Orangufriends

APE WARRIOR MERASAKAN GEMPA M 4,4 DI MAJENE

Posko Bantuan Satwa Gempa Mamuju pindah ke belakang Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan yang berjarak sekitar 50-70 m dari area awal yaitu di Puskewan. Khusus Sabtu ini, pembagian pakan di posko dan street feeding tidak dijalankan. “Lumayan sibuk pindah-pindah, ternyata banyak juga yang harus diangkut,” ujar Liany D. Suwito dari tim APE Warrior COP.

Hari Minggu, 31 Januari 2021, street feeding sudah di mulai sejak pukul 07.00 WITA. Ada 68 kucing dan 3 anjing yang berhasil diberi pakan. Sementara warga yang datang ke posko yang baru pindah untuk 360 kucing. “Laporan kucing yang tertinggal pemiliknya masih terus masuk, segera kami datangi. Selain perumahan, terminal dan pelabuhan tak luput menjadi lokasi street feeding,” kata Liany lagi.

APE Warrior kedatangan 2 orang relawan yang membantu distribusi logistik manusia dan street feeding pada anjing dan kucing di dusun-dusun di pusat gempa Malunda, Majene. Mereka bercerita bahwa dusun-dusun sepi penduduk dan banyak anjing-anjing yang memerlukan pakan bantuan. Maka kami memberikan 1 sak pakan anjing dan juga untuk kucing.

“Malam ini, pukul 20.15 WITA kami kembali merasakan gempa yang berdasarkan info dari media sosial berpusat di titik yang sama dengan gempa pada tanggal 15 Januari 2021. Doakan kami ya, semoga kami tetap bisa bertugas dan menolong satwa lebih banyak lagi.”. (LIA)

MAMUJU PASTI BANGKIT KEMBALI

Tak peduli dihadang panas ataupun hujan, ia kayuh sepedanya dengan semangat tanpa ragu sedikitpun. Karena bila ia ragu sedikit saja, maka kucingnya terancam kelaparan hari ini.

Sakiip namanya, bocah laki-laki berusia sekitar 9 tahun yang tak pernah absen datang ke posko di Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Peternakan Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Semua demi memberi makan kucingnya di rumah. Dan Sakiip hanyalah satu dari sekitar 200 lebih warga yang hampir setiap hari datang mengambil makanan untuk hewan peliharaan mereka di posko.

Sejak gempa menggetarkan dan bahkan menghancurkan banyak rumah dan bangunan di Mamuju-Majene, situasi menjadi berantakan. Banyak fasilitas umum yang rusak dan sulit beroperasi. Bahkan beberapa warga merasa trauma dan belum mau tidur di dalam rumah mereka hingga sudah 10 hari lewat gempa.

Semua hanya dapat berharap tidak ada lagi gempa susulan sehingga situasi segera dapat berjalan normal. Namun masa-masa seperti ini pun nyatanya telah menjadi petunjuk bahwa kepedulian manusia terhadap satu sama lain dan bahkan kepada binatang sangatlah tinggi. Hal ini memberikan kita ketenangan dan keyakinan bahwa Mamuju pasti akan bangkit kembali. (LIA)

SAAT DOKTER HEWAN BEKERJA SUKARELA DI MAMUJU, INDONESIA HEBAT

Gempa Mamuju-Majene, Sulawesi Barat merupakan satu diantara bencana alam yang menghampiri tanah air Indonesia. Masih di tengah wabah Corona yang terus meningkat, tim APE Warrior COP kembali mengirim tim tanggap bencananya. Beruntung sekali relawan satwa yang bergabung di Orangufriends langsung merapatkan barisan. Kenapa COP sampai harus turun ke Sulawesi?

Toko makanan anjing dan kucing pun tutup dan belum dapat beroperasi normal. Warga kesulitan mencari makan untuk kucing-kucing peliharaan mereka dan bahkan beberapa kucing sampai stres dan sakit. Setiap hari ada saja kucing yang dibawa ke posko dengan keluhan muntaber dan sakit mata maupun kulit.

Beruntung di Mamuju masih ada dokter-dokter hewan yang begitu peduli dengan kondisi hewan-hewan yang terdampak bencana dan bahkan menolak untuk mengungsi bersama keluarga mereka. Semua untuk membantu menyalurkan pakan dan memeriksa kesehatan para hewan. Dan semua gratis, tanpa bayaran sedikit pun.

Karena sibuknya membagi makanan di posko dan melakukan penanganan medis di siang hari, para dokter hanya bisa melakukan operasi-operasi di malam hari, bahkan hingga tengah malam. Dan paginya kembali bersiap membersihkan dan membuka kembali posko.

“Kami yakin, masa pemulihan bencana gempa di Mamuju dapat lebih cepat. Dedikasi para dokter hewan untuk hewan peliharaan di Mamuju memang luar biasa. Indonesia Hebat!” ujar Liany D. Suwito, tim APE Warrior di Mamuju. (LIA)

APE WARRIOR BANTU PEMBERSIHAN SHELTER BANJARSARI

Berdasarkan hasil peninjauan aktivitas Gunung Merapi selama bulan Januari 2021, BPPTKG Yogyakarta mengubah rekomendasi zona bahaya dari selatan-tenggara menjadi selatan-barat daya. Hal ini disebabkan guguran material erupsi Gunung Merapi yang berupa lava pijar serta awan panas terpantau mengarah ke hulu Sungai Krasak dan Boyong.

Dengan adanya perubahan rekomendasi tersebut, Dusun Kalitengah Lor di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta, kini tidak lagi termasuk zona bahaya erupsi. Warga beserta ternak dari Dusun Kalitengah Lor yang sudah berada di barak pengungsian selama kira-kira 3 bulan dapat dipulangkan.

Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman menginstruksikan pemulangan ternak dilakukan hari Minggu, 24 januari. Pemulangan dilakukan menggunakan kendaraan yang sudah disiapkan oleh dinas, sedangkan warga yang memiliki kendaraan sendiri memulangkan ternaknya secara mandiri. Tim APE Warrior turut memantau kegiatan pemulangan ternak ini.

Setelah Shelter Ternak Banjarsari dikosongkan, pada hari Senin, 25 januari, tim APE Warrior juga membantu pembersihan shelter. Pembersihan shelter diakhiri dengan penyemprotan disinfektan oleh para relawan ke seluruh area kandang mulai dari atap, tiang, sekat hingga tanah als kandang. Sterilisasi kandang pasca pengosongan penting dilakukan untuk memastikan kuman patogen penyebab infeksi seperti virus, bakteri dan jamur yang mungkin ada selama kandang terisi, mati dan tidak membawa penyakit bagi manusia maupun hewan di sekitar. (Inez_Orangufriends)

GEMPA MAMUJU: HOME FEEDING

Agak susah menjelaskan bagaimana home feeding ini. Sederhananya, kami memberi makan kucing-kucing dan anjing yang tertinggal di rumah-rumah. Terutama yang berada di perumahan. Satu komplek perumahan, kami bisa menemukan antara sepuluh hingga 20 kucing. Mereka berkeliaran mencari makan di bak sampah.

Gempa yang mengguncang Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat yang terjadi sebelum subuh 6,2 SR pada Jumat, 15 Januari membuat warga panik dan trauma berada di dalam rumah. Gempa tidak hanya sekali tapi juga disambung dengan gempa susulan yang terjadi hampir tiap hari hingga beberapa hari. Akhirnya masyarakat Mamuju yang didominasi oleh warga pendatang dari kota lain di Sulawesi memilih ‘mudik’. Segera pergi menjauhi kota Mamuju.

Karena tergesa-gesa meninggalkan rumah akhirnya lupa dengan hewan peliharaan. Ada yang masih di dalam kandang, ada yang terjebak dalam rumah karena pemiliknya lupa membuka satu celah untuk kucing bisa keluar rumah. Tapi ada juga yang sempat membuka sedikit jendela agar kucingnya bisa keluar dan masuk.

Akhirnya, nomor kontak Posko Kesehatan Hewan yang dibangun oleh PDHI Sulawesi Selatan dan Barat di Mamuju banyak mendapatkan laporan oleh pemiliknya diminta untuk diperiksakan rumahnya. Apakah hewan kesayangan mereka yang berkaki empatnya aman-aman saja.

Tim relawan yang salah satunya dari Centre for Orangutan Protection melakukan pencarian rumah-rumah tersebut. Sesampainya di depan rumah, biasanya langsung melakukan video call whatsapp ke pemiliknya. Menjelaskan bahwa tim sudah berada di depan rumah. Dengan video call tersebut memberikan rasa aman kepada tim bahwa tim relawan satwa datang untuk memeriksa dan menghindari kecurigaan masyarakat sekitar.

Dengan dipandu pemilik rumah yang berada di luar kota Mamuju, video call terus berjalan dan tim relawan terus memanggil kucingnya. Melalui celah jendela yang terbuka tim memperlihatkan kondisi dalam rumah. Kemudian tiba-tiba satu kucing muncul di balik kursi. Sang pemilik kucing yang jauh di luar kota histeris mengucapkan syukur bahwa kucingnya masih hidup dan sehat. Tim relawan satwa kemudian memberikan makanan kering yang bisa untuk dua hari dan menuangkan air minum di teras.

Inilah salah satu jawaban dari banyak pertanyaan kenapa diperlukan posko kesehatan hewan di pasca bencana. Karena setiap nyawa berharga. (DAN)

PERKEMBANGAN TIM MERAPI DI AKHIR JANUARI 2021

Hari Minggu tanggal 24 Januari akan dilakukan pemulangan ternak sapi masyarakat ke dusun Kalitengah Lor, Cangkringan, kabupaten Sleman, DI. Yogyakarta. Pemulangan dilakukan mengacu pada laporan BPPTKG yang menyatakan penurunan aktivitas Merapi dan berubahnya potensi bahaya luncuran lava pijar yang mengarah ke sektor Barat daya-Selatan, tepatnya melalui jalur hulu sungai Krasak.

Tim APE Warrior memantau pemulangan ternak karena status gunung Merapi yang masih di level III atau Siaga. Tim berencana untuk membantu teknis pembersihan shelter Banjarsari pada 25-26 Januari. “Kami berharap ini adalah keputusan yang tepat dan terbaik untuk peternak dan ternaknya. Kami berusaha untuk lakukan yang terbaik yang kami bisa,” ujar Satria Wardhana, kapten APE Warrior COP.

Pemantauan aktivitas vulkani Gunung Merapi akan tetap dilakukan. Selama seminggu kedepan , tim Animal Rescue akan melakukan feeding street untuk hewan peliharaan seperti kucing dan anjing di sekitaran Gunung Merapi. Tim juga melakukan assessment singkat daerah yang kemungkinan akan terdampak dengan berpindahnya arah potensi bahaya luncuran lava pijar. (SAT)

LANGGAR ZONA MERAH DEMI TANGGUNG JAWAB

Zona merah, 5 km dari kawah Gunung Merapi diminta untuk mengungsi, tak hanya manusia, hewan peliharaan juga. Ternak sapi sudah diamankan tapi mengarit rumput tetap di kawasan zona merah karena rumputnya lebih baik. Begitulah tanggung jawab sebagai peternak dan kepala keluarga, masuk zona merah pun dilakukan. Modalnya cuman handy talkie alias HT. Dari HT inilah masyarakat lereng Gunung Merapi bisa mengetahui aktivitas Merapi, mulai dari kegempaan sampai letusan.

Seminggu di awal tahun 2021, aktivitas Gunung Merapi semakin meningkat tajam. Bahkan dua hari terakhir terlihat lava pijar keluar dari bibir kawah. Hujan yang turun semakin membuat kawatir lahar dingin yang akan mengisi aliran lahar. Pagi ini baru saja awan panas (wedhus gembel) meluncur. HT pun menjerit-jerit dengan nada terputus-putus. Guguran yang cukup panjang. Tim APE Warrior mempercepat gerakannya. Keselamatan adalah yang utama.

Tim APE Warrior bersama Orangufriends (relawan satwa) sudah dua bulan ini membantu para peternak untuk mengangkut pakan hijau ke tempat pengungsian. Jarak 5-7 km dengan dua ikat pakan hijau cukup berbahaya jika dibawa dengan sepeda motor. Belum lagi harus naik-turun karena dua ikat tadi hanya cukup untuk dua sapi, sementara peternak tersebut memiliki 5 sapi.

Inilah tanggung jawab dan tugas sebagai laki-laki yang bisa dilihat dari motor yang terparkir di shelter Banjarsari, Yogyakarta. Ada HT sebagai standar, tali ban bekas untuk mengikat rumput. “Kami, tim APE Warrior yang telah turun sejak Gunung Merapi meletus di tahun 2010 berusaha menyelamatkan satwa yang membutuhkan. Sedikit meringankan beban peternak karena berada di pengungsian bukanlah hal yang mudah. Ternak adalah harapan, kehidupan yang tidak terpisahkan dari peternak. Setiap nyawa sangat berarti.”, ujar Satria Wardhana, kapten APE Warrior di sela-sela mengangkat pakan hijau ke atas mobil pikap. (DAN)

HT ANDALAN RELAWAN SATWA

Dusun Kalitengah Lor berjarak sekitar 4,48 kilometer dari puncak kawah Gunung Merapi. Dengan ditingkatkannya status Merapi dari Level 2 (Waspada) ke Level 3 (Siaga), Pemerintah Kabupaten Sleman melalui SK Bupati menginstruksikan evakuasi terhadap kelompok rentan (manula dan bayi) beserta hewan ternak milik warga yang berada dalam radius 5 km dari kawah Gunung Merapi.

Sudah enam minggu Tim APE Warrior turut membantu distribusi pakan ternak. Pada awalnya, para warga pemilik ternak mengumpulkan pakan hijauan di satu titik yaitu Bukit Klangon. Tim APE Warrior mengangkut pakan hijauan yang dikumpulkan warga di Bukit Klangon ke lokasi-lokasi pengungsian ternak.

Pakan hijauan yang dikumpulkan pemilik ternak tidaklah sedikit. Hasil merumput setiap pagi digunakan untuk dua kali makan sapi dalam sehari. Dengan mempertimbangkan jarak dan beban yang harus ditempuh warga jika harus naik ke Bukit Klangon, titik penjemputan pakan hijauan diperbanyak di beberapa area Dusun Kalitengah Lor. Setiap hari Tim APE Warrior mengelilingi Dusun Kalitengah Lor untuk mengangkut rumput.

Mengingat Merapi sedang dalam status Siaga, relawan satwa yang naik ke Kalitengah Lor harus tetap waspada akan bahaya sewaktu-waktu adanya erupsi atau gempa. Dalam bekerja, tim APE Warrior bersama relawan satwa yang naik ke Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Merapi dibekali dengan handy talky (HT) yang terhubung langsung dengan frekuensi pemantauan Gunung Merapi milik Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Sinyal Merapi ini berbunyi satu nada yang datar dan landai untuk kondisi normal. Apabila ada perubahan suara yang menandakan peningkatan aktivitas gunung, tim APE Warrior diharuskan lebih waspada dan sebisa mungkin menjauhi Kawasan Rawan Bencana. (Inez_Orangufriends)

DITO, SUPIR ANGKUT RUMPUT DARI RUSIA

Selama tanggap bencana Siaga Merapi 2020, tim APE Warrior dari Centre for Orangutan Protection turut menolong satwa terdampak bencana. Bersama dengan para relawannya, tim APE Warrior membantu distribusi pakan ternak hijau setiap hari dan tambahan konsetrat serta mineral untuk ternak sapi.

Relawan satwa yang membantu APE Warrior berasal dari beragam latar belakang usia dan pekerjaan. Beberapa di antara para relawan merupakan mahasiswa aktif dari berbagai jurusan. Salah seorang relawan, Achmad Anandito Haryo Prastoro (22) atau akrab dipanggil Dito sedang berkuliah jurursan arsitektur di Rusia dan saat ini pulang kampung ke Yogya. Ia mengaku bergabung sebagai relawan satwa untuk mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang bermanfaat.

Dito sudah bergabung sebagai relawan satwa selama hampir sebulan. Selama bergabung, ia membantu mengangkut rumput untuk ternak, terutama posisi supir. DIto juga membangun shelter untuk pengungsian anjing, kucing dan berbagai kegiatan lain yang menjadi pekerjaan APE Warrior. Menurut Dito, hewan sering kali diabaikan dalam kondisi bencana. “Manusia kan sudah jelas banyak dibantu lembaga yang lebih ahli dalam bidangnya. Nah yang peduli dengan hewan atau ternak itu jarang”, ungkapnya.

“Secara tidak langsung, kan kegiatan ini juga bermanfaat buat masyarakat atau peternak. Kalau harus ngangkut sendiri pasti berat buat warga karena banyak yang tidak punya kendaraan dan jaraknya jauh. Jadi lumayanlah kegiatan ini bisa meringankan beban peternak sapi”, Dito menambahkan. Selain bermanfaat bagi masyarakat menurut Dito dengan bergabung dalam kegiatan ini, ia juga mendapat manfaat tersendiri. “Dari gabung di sini aku jadi dapat relasi baru, teman-teman baru, pengalaman baru, tambah happy dan tambah sehat juga pastinya”, paparnya. (Inez_Orangufriends)

WARGA DUSUN KALITENGAH LOR CEMAS AKAN TERNAKNYA

Jam menunjukkan pukul 11.00 WIB. Tim APE Warrior baru saja selesai mengangkut rumput dari Dusun Kalitengah Lor ke lokasi pengungsian ternak di Lapangan Banjarsari. Beberapa warga sudah menunggu di depan kandang ternak. Setelah menurunkan pakan dari mobil pikap, para relawan Satwa beristirahat di pos sembari mengobrol dengan warga setempat.

“Yang ini namanya rumput pebe, yang ini namanya rumput kepyuran, ada juga rumput kalanjana, macam-macam mbak. Tapi seringnya yang mbak bantu angkat itu rumput pebe”, kata Bu Narti. Bu Narti adalah pemilik dua ekor sapi di shelter ternak Banjarsari. Ia bercerita bahwa salah satu sapinya baru saja melahirkan, namun anak sapi yang baru lahir tersebut tidak tertolong karena induknya mengalami kelainan pinggul sempit, sehingga jalan lahirnya harus dipotong.

Bu Narti mengatakan masih ada ternak yang belum diungsikan ke shelter ternak karena beberapa warga masih diperbolehkan tinggal di rumahnya. “Kalau yang diungsikan ke sini itu biasanya yang dulu punya pengalaman kena dampak letusan Gunung Merapi 2010. Saya juga mengalami. Jadi kalau disuruh mengungsi, ya lebih baik mengungsi”, jelasnya diantara suara lenguhan sapi.

Bu Narti sendiri sudah memelihara sapi sejak lama. namun, sapi-sapinya tidak pernah dijual karena menurutnya akan rugi kalau tidak sedang benar-benar butuh uang. Dari obrolan bersama Bu Narti, terlihat bahwa beternak sapi merupakan bagian penting dari kehidupan warga disekitar lereng Gunung Merapi. Beberapa warga mengaku akan tetap menitipkan hewan ternaknya di lokasi pengungsian ternak selama mendapatkan bantuan dari Pemerintah dan relawan dalam hal pengangkutan pakan setiap harinya. (Inez_Orangufriends)