SEMOGA PELEPASLIARAN ORANGUTAN RONGRING LANCAR

Menutup tahun 2023 dengan mempersiapkan jalur pelepasliaran orangutan Rongring membuat adrenalin tim APE Patriot, tim termuda Centre for Orangutan Protection (COP) yang bekerja di Tapanuli, Sumatra Utara meningkat. Rongring sebelumnya sempat batal dilepasliarkan bersama orangutan Kriwil pada Oktober 2023 yang lalu. APE Patriot kembali mengambil peran di PRM (Post Release Monitoring) dimana tim wajib mengikuti kemana pun orangutan yang baru dilepasliarakan dan memastikan orangutan tersebut mampu bertahan hidup dan beradaptasi di rumah barunya.

“Hari ini, kami (APE Patriot COP) bersama tim Resort Siranggas 2, TahuKah melakukan pembersihan jalur dan pembuatan jalur untuk kegiatan pelepasliaran. Sementara orangutan Rongring masih dalam perjalanan dari Sibolangit ke kantor SKW 1 Sidikalang dan rencana besok pagi tim langsung bergerak ke titik lokasi”, berikut pesan singkat yang disampaikan Adi, kapten APE Patriot usai memastikan jalanan lubang yang akan dilalui tertutup dan layak dilalui. Beberapa jalur terjal juga dibuatkan peganggan dari batang pohon agar esok hari tim yang mengangkat kandang bisa terbantu. “Semoga besok semesta bersahabat alias tidak hujan”.

Ini adalah kali keduanya tim APE Patriot membantu BBKSDA Sumut melepasliarkan kembali orangutan ke habitatnya. APE Patriot juga fokus pada edukasi dan penyadartahuan tentang orangutan. Rangkaian kunjungan ke sekolah (school visit) di Tapanuli juga telah dilaksanakan bulan sebelas yang lalu bertepatan dengan Orangutan Caring Week pada 13-19 November 2023. Semangat APE Patriot!

ASTO DAN ASIH BERTUKAR PERAN

Ketika orangutan kecil tumbuh dan berkembang bersama orangutan lainnya, tak jarang mereka akan saling belajar dan mungkin saja bertukar prilaku. Jika tiga bulan yang lalu Asto selalu berhasil memanjat pohon yang tinggi dan diikuti Asih, tapi kini sebaliknya, kemana pun Asih bergerak, Asto mengikutinya.

Jika dilihat dari ukuran tubuh, Asto memang lebih besar dibandingkan Asih. Tapi kemampuan pindah dari satu pohon ke pohon yang lain serta pemanfaatan tali yang menghubungkan jarak antar pohon, Asih tak kalah dengan Asto. Keberanian Asih pada Asto untuk bermain secara fisik juga tidak tanggung-tanggung. Asih tak segan-segan menarik rambut-rambut Asto dan bergelantungan dengan memegang rambut Asto. Dan anehnya, rambut-rambut itu tak ada yang tercabut. Padahal ini seperti rambut manusia yang sedang dijambak.

Apakah menurutmu anak orangutan dan manusia mirip? Ya, kita berbagi 97% DNA yang sama. Anak manusia akan belajar berkomunikasi dan bersosialisasi karena manusia adalah makhluk sosial. Sedikit berbeda dengan orangutan yang sejak kelahirannya akan hanya mengenal induknya hingga usia 6 tahun dan kemudian akan mulai berpisah dengan induknya untuk mengarungi kehidupannya sendiri. Orangutan adalah makhluk semi-soliter. Persaingan untuk mendapatkan makanan adalah salah satu penyebabnya. Mau tahu lebih banyak tentang orangutan? Ikuti instagram @orangutan_COP ya.

VONIS 2 BULAN PENJARA ATAS PELIHARA ORANGUTAN, COP DUKUNG JAKSA UNTUK BANDING DAN TEGAKKAN KEADILAN

“Centre for Orangutan Protection tidak pernah mengira hukuman eks Bupati Langkat yang memiliki orangutan di rumahnya akan dijatuhi vonis hanya 2 bulan penjara. Ini seperti mencoreng kepercayaan kami pada peradilan di Indonesia. Bagaimana mungkin hukum bisa ditegakkan jika secara sah bersalah namun hukuman yang diterima hanya seperti kejahatan ringan lainnya?”, ujar Daniek Hendarto, direktur Centre for Orangutan Protection dengan kecewa.

Putusan hakim yang diketuai Ledis Meriana menyebut Terbit Rencana Perangin-angin (TPR) secara sah bersalah melanggar Pasal 40 ayat (4) jo Pasal 21 (2) huruf a UU RI Nomor 4 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Hakim menjatuhkan pidana kurungan penjara 2 bulan, denda Rp 50 juta apabila denda tersebut tidak diganti mendapat tambahan selama hukuman 1 bulan penjara. Hakim juga menyampaikan, pidana tersebut tidak perlu dijalankan, kecuali dikemudian hari terdakwa melakukan kejahatan sebelum masa percobaan berakhir selama 4 bulan.

“COP mendesak Jaksa untuk banding mengingat kejahatan ini adalah hal yang serius. Kepemilikan ilegal satwa liar dilindungi yaitu orangutan sejak 2019 yang dipelihara di rumah eks Bupati Langkat di Dusun I Nangka Lima, Desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara ini, telah memporak-porandakan usaha konservasi orangutan di Indonesia.”, tegas Daniek lagi.

Pada 25 Januari 2022 yang lalu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penggeledahan di rumah terdakwa dan menemukan kepemilikan satwa liar yang dilindungi Terbit tak hanya memelihara orangutan sumatra, tetapi 1 elang brontok, 2 burung beo dan 1 monyet hitam sulawesi.

“Besar harapan kami, Jaksa mempertahankan tuntutan 10 bulan penjara denda Rp 50.000.000,00, subsider 3 bulan kurungan. Walau tuntutan itu sendiri tidak sebanding dengan kerugian ekosistem dan usaha konservasi. Satu orangutan yang sampai ke tangan manusia dapat dipastikan ada 2-5 orangutan lainnya yang mati di alam. Orangutan adalah ikon Indonesia yang berada di ambang kepunahan. Centre for Orangutan Protection mendukung Jaksa untuk banding dan tegakkan keadilan”, tambah Daniek Hendarto lagi.

MAKAN APA DI SEKOLAH HUTAN SRA

Ketika BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance) menyebutkan bahwa area sekolah hutannya mengalami kelangkaan buah karena musim buah telah berlalu. Sumatran Rescue Alliance (SRA) berbeda, mengapa? Selain pepohonan yang kian menipis dan tumbang akibat aktivitas sekolah hutan Asto dan Asih, pepohonan di SRA tak lagi menghasilkan buah-buahan yang dapat memberikan asupan energi untuk Asto dan Asih, namun hal ini tidak membuat mereka menyerah. 

Asto dan Asih sering terlihat mengunyah dan mengemil beberapa jenis pakan yang dapat dijumpai di bagian bawah sekolah hutan. Seperti bunga-bungaan dan beberapa daun muda segar yang muncul usai minggu lalu dipetik oleh mereka. Asto juga terlihat memakan kulit pohon hingga menghisap kambiumnya. Jika sudah tak menemukan yang menarik lagi, dengan mengendap-endap Asto dan Asih sudah berada di tanah dan kabur ke area pulau yang sedang diistirahatkan. 

Aktivitas sekolah hutannya Asto Asih didominasi bermain bersama. Perawat satwa di SRA juga membantu pergerakan kedua orangutan ini dengan memasang tali yang menghubungkan satu pohon dengan pohon yang lain. Kondisi sekolah hutan di SRA bukanlah hutan primer seperti di BORA dan menjadi konsen tersendiri buat SRA untuk merimbunkan kembali kawasan tersebut agar bisa menyerupai hutan yang akan menjadi rumah berlatih untuk kedua orangutan tersebut. Yuk bantu Asto Asih dapatkan pohon! (BIL)

ENRICHMENT ORANGUTAN DARI BORA UNTUK SRA

Dua orang perawat satwa BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance) membuatkan enrichment selang pemadam yang berisi potongan buah jambu sebanyak 30% dan 70% dedaunan ditambah dengan madu untuk orangutan di SRA (Sumatran Rescue Alliance). Pemberian enrichment ini untuk mengisi waktu luang Asto dan Asih di kandang ketika hujan lebat atau saat panas terik jika sekolah hutan ditiadakan.

Selang pemadam kebakaran menjadi pilihan wadah karena bahan yang kuat. Asto dan Asih berusaha menggapai enrichment bentuk baru ini. Aroma madu yang tercium dan menetes keluar selang secara alamiah membuat mereka menghisap-hisap ujung-ujung selang. Ketika sudah tidak ada lagi tetesan yang tersisa, keduanya mulai mencongkel dan menggigit enrichment tersebut.

Perilaku bertukar enrichment pun terjadi. Asih mengambil selang milik Asto, begitu pula sebaliknya. Keduanya bertukar enrichment yang tak mengeluarkan cairan lagi. Tapi keduanya menyadari, masih ada sesuatu di dalamnya. Berulang kali, mereka mengendus, menggigit, dan mencongkel ujung selang yang dijahit tali. Asto yang memiliki tubuh sedikit lebih besar mulai bertugas sebagai “penghancur” dan membesarkan lubang. Sementara Asih sebagai “penerus” nya, membuat lubang semakin besar agar seluruh isi enrichment berhasil dikeluarkan dan dinikmati.

Apakah mereka saling bekerja sama? Atau kah Asto selalu menjadi tempat meminta tolong Asih? Saatnyakah mereka berdua berpisah kandang agar bisa lebih mandiri? Ahmad Nabil kembali membuka catatan lama Asto dan Asih yang telah dua tahun menghuni pusat konservasi orangutan SRA yang berada di Besitang, Sumatra Utara ini. Sebagai biologist, perilaku keduanya terpantau dan menjadi evaluasi untuk program rehabilitasi orangutan tersebut. Program ini adalah usaha untuk merangsang perilaku alami dan kemampuan orangutan agar siap dilepasliarkan pada waktunya. (BIL)