LEECHES AND MUD

What is the condition of the field at COP Borneo orangutan rehabilitation center?

The Orangutan Rehabilitation Center is located in East Borneo is in a tropical rain forest with a very tight and thick trees canopy. Even the sun is very difficult to penetrate the forest floor. This location makes the plants always wet and moist. This condition will get worse when the rain comes. Red soil conditions will be more slippery when it rains.

When the forest school program, the journey to the location will become it’s own art. “The challenge of carrying orangutan became bigger because the roads are slippery and at some point, our feet will be in a puddle of mud that makes our way even harder,”said Wety, the orangutan baby sitter.

When we are busy balancing our footsteps in the middle of slippery mud, we also have to deal with leeches, the blood sucker. “If you come here, must get acquaintance with leeches and mud. They are like a family members which you don’t have choices to be familiar with.”, said Amir the animal keeper with a big smile.

Yes, that afternoon, Amir got a leech bite at his feet while carrying Owi, Bonti and Happy to the forest school. The leech that initially as big as a toothpick turn into as fat as an adult’s thumbs, “If we satiate our blood, this leech may be drowsy,” said Amir.

However, the leeches were never killed, otherwise it set to be released. “These leeches is the landlord, We come and borrow it for the jungle school. Naturally they such the blood that is their food.”, thought Amir.

Legs with protector and high shoes will not escape from the leeches. But do not be afraid of leeches and mud in here, ok, because this rehabilitation center is a miniature tropical rain forest of Borneo that is still very natural. This is where the long rehabilitation process begins. (Dhea_Orangufriends)

LINTAH DAN LUMPUR
Bagaimanakah kondisi lapangan di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo? Pusat rehabilitasi orangutan yang berada di Kalimantan Timur ini berada di hutan hujan tropis dengan kanopi pohon yang sangat rapat. Bahkan matahari sangat sulit menembus lantai hutan karena terhalang kanopi yang luar biasa tebalnya. Lokasi ini membuat tanang selalu basah dan lembab. Kondisi ini akan semakin parah manakala hujan datang. Kondisi tanah merah akan semakin licin saat hujan turun.

Saat program sekolah hutan, perjalanan menuju lokasi akan menjadi seni tersendiri. “Tantangan mengendong orangutan menjadi lebih besar karena jalanan menjadi licin dan di beberapa titik, kaki kita akan terjeblos genangan lumpur yang membuat jalan kita semakin berat.”, ujar Wety, si baby sitter orangutan.

Dimana kita sibuk menyeimbangkan langkah kaki di tengah lumpur yang licin, kita pun harus berhadapan dengan si lintah, penyedot darah. “Kalau ke sini, kudu kenalan sama yang namanya lintah dan lumpur. Mereka itu seperti anggota keluarga yang mau ngak mau, harus akrab dengan kita.”, ungkap Amir, animal keeper dengan senyum lebar.

Ya, siang itu, Amir kena satu gigitan lintah di kakinya saat membawa orangutan Owi, Bonti dan Happi menuju sekolah hutan. Lintah yang awalnya sebatang liding akan berubah menjadi gendut seperti jempol, jari orang dewasa. “Kalau kenyang menghisap darah kita, lintah ini mungkin akan mengantuk kekenyangan ya.”, kata Amir.

Namun, lintah-lintah itu tidak pernah dibunuh, sebaliknya dilepas. “Lintah-lintah ini yang punya tanah. Kita yang datang dan pinjam untuk sekolah hutan. Wajarlah kalau mereka menghisap darah yang merupakan makanan mereka.”, pikir Amir lagi.

Kaki dengan pelindung kaki dan sepatu tinggi tak kan luput dari hisapan lintah. Tapi jangan takut dengan lintah dan lumpur di sini ya, karena pusat rehabilitasi ini adalah miniatur hutan hujan tropis Kalimantan yang masih sangat alami. Di sinilah proses panjang rehabilitasi orangutan dimulai. (NIK)

PRETTY, THE ORANGUTAN COVERED WITH JACKFRUIT SAP

This Orangutan found by Mr. Cuandi in the condition covered with Jackfruit Sap all over her. Pretty the Orangutan. This female orangutan has been kept pet for 8 months of residents in Sungai Plangkon, Tumbang Kaban, Katingan Hulu District, Central Borneo.

“Pretty the orangutan is kept by Mr. Sugianto for 8 months under a Jackfruit tree. I bought from him for Rp.400.000,00”, Said Mr. Cuandi.

Together with Mr. Muriansyah (BKSDA Pos Sampit), Mr. Novilianto (Manggala Agni) and APE Crusader picked Pretty the orangutan in Parenggean Police Station on June 28th, 2017.

The loss of orangutan habitat due to the change of forest function is the main cause of orangutans came across the community .” How will orangutans live in forests if their forests run out?” Says Faruq, Center og Orangutan Protection. This is our shared responsibility. (Dhea_Orangufriends)

PRETTY, ORANGUTAN PENUH GETAH NANGKA
Orangutan ini ditemukan pak Cuandi dalam kondisi rambut dipenuhi getah pohon Nangka. Pretty namanya. Orangutan betina ini sudah selama 8 bulan dalam pemeliharaan warga sungai Plangkon, kecamatan Tumbang Kaban, kabupaten Katingan Hulu, Kalimantan Tengah.
“Orangutan Pretty ini dipelihara pak Sugianto selama 8 bulan di bawah pohon nangka. Saya membeli darinya seharga Rp 400.000,00..”, ujar pak Cuandi.
Bersama pak Muriansyah (BKSDA Pos Sampit), pak Novilianto (Manggala Agni) dan APE Crusader menjemput orangutan Pretty di Polsek Parenggean pada 28 Juni 2017.
Hilangnya habitat orangutan karena alih fungsi hutan adalah penyebab utama orangutan sampai pada masyarakat. “Bagaimana orangutan akan hidup di hutan, jika hutannya habis?”, ujar Faruq, Centre for Orangutan Protection. Ini adalah tanggung jawab kita bersama.

AMIR : CLEAN CAGES AND ORANGUTAN EATS ON TIME

Amir is one of the young villagers of Merasa who work at COP Borneo, an orangutan rehabilitation center established by Indonesian children. Since January 2017, Amir works as an animal keeper. The man born in Tarakan, East Borneo, 20 years ago is very good at boat motorist, forest school, animal enrichment, equipment maintenance to technical personnel. COP Borneo is fortunate to have a versatile Amir in this rehabilitation center.

Amir looks more excited while in the forest school. Yes… with baby orangutans without their father and mother. And his favorite baby orangutan is Owi, because Amir considers, Owi is the most intelligent baby orangutan and the leady of other baby orangutans in COP Borneo forest school.

“My activity when in the forest scholl is to record what the orangutans eat. What kind of jungle fruits, which forest flowers, leaves tree bark to termites and even what kind of grains they eat in the forest, it shoul be recorded in detail in order to know the development of orangutans in forest schools.” Amir explained seriously.

Amir also tells which fruits is the baby orangutans in COP Borneo favorites is Molinese Bananas. It’s a small shaped and sweet tasted banana. “Molinese banana is the favorite food of the orangutans in our rehabilitation center, mas.” said Amir.

Disinfectant program was a recommendations from the medical team also conducted by Amir two times a week. Spraying is done to sterilized the cages and prevent disease. When asked, what his feeling joining COP Borneo, Amir replied firmly, “Happy and proud, mas. I can learn a lot here with orangutans and new friends”.

Amir memorized all orangutans foods. The most favorites fruits and what he have to over. “Every day there is a variety of food given to orangutans. Fruits and vegetables are mixed at least 8 types, as directed by the veterinarian.”

Antak and Pingpong, very fond of long beans and mustard greens, so if they sulking, Amir will give their favorite food. “ I have to make sure every day orangutans eats on time and the cages should be clean, because that is my responsibility,” said Amir ending the evening chat at COP Borneo. (Dhea_Orangufriends)

AMIR: KANDANG BERSIH DAN ORANGUTAN MAKAN TEPAT WAKTU
Amir adalah salah satu pemuda desa Merasa yang bekerja di COP Borneo, pusat rehabilitasi orangutan yang didirikan putra-putri Indonesia. Sejak januari 2017, Amir bekerja sebagai animal keeper. Pria kelahiran Tarakan, kalimantan Timur, 20 tahun yang lalu ini sangat cakap di urusan motoris kapal, sekolah hutan, enrichment satwa, perawatan alat hingga tenaga teknis. COP Borneo beruntung memiliki Amir yang serba bisa di pusat rehabilitasi ini.

Amir terlihat lebih bersemangat saat berada di sekolah hutan. Ya… bersama bayi-bayi orangutan tanpa ayah dan ibu ini. Dan bayi orangutan favoritnya adalah orangutan Owi, karena Amir menganggap, Owi adalah bayi orangutan yang paling cerdas dan sebagai pemimpin bayi orangutan lainnya di sekolah hutan COP Borneo.

“Aktivitas saya ketika sekolah hutan adalah mencatat apa saja yang dimakan orangutan. Makan buah hutan apa, bunga hutan apa, daun, kulit pohon hingga rayap bahkan biji-bijian apa yang dimakan orangutan di hutan, harus dicatat dengan detil agar bisa mengetahui perkembangan orangutan di sekolah hutan.”, jelas Amir serius.

Amir juga bercerita buah kesenangan para bayi orangutan di COP Borneo yaitu pisang Moli. Pisang dengan bentuk kecil dan manis. “Pisang Moli ini adalah makanan favorit para orangutan di pusat rehabilitasi kita, mas.”, ujar Amir.

Program disinfektan rekomendasi dari tim medis juga dilakukan Amir seminggu 2 kali. Penyemprotan ini dilakukan untuk sterilisasi kandang dan mencegah penyakit. Ketika ditanya bagaimana perasaan gabung di COP Bornei, Amir menjawab dengan tegas, “Senang dan bangga, mas. Saya bisa belajar banyak hal di sini, dengan orangutan dan teman-teman baru.”.

Amir paling hafal dengan menu makanan orangutan. Buah yang paling disukai orangutan dan apa saja yang harus disajikannya. “Setiap hari ada variasi makanan yang diberikan ke orangutan. Buah dan sayur dicampur dengan minimal 8 jenis, sesuai arahan dari dokter hewan.”

Antak dan Pingpong, sangat suka kacang panjang dan sawi, maka kalo mereka lagi ngambek makan, Amir akan memberikan makanan kesukaan mereka. “Saya setiap hari harus memastikan orangutan makan tepat waktu dan kandang harus bersih, karena itu adalah tanggung jawab saya.”, ungkap Amir mengakhiri obrolan menjelang malam di COP Borneo. (NIK)

HERCULES, THE GALLANT AND STRONG

In Greek mythology, Hercules is gallant, brave, and very strong. And Hercules is one of the oldest orangutan in Pre-release Island in COP Borneo Centre of Rehabilitaion. Hercules is an alpha male and other orangutans respect him so mcuh. You will feel amazed when you see his figure. Muscular, big, and great hair. “He is one of the orangutans that eat the most in this island,” stated Joni, Pre-release Island coordinator. He will finish each meal the keeper give the, and not hesitate to attack when interrupted. “The Feeding method has been changed. We no longer put the food on the platform, we throw the food all over the island, using the boat. Ths will reduce his dominance, and teach the other orangutans to actually look for their own food,” stated Reza Kurniawan, COP APE Defender Captain. During each routine patrol, they observed that Hercules has a good climbing skill. They always spot them on top of the tree. “Through routine ibservation, we figured that Hercules is good at moving from one tree to another. However, his nesting skill is still need to be improved. He likes to use the old nest, or old nest from another orangutan,” stated Rian Winardi, COP Vet. Therefore, Hercules has not been picked for the next release candidate, unlike Nigel and Oki, which based on the team observation, have been considered ready to be released. “Hercules’s dominance is very visible during feeding time. One day, we added some egg for extra nutrition. We wrapped the egg with leaves. Hercules took all the egg, even stole it from another orangutan, so the team added some more and changed the feeding method so Hercules wont take everything for himslef alone,” added Rian. Now, Hercules’s development has been considered good. We hope he will have the chance to come home to the jungle of Kalimantan. (Zahra_Orangufriends)

Dalam mitologi Yunani, Hercules adalah orang yang gagah, berani dan sangat kuat. Dan Hercules adalah nama salah satu orangutan tertua yang berada di pulau pra-pelepasliaran Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo. Hercules merupakan jantan dominan yang sangat disegani oleh orangutan lainnya di pulau pra-pelepasliaran. Melihat sosoknya, siapapun yang melihatnya akan sangat takjub, postur tegak, berotot dan memiliki tubuh yang besar dengan rambut yang indah.

“Dia adalah salah satu orangutan dengan makan makanan terbanyak di pulau.”, ungkap Joni, koordinator pulau pra-pelepasliaran COP Borneo. Dia akan menghabiskan setiap makanan yang diberikan oleh animal keeper dan menguasainya serta tak segan-segan menyerang ketika diganggu.

“Metode feeding telah diubah. Tidak hanya diletakkan di platform/dermaga pakan saja, melainkan kita sebar di segala penjuru pulau dengan menggunakan perahu. Ini akan mengurangi dominasi Hercules dan juga mengajarkan orangutan di pulau ini untuk belajar mencari pakan sendiri dari buah yang dilempar oleh animal keeper.”, jelas Reza Kurniawan, kapten APE Defender COP.

Setiap patroli rutin dilakukan, Hercules terpantau memiliki kemampuan memanjat yang baik. Hercules juga terlihat selalu berada di atas pohon. “Dari hasil monitoring tim di pulau orangutan, Hercules pintar memanjat dari satu pohon ke pohon lainnya. Namun kemampuan membuat sarang masih kurang. Dia masih senang memakai sarang lama atau bekas sarang orangutan lainnya.”, ujar drh. Rian Winardi, tim medis COP Borneo. Makanya ketika pemilihan kandidat orangutan yang akan dirilis dalam waktu dekat ini, Hercules belum masuk daftar dan masih tergeser oleh orangutan Nigel dan Oki yang secara pengamatan tim, perilaku mereka berdua masuk dalam kriteria siap rilis.

“Dominasi Hercules cukup terlihat saat perebutan makanan. Pernah dalam satu waktu, kami memberikan nutrisi pakan tambahan berupa telur rebus untuk semua orangutan. Telur kami bungkus dengan daun. Hercules merampas semuanya dan memakan tanpa ampun jatah orangutan lainnya, sehingga tim harus membuat makanan tambahan baru dengan metode pemberian yang berbeda agar aman dari jangkauan Hercules.” tambah drh. Rian.

Namun, perkembangan Hercules dalam catatan tim monitoring mengalami peningkatan yang baik dan berharap, dia akan memiliki kesempatan yang sama untuk kembali pulang ke rumahnya di jantung hutan hujan pulau Kalimantan. (NIK)

JHONY MARCUS, RELIABLE COP KETITITING [BOAT] MOTORIST

Born 20 years ago in Kluber, North Borneo with the blood of Dayak from mother side and Bugis tribe in the father side. Jhony joins the COP Borneo orangutan rehabilitation center since November 2015 with the position of post coordinator of orangutan island. Under Jhony’s cooridination, 7 orangutans in orangutan islands should always be monitored, island patrols and feeding.

“We patrolled by boat 5 times a day and 2 times at monitoring post with binoculars,” said Jhony. When it rains for days, working at orangutan monitoring post is quite a high risk.Kelay River that surrounds the orangutan island will rise and floods will come. The main route to monitor the island becomes swift. The island will be submerged and leaving 50% of its land. Floods usually drag timber from up stream of Kelay river in the form of the size of an adult’s hand to the extend of the utility pole. The current reading skill and the obstacle ate absolutely necessary. Don’t let the boat hit the timber, it will cause the boat propeller destroyed or even carried away by the current, capsized and sink.

Since the age of 12, Jhony has understood the river and the flow of light and large floods. “Under the condition of massive flooding with lots of timber and debris, we have to move lane, dodge and spin or we will be hit by the debris that are carried by the water, crushed, capsized and drowned”, explains Jhony. “We have to keep patroling wirt the flood to make sure the orangutans are in a safe place, not to let them to be dragged, drifting and lost,” he added.

Jhony also tell us one of his annoyance when there are people who interfere with orangutans on the island. Usually Jhony will reprimand and explain that at any time orangutans can strike if we are too close.

Then who is his favorite orangutan? Yes… Nigel the smartestof all , not nosy with other orangutans and pretty wild. When Jhony hear about Nigel is selected as one of the candidates who will be released in the near future, he said,” Hearing him as a candidate, Makes me very happy. I can not wait for Nigel to be released and if it works… the hard work of my friends and me are not in vain”. (Dhea_Orangufriends)

JHONY MARKUS, MOTORIS HANDAL KETITING COP

Lahir 20 tahun lalu di Kluber, Kalimantan Utara dengan darah ibu suku Dayak dan bapak suku Bugis. Jhony bergabung di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo sejak November 2015 dengan jabatan sebagai kordinator pos pantau pulau orangutan. Di bawah kordinasi Jhony, 7 orangutan yang berada di pulau orangutan harus terus dipantau/ monitoring, patroli pulau dan feeding orangutan.

“Kami melakukan patroli dengan menggunakan perahu sehari 5 kali dan 2 kali monitoring di pos pantau dengan teropong.”, ujar Jhony. Bekerja di pos pantau orangutan cukup beresiko tinggi, manakala hujan turun selama berhari-hari. Sungai Kelay yang mengelilingi pulau orangutan akan naik dan banjir besar pun datang. Jalur utama untuk memantau pulau pun menjadi berarus deras. Pulau akan terendam dan menyisakan 50% daratannya. Banjir biasanya menyeret kayu-kayu dari hulu sungai Kelay dari ukuran tangan orang dewasa hingga sepanjang tiang listrik. Kemahiran membaca arus dan halangannya mutlak dilakukan. Jangan sampai menghantam kayu yang bisa menyebabkan perahu pecah bahkan baling-baling mesin hancur atau malah terbawa arus, perahu terbalik dan tenggelam.

Jhony sejak usia 12 tahun sudah paham medan sungai dan aliran yang ringan dan banjir besar. “Dalam kondisi banjir besar dengan banyak kayu, kita harus pindah jalur, menghindar dan berputar atau kita akan tertabrak kayu yang terbawa banjir, hancur, terbalik dan tenggelam.”, jelas Jhony. “Kami harus tetap patroli dengan kondisi banjir untuk memastikan orangutan berada di tempat yang aman, tak sampai terseret arus, hanyut dan hilang.”, tambahnya.

Jhony pun menceritakan kejengkelannya saat ada orang yang mengganggu orangutan di pulau. Biasanya Jhony akan menegur dan menjelaskan bahwa sewaktu-waktu orangutan bisa menyerang jika terlalu dekat.

Lalu siapakah orangutan favoritnya? Ya… Nigel yang paling pintar, tidak usil dengan orangutan lainnya dan cukup liar. Saat Jhony mendengar, Nigel adalah salah satu kandidat yang akan dilepasliarkan dalam waktu dekat ini, “Mendengarnya sebagai kandidat saja, saya sudah senang sekali. Saya tidak sabar menunggu Nigel dilepasliarkan dan jika berhasil… usaha saya dan teman-teman tidak sia-sia.”. (NIK)

POPI DAN GIGI BARUNYA LAGI

Apa jadinya saat bayi mulai tumbuh gigi? Dia akan menggali terus, sejauh mana gigi itu berfungsi. Seperti bayi orangutan Popi yang saat diselamatkan di bulan September 2016 masih berusia 8 minggu, tanpa gigi. Kini semakin percaya diri menggigit animal keeper atau orangutan lainnya yang mengganggu dia. Gigi bisa menjadi senjata mempertahankan diri, mungkin itu yang disimpulkan Popi.

Awal bulan Juni 2017, sepasang gigi taring bagian atas melengkapi 18 buah gigi Popi. Sama seperti bayi manusia ketika akan tumbuh gigi, Popi pun akan menggigit apa saja yang dilihat dan bisa diraihnya.

Baby sister dan animal keeper, tak satu pun luput dari gigitannya. Terimakasih semua pihak yang telah membuat Popi bertahan untuk hidup. Bayi orangutan adalah bayi yang sangat tergantung pada induknya. Kondisi tubuhnya sangat ringkih dan bisa dibilang dengan tingkat presentase yang rendah untuk hidup. Untuk para adopter Popi, inilah Popi anak virtual yang membangun mimpi, untuk bisa kembali ke hutan, sebagai orangutan yang liar. Sebuah jalan panjang yang tak mudah. (WET)

NIGEL IS BEEN WITHDRAWN FROM THE ORANGUTAN ISLAND

Yipieee… Nigel finally managed to be sedated and moved. June 19th 2017, lapse 3 days after Oki entered the quarantine cage. Nigel is one of two orangutans to be released in the near future. Nigel managed to defeat Hercules and 5 other orangutans on the orangutan island of COP Borneo. An island where orangutans trained before being released into their habitat in the wild. It is a pre-release island.

During in the pre-release island, Nigel made Hercules and Antak have to be evacuated from the island and underwent treatment. Nigel developed into a dominant male orangutan. Jhony was forced to fire two shots to paralyze him. Furthermore, alternately, the APE Guardian team carried Nigel to the boat and put him into the quarantine cage. Teamwork is absolutely necessary.

Medical process was swiftly done by vet Rian Winardi. Blood sampling and overall physical examination, to qualify Nigel for release is fulfilled. Okay Nigel, the way home is getting closer. Your freedom is the happiness for all of us, the big family of Center for Orangutan Protection. (Dhea_Orangufriends)

NIGEL DITARIK DARI PULAU ORANGUTAN

Yipieee… akhirnya Nigel berhasil dibius dan dipindahkan. 19 Juni 2017, selang 3 hari setelah Oki masuk ke kandang karantina. Nigel adalah satu diantara dua orangutan yang akan dilepasliarkan dalam waktu dekat. Nigel berhasil mengalahkan Hercules dan 5 orangutan lainnya yang ada di pulau orangutan COP Borneo. Suatu pulau sebagai tempat orangutan berlatih sebelum dilepasliarkan ke habitatnya. Itu adalah pulau pra-rilis.

Selama di pulau pra-rilis, Nigel membuat Hercules dan Antak harus dievakuasi dari pulau dan menjalani perawatan. Nigel berkembang menjadi orangutan jantan dominan. Jhony terpaksa menembakkan 2 kali tembakan bius untuk melumpuhkannya. Selanjutnya, secara bergantian, tim APE Guardian menggendong Nigel ke perahu dan memasukkannya ke kandang karantina. Kerja tim, mutlak dilakukan.

Proses medis pun dengan sigap dilakukan drh. Rian Winardi. Pengambilan sample darah dan pemeriksaan fisik secara keseluruhan, untuk memenuhi syarat pelepasliaran pun dipenuhi. Baiklah Nigel, jalan pulang itu sudah semakin dekat. Kebebasanmu adalah kebahagiaan kami semua, keluarga besar Centre for Orangutan Protection.

URGENT: COP BORNEO NEED MORE DART SYIRINGES

Could you help us to get them? For those who travel to Indonesia in the near future, please bring us more dart syiringes.

COP BORNEO BUTUH DART
Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo sedang melakukan beberapa tahapan proses pelepasliaran orangutan. Beberapa orangutan remaja sudah tidak bisa ditangani secara manual lagi. Proses penanganan orangutan remaja semi liar ini adalah dengan cara bius dengan tulup atau dengan tembak bius.

Seperti proses pemindahan orangutan dari pulau pra-pelepasliaran menuju kandang karantina yang cukup rumit karena persentase orangutan gagal terbius cukup tinggi. Cadangan drat (selongsong peluru bius) yang COP Borneo miliki sudah sangat menipis.

Kami sangat senang jika ada yang berkenan, donasi untuk alat ini. Kamisangat memerlukan dart dalam jumlah cukup untuk saat ini. Email kami di info@orangutanprotection.com

RAMADHAN WITH ORANGUTAN

It has become a yearly agenda in Padang when the month of Ramadhan comes, it is compulsory for all students from 4th grade Elementary School to High School to attend “Pesantren Ramadhan”. A Program from the Education Ministry of Padang that had been legalized under the regulations of the Padang City Government that still in run even though the yearly progress vacation has come. The activities of “Pesantren Ramadhan” for elementary and high school students are handed over to committees formed by mosques scattered in each RT/RW near the area where the students live. Every student who will follow “Pesantren Ramadhan” at the nearest mosque in their living area, must first register for this event. A small difference lies for the high school students as they will be doing the activity in their own schools. “Pesantren Ramadhan” is held for two weeks, starting in the second week of Ramadhan until a week ahead of EID.

The start of the holy month of Ramadhan makes School Visit activities that I do as Orangufriends from Padang so different from the School Visit activites conducted by Orangufriends from other cities. Even so it is not a problem for me to still be able to run fulfill my mission of doing School Visits as Orangufriends. This has challenged me to be able to innovate in preparing a school visit strategy. Having previously conducted a survey first about any material given during the “Pesantren Ramadhan”, I enlisted to be one of the speakers at Baitul Rosyid Mosque, located at Jl. Bronco RT 04 RW 09 Parupuk Tabing Sub-distric of Kecamatan Koto Tengah city of Padang, which is the site of “Pesantren Ramadhan” for more than 50 joint students from several Elementary and High School in Padang. Elementary students enrolled in Ramadhan Islamic Boarding School at Baitul Rosyid Mosque are students form SD Sbbihisma, SD Negeri Percobaan, SD Angkasa, SDN 24 Parupuk Tabing, SDN 6 Ulak Karang and Students from SMPN 13 Tabing, SMPN 25 Belanti, SMPN 29 Dadok, MTSN Model, SMP Angkasa dan SMP Pembangunan.

Not only do i provide materials in the form of knowledge about the introduction of orangutans and their habitat to the santri, but I also gave them some materials about the relationship of religion with the nature surrounding it and it’s current condition. Among them is to review the Surat Ar-Rum verse 41, telling a bit about the story of Prophet Noah’s who made a special deck for the animals in his Ark, and conveyed Thabrani’s HR which reads: “Love the creatures of the earth, then you will be loved by HIM in the sky”. So to lift up the Santri spirits and not to fall asleep in receiving the material, before the activities began I invited them to follow a game of “Gymnastics Numbers” as a warm-up. Also as a bonus to enrich their knowledge, I also played an inspirational movie about animals titled “Piper”, and made a challenge by asking them to be able to tell what lessons learned from the film. For students who is courageous to appear in front of the class to convey their views, they are given stickers as a gift.

For almost 4 hours divided into two sessions (the first 2 hours of the session for the High School and 2 hours of the second session for the elementary students) from 07.30 – 11.30 p.m, I enjoyed the togetherness with the santri as the speakers through the materials which I got from the COP School and also an adaptation of the various sources with an underlying theme of: “Humans, Animals and Their Relation With Natural Balance”. What makes me satisfied is that the whole santri followed the path that I made with passion and the high sense of curiosity about orangutans. The moral
message that I try to give from every review of the presentation material and visualization that I displayed, hopefully is now embedded in them to further expand their views to not undermine nature, no matter how small. Because the ones that will be affected and experience the loss are not actually animals, plants or other inhabitants that live in Nature, but us as Humans.

Thus, though little and small I have at least started. Hopefully this small step I have pioneered will be one day become a real big step to be able to do and directly involved in the forms of orangutan and other wildlife rescue efforts. (Dhea_Orangufriends)

PESANTREN RAMADHAN BERSAMA ORANGUTAN

Sudah menjadi agenda tahunan di kota Padang saat bulan Ramadhan tiba, seluruh siswa SD kelas 4 hingga SMU wajib mengikuti Pesantren Ramadhan. Program tetap Dinas Pendidikan kota Padang yang disahkan dalam Perda PEMKOT Padang tetap dijalankan walaupun waktu libur kenaikan kelas telah tiba. Penyelenggaraan kegiatan Pesantren Ramadhan untuk siswa tingkat SD dan SMP di serahkan kepada panitia yang dibentuk oleh mesjid-mesjid yang tersebar di masing-masing RT/RW tempat domisili siswa. Prosedurnya, setiap siswa yang akan mengikuti Pesantren Ramadhan di Mesjid terdekat tempat tinggal mereka, sebelumnya harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu. Sementara untuk tingkat SMU dilaksanakan di sekolah masing-masing. Pesantren Ramadhan ini dilaksanakan selama dua minggu, dimulai pada minggu ke dua Ramadhan hingga seminggu jelang Idul Fitri.

Masuknya bulan suci Ramadhan membuat kegiatan School Visit yang saya lakukan sebagai orangufriends Padang jadi berbeda dengan kegiatan School Visit yang dilakukan teman-teman orangufriends kota lainnya. Meski begitu tak menjadi masalah bagi saya untuk tetap bisa menjalankan salah satu misi sebagi orangufriends yaitu melakukan School Visit. Justru hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk bisa berinovasi dalam mempersiapkan strategi school visit. Setelah sebelumnya melakukan survei terlebih dahulu tentang materi apa saja yang diberikan selama kegiatan Pesantren Ramadhan, maka saya pun mendaftarkan diri menjadi salah satu pemateri di Mesjid Baitul Rosyid, Jl. Bronco RT 04 RW 09 Kelurahan Parupuk Tabing Kec. Koto Tangah kota Padang, yang menjadi tempat pelaksanaan Pesantren Ramadhan bagi lebih dari 50 siswa gabungan dari beberapa SD dan SMP yang ada kota Padang. Siswa SD yang mendaftar menjadi santri Pesantren Ramadhan di Mesjid Baitul Rosyid ini diantaranya adalah siswa dari SD Sabbihisma, SD Negeri Percobaan, SD Angkasa, SDN 24 Parupuk Tabing, SDN 6 Ulak Karang dan SDN 26 Air Tawar. Sementara siswa SMP yang mendaftar diantaranya adalah siswa dari SMPN 13 Tabing, SMPN 25 Belanti, SMPN 29 Dadok, MTSN Model, SMP Angkasa dan SMP Pembangunan.

Tak sekedar memberikan materi berupa pengetahuan pengenalan tentang orangutan dan habitatnya kepada para santri, tapi saya juga memberikan beberapa materi tentang kaitan agama dengan alam sekitar dan kondisinya saat ini. Diantaranya adalah mengulas Surat Ar-Rum ayat 41, bercerita sedikit tentang kisah nabi Nuh yang membuat Dek khusus untuk satwa di perahunya, dan menyampaikan HR Thabrani yang berbunyi : “Kasihilah makhluk di bumi, nanti engkau akan dikasihi Yang di langit.” Supaya para santri semangat dan tidak mengantuk dalam menerima materi, sebelum kegiatan dimulai santri – santri tersebut saya ajak dulu untuk mengikuti sebuah permainan “Senam Angka” sebagai pemanasan. Dan sebagai selingan untuk memperkaya pengetahuan mereka, saya juga memutarkan sebuah film inspiratif tentang satwa berjudul “PIPER”, dan membuat gimmick dengan meminta santri untuk dapat menceritakan pembelajaran apa yang bisa dipetik dari film tersebut. Bagi siswa yang berani tampil untuk menyampaikan pandangannya, diberi hadiah berupa stiker.

Selama hampir 4 jam di bagi menjadi dua sesi (2 jam pertama sesi untuk siswa SMP dan 2 jam kedua sesi untuk siswa SD) dari jam 07.30 – 11.30 WIB, saya nikmati kebersamaan bersama para santri sebagai pemateri melalui materi – materi yang saya peroleh dari COP School dan juga merupakan saduran dari berbagai sumber yang saya beri tema : “Manusia, Satwa dan Hubungannya Dengan Keseimbangan Alam”. Yang membuat saya puas adalah, seluruh santri mengikuti alur yang saya buat dengan penuh semangat dan rasa keingin tahuan yang tinggi mengenai orangutan. Pesan moral yang coba saya selipkan dari setiap ulasan atas paparan materi dan tampilan visualisasi yang saya tampilkan adalah, semoga sedari sekarang tertanam dalam diri mereka untuk tidak akan melakukan pengrusakan terhadap alam, sekecil apapun. Karena yang akan terkena imbas dan mengalami kerugian itu sebenarnya bukanlah satwa, tumbuhan atau habitat lainnya yang hidup di alam, melainkan adalah kita sebagai manusia.

Demikianlah, meski sedikit dan kecil setidaknya saya sudah memulai. Semoga langkah kecil yang sudah saya rintis ini kelak akan menjadi langkah-langkah besar yang nyata untuk bisa berbuat dan terlibat langsung dalam bentuk-bentuk upaya penyelamatan orangutan dan satwa liar lainnya. (Nova_COPSchool7)

DEBBIE’S CAGE FLOOR FIXED

Debbie is a smart adult female orangutan. Her fad was using branches to ruin the cage floor on Block 1 in orangutan rehabilitation center at COP Borneo. Initially there was a rift on the floor because it’s had been aged for more than two years and the condition of the soil was eroded by water. This makes cleaning effort not at the maximal.

In the meantime, fixing the floor not an easy task, as Debbie became more nosy as we worked on it. Our equipment is taken by her, how to quickly fix finishing the cage floor ? Not only that, Debbie also pelted us with the remaining small branches she made for the nest. Until finally, one of us invited her to play and communicate to distract her.

Nothing new about Debbie’s mischief. How many time have the hose to clean the cage become her victim. Pulling the animal keeper who was on duty was often done by her. Every animal keeper always keep their distance, because Debbie’s power is very strong. Even the keeper had to take off his shirt when he was pulled by Debbie.

Yes, Debbie, we know, you want to get out of the quarantine cage. Free to move wherever you like. Maybe your support can help Debbie. Contact us at info@orangutanprotection.com for your help to get to Debbie. (Dhea_Orangufriends)

LANTAI KANDANG DEBBIE DIPERBAIKI

Debbie adalah orangutan betina dewasa yang pintar. Keisengannya menggunakan rating kayu hingga merusak lantai kandang blok 1 pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Awalnya memang terjadi keretakan pada lantai karena usia yang sudah lebih dari dua tahun dan kondisi tanah yang tergerus air. Ini membuat pembersihan kandang menjadi tidak maksimal.

Sementara itu, untuk memperbaiki lantai bukanlah hal yang mudah, karena Debbie menjadi lebih usil saat kami bekerja memperbaiki lantai. Peralatan kami direbut, bagaimana bisa menyelesaikan perbaikan lantai kandang dengan cepat? Tak hanya itu, Debbie juga melempari kami dengan ranting-ranting kecil sisa dia membuat sarang. Sampai akhirnya, salah satu dari kami mengajaknya bermain dan berkomunikasi untuk mengalihkan perhatiannya.

Bukan hal baru lagi tentang kejahilan Debbie. Selang untuk membersihkan kandang, entah sudah berapa kali menjadi korban. Menarik animal keeper yang sedang bertugas pun sering dilakukannya. Setiap animal keeper selalu menjaga jarak padanya, karena tenaga Debbie yang sangat kuat sekali. Bahkan animal keeper sampai harus melepaskan bajunya saat ditarik Debbie.

Ya Debbie, kami tahu, kamu pasti ingin lepas dari kandang karantina. Bebas bergerak kemana pun kamu suka. Mungkin dukunganmu bisa membantu Debbie. Hubungi info@orangutanprotection.com agar bantuanmu sampai pada Debbie.