments

comments

You may also like