ORANGUTAN COMPETITION 2017

Serunya babak pertama pertandingan Futsal For Orangutan yang merupakan rangkaian acara Orangutan Competition baru saja usai. Futsal Score, jalan Kaliurang km 9,5 Yogyakarta pada 24 Oktober kemaren mempertandingkan tim futsal putri BOPKRI, UPN, SMA Stella Duce 2, YKPN, Protect A, Denti Medos, PALAPA, TRACTOR FC, GADJAH MADA, QUEEN COBRA, PSIKOLOGI UGM dan FFYK. Pertandingan dimulai sejak pukul 16.00 WIB menjadi saksi sportivitas dan kepedulian pada orangutan. Hari ini, pertandingan babak kedua akan di mulai pukul 15.00 WIB. Jangan sampai ketinggalan ya… pertandingan 2×10 menit akan menentukan tim mu akan masuk semifinal atau tidak.

Futsal For Orangutan tahun ini adalah tahun ketiganya. Kelincahan anggota tim tak terlepas dari latihan dan disiplin yang luar biasa. “Ngak kebayang bisa bantu orangutan dengan bertanding futsal. Hanya di sini nih!”, ujar salah seorang peserta.

Tahun ini juga peserta lebih banyak karena panitia juga mengundang Sekolah Menangah Atas untuk berpartisipasi. “Tahun sebelumnya sebatas mahasiswa saja.”, ujar panitia. Tahun ini ada yang berbeda juga. Basket For Orangutan pun hadir bergabung di Orangutan Competition. Masih dengan tim basket putri. Kenapa putri ya? “Ya biar konflik ngak terlalu tinggi lah.”, ujarnya lagi.

Pertandingan basket akan digelar pada hari Kamis, 26 Oktober 2017 pukul 16.00 WIB. Tim yang ikut bertanding datang dari UTY, Psikologi UII, YKPN B, SMAN 1 Kalasan, SMAN 4 Yogyakarta, Kehutanan, SMA Stella Duce 2 dan YKPN A.

“Sungguh mengharukan melihat semangat merekat. Bahkan panitia bersungguh-sungguh mensukseskan Orangutan Competition ini. Melalui media sosial dan door to door mereka mengajak pemain futsal dan basket untuk peduli orangutan sejak jauh hari. . Kaos panitia itu juga menjadi begitu ekslusif, hasil kerja keras mereka.”, ujar Ramadhani, manajer komunikasi COP. “Benar-benar acara yang unik dan menginspirasi! Olahraga sambil berdonasi? Bagaimana caranya? Pemenang Orangutan Competition ini akan mendonasikan kemenangannya untuk pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Kami haru sekali dengan usaha Orangufriends Yogyakarta.”, ujar Ramadhani sambil mempromosikan merchandise yang bisa didapat di tengah acara.

MOVIE SCREENING ORANGUTAN MUDA

Akhir bulan Oktober akan ada pemutaran film tentang orangutan. Suatu karya yang jarang sekali kita temui dari karya anak bangsa sendiri. Pemutaran dua film yang mengangkat isu orangutan terkini akan dimeriahkan oleh Nona Sepatu Kaca. Bangkai Kota yang berasal dari Yogyakarta dengan karyanya berjudul Solu dan Gladys Adityafitriani dengan karyanya yang berjudul Lara Pongo.

Bertempat di AOA Resto & Creative Space yang berada di Jl. Selokan Mataram No. 427, Condong Catur, Yogyakarta pada hari Minggu, 29 Oktober 2017 dari pukul 19.00 WIB hingga selesai. “Centre for Orangutan Protection bangga dengan anak-anak muda yang semakin kreatif dan peka terhadap permasalahan lingkungan terutama orangutan. Usaha orangufriends (kelompok pendukung COP) yang tiada hentinya, menularkan virus kepedulian pada orangutan tak hanya sebatas pada dunia akademis, tapi juga ke dunia perfilman.”, ujar Ramadhani, manajer komunikasi COP.

Solu adalah simbol orangutan Indonesia yang merupakan karya Bangkai Kota. Saat Solu kehilangan rumah dan temannya, ia yang kemudian pergi ke kota untuk mencari kehidupan baru. Namun ternyata kota tidak bersahabat dengan Solu, sehingga banyak kejadian buruk yang ia lihat, rasakan dan alami sampai akhirnya Solu memutuskan untuk pulang. Kemanakah Solu akan pulang?

Gladys Adityafitriani dari Jakarta dengan film dokumeternya menceritakan tentang orangutan Kalimantan Timur yang terancam punah. Lara Pongo bercerita tentang kegiatan pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo di Kalimantan Timur. Dalam film dokumenter ini juga disampaikan faktor-faktor penyebab orangutan sampai masuk ke pusat rehabilitasi. Ini adalah sebuah proses panjang mengembalikan insting liar orangutan yang merupakan korban konflik manusia dan satwa liar.

“Luangkan waktumu untuk menikmati hasil karya anak muda Indonesia. Tunjukkan kepedulianmu pada orangutan dengan hadir di pemutaran film Orangutan Muda.”, ajak Ramadhani.

SAAT SI BOS KECIL MENGGEMASKAN KAMI

Dia memang orang yang paling kecil di pulau orangutan COP Borneo. Suatu pulau yang dihuni para orangutan yang menjalani rehabilitasi untuk dikembalikan ke alam. Tubuh kecilnya bukan berarti dia dengan gampang di “bully” oleh orangutan lain. Sebaliknya, Leci mendapat perlakuan yang baik dari semua penghuni orangutan pra-rilis. Bahkan Hercules, si penguasa pulau pun bisa dikatakan takluk dengan Leci.

Biasanya, saat feeding, orangutan Hercules selalu berusaha merampas makanan dari semua orangutan, namun Hercules tak pernah sekalipun merebut makanan Leci. Malah sebaliknya, Leci lah yang merebut makanan Hercules. Kalau sudah begitu, orangutan Hercules hanya bisa pasrah dan menyerahkan makanan ke orangutan Leci. Mungkinkah karena Leci dianggap anak kecil yang harus selalu dituruti? Atau anak kecil yang tak peduli dengan keberadaan orangutan yang lainnya?

Saat para laki-laki berada di satu tempat, mustahil tanpa perkelahian. Seperti halnya di pulau pusat rehabilitasi orangutan yang berpenghuni orangutan jantan. Perkelahian pun tak bisa terelakan lagi. Perebutan makanan atau sekedar ketidak-sukaan bisa memicu perkelahian. Dan ketika ada orangutan yang berkelahi, biasanya Leci akan mendekat lalu dengan santainya tidur-tiduran di antara mereka yang berkelahi. Kalau sudah begitu, mereka tidak jadi berkelahi lalu satu per satu pergi dengan sendirinya dan Leci tetap di situ untuk bermain.

Memang dasar anak kecil, umurnya masih sekitar 5 tahunan. Umur dimana anak orangutan seharusnya masih bersama induknya, bermain… dan bermain… tanpa peduli bahaya yang mengincar. (WET)

SENJATA API UNTUK KEPENTINGAN OLAHRAGA

Lagi, penggunaan senapan disalah gunakan untuk menembak satwa. Dan parahnya untuk menembak satwa liar yang statusnya dilindungi Undang-Undang. Namun yang membuat situasi menjadi lebih parah dan memalukan, penembakan burung yang dilindungi ini dilakukan oleh oknum kepolisian dan oknum Perbakin.

Ketua Perbakin yang sekaligus Kapolres Tanah Datar seharusnya menjadi penegak hukum malah melakukan tindakan menyalahi hukum dan melanggar Peraturan Kapolri yang merupakan institusinya sendiri. Kapolri mengeluarkan peraturan No. 08 pada tahun 2012 tentang “Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api untuk Kepentingan Olahraga”. Tidak mungkin bapak Kapolres Tanah Datar AKBP Bayuaji Yudha belum membaca peraturan ini atau terlupa. Wah perintah Kapolri ditentang dan dilanggar oleh seorang Kapolres.

Dalam PerKapolri nomor 08 tahun 2012 dikatakan bahwa, ”Penggunaan senapan angin dengan kaliber 4,5 hanya untuk olahraga di lapangan khusus menembak dengan target.”. Maksudnya target bukan satwa liar tapi kertas sasaran. Sedangkan untuk berburu sudah ada standar kaliber tersendiri yang besar. Sekali lagi agak susah dinalar jika seorang Kapolres sekaligus ketua Perbakin kabupaten Tanah Datar tidak paham atau belum tahu.

Selain itu sudah sepatutnya, sebelum angkat senjata dan melakukan tindakan koboi terlebih dahulu mengetahui targetnya, apakah layak ditembak atau tidak. Dilindungi atau tidak. Toh institusi Kepolisian adalah ujung tombak tegaknya aturan, perundangan dan hukum. Sudah sangat basi jika mengatakan tidak tahu posisi BKSDA dan bagaimana koordinasinya. (DAN)

DICARI ANGGOTA APE GUARDIAN

Ini adalah lowongan pekerjaan. Sebuah karir yang mengantarkan kamu masuk dalam keluarga COP. Ada beberapa persyaratan dan gambaran tanggung jawab jika berhasil bergabung di tim APE Guardian. Tim yang bertanggung jawab pada pelepasliaran orangutan.
Centre for Orangutan Protection mencari anggota untuk tim APE Guardian
Deskripsi Pekerjaan :
– Menjalankan pos monitoring pelepasliaran orangutan.
– Melakukan pendampingan desa sekitar kawasan pelepasliaran.
– Menjalankan ekowisata berbasis masyarakat.
Kualifikasi :
– Berumur minimal 20 tahun.
– Pendidikan minimal SMU / sederajat.
– Memiliki pengalaman di bidang konservasi, diutamakan.
– Berkepribadian ramah, supel, dan pekerja keras.
– Memiliki kemampuan komunikasi yang baik, berkomitmen, jujur, berintegritas, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan.
– Siap bekerja tanpa sinyal komunikasi dan listrik.
CV dan berkas pendukung dikirim ke info@orangutanprotection.com paling lambat 25 Oktober 2017.

ANTISIPASI KONFLIK BUAYA DAN MANUSIA

Saat air sungai pasang, warga desa Bapinang, Kalimantan Tengah pun diliputi ketakutan. Buaya muara muncul di halaman rumah pak Sugian yang berjarak 5 meter dari sungai Bamandu. Kemunculan buaya muara sepanjang 3 meter pun segera dilaporkan kepada BKSDA Pos Sampit. APE Crusader bersama BKSDA Pos Sampit segera turun untuk menghindari konflik lebih lanjut.

Muriansyah selaku komandan BKSDA Pos Sampit langsung menanggapi laporan tersebut. Tim akhirnya memasang jaring untuk rumah terdekat dengan sungai. “Ini sebagai antisipasi terhadap serangan buaya yang sangat membahayakan jiwa manusia.”, jelasnya.

Senin, 16 September tim melakukan survei pada lokasi kemunculan buaya muara. Habitat buaya muara yang rusak membuat buaya kesulitan sumber makanan, inilah yang menyebabkan buaya berani mendekati pemukiman. Pada tahun 2013 hingga 2016 tercatat 11 kasus penyerangan buaya di kabupaten Kotawaringin Timur. Ada 5 orang yang meninggal, 2 diantaranya tidak ditemukan dan 6 orang menderita luka serius hingga putus jari tangan dan kaki.

“Kami, APE Crusader siap membantu penanganan konflik satwa dan manusia. Kerusakan habitat adalah penyebab utama konflik terjadi. Sebelum itu terjadi, kami akan maju untuk menyelamatkan hutan.”, tegas Faruq, kapten APE Crusader COP.

MAMPUKAH NOVI BERTAHAN DI TAHAP AKHIR?

Tatapan matanya semakin tajam saat suara mesin perahu mendekati pulau. Sikapnya sangat awas sekali. Terisolir dari campur tangan manusia membuatnya begitu asing dengan manusia. Tak terkecuali animal keeper yang selalu mengirim makan pagi dan sore. Bahkan dia dengan sabar menunggu pakan diletakkan dan animal keeper menjauh. Itu adalah Novi. Orangutan jantan remaja yang menghuni pulau pra rilis orangutan di COP Borneo sejak Desember 2015 yang lalu.

Novi adalah orangutan yang diselamatkan APE Defender dari kecamatan Kongbeng, Kalimantan Timur. Hilangnya hutan sebagai habitatnya yang mengantarkan mimpi buruknya berada di kolong rumah dengan rantai terikat di leher. Rantai itu menghiasi lehernya selama 5 tahun, sepanjang hari dan malam hingga meninggalkan bekas. Berteman seekor anjing pemburu, Novi bertahan hidup.

Masih teringat saat Novi pertama kali masuk sekolah hutan. Novi tampak merinding dan bingung saat ditinggal di atas akar. Dia mencoba memanjat lebih tinggi lagi sambil menggigiti akar maupun daun yang diraihnya. Novi pun tak bisa membedakan mana akar, dahan atau duri rotan hingga tangannya terluka.

Kini Novi terlihat lebih sering menyendiri. Novi juga lebih sering mencari makanannya sendiri tanpa berharap makanan yang diantar animal keeper setiap pagi dan sore hari. Sarang buatannya pun semakin kokoh. Apakah Novi orangutan selanjutnya yang akan dilepasliarkan kembali ke alam tahun ini?

Mari berikan dukunganmu lewat https://en.kitabisa.com/orangindo4orangutan?ref=2a0a9&utm_source=embed&utm_medium=usershare&utm_campaign=embed COP Borneo adalah satu-satunya pusat rehabilitasi orangutan yang didirikan putra-putri Indonesia. Centre for Orangutan Protection adalah satu-satunya gerakan akar rumput lokal untuk menyelamatkan orangutan Indonesia. Sekarang kamu tahu, Indonesia bisa!

PAINTING ORANGUTAN ON NOVEMBER

Siapapun kamu baik perorangan, grup, organisasi, perusahaan, lembaga bisa berperan aktif untuk perlindungan orangutan. Latar belakang mu pastinya akan mempengaruhi bagaimana kamu bisa aktif. Tak terkecuali bidang seni. Sudah dua kali acara Art For Orangutan digelar di Yogya. Peserta yang terlibat meningkat dua kali lipat dengan keunikan ide yang tertuang dalam karya seni sangat bervariasi. Setiap orang menginterpretasikan dengan gayanya sendiri.

Bartega Studio dalam kesempatan kali ini mengadakan acara menggambar dan minum wine bertema orangutan. Acara ini bertujuan menggalang dana untuk pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Kelas ini akan berlangsung sekitar 2-3 jam dan kamu akan membawa hasil karyamu pulang. Untuk kamu yang tidak pernah memegang kuas lagi sejak tamat sekolah, di Bartega Studio lah saatnya memulai lagi. Tidak usah bingung dengan peralatan, semuanya telah disediakan.

Berapa yang harus saya keluarkan untuk mengikuti kelas “Man of The Forest”? Untuk menggambar cukup dengan Rp 350.000,00. Kalau mau ditambah dengan minum wine/anggur tinggal tambah Rp 100.000,00 Kelas akan digelar di Segoan Restaurant, pada 4 November 2017 mulai pukul 14.00 hingga 17.00 WIB. Kapan lagi melakukan sesuatu dengan tujuan penyelamatan orangutan.

Segera hubungi Benson di nomor whatsapp 08119941964. Seni pun bisa mengantarkanmu jadi penyelamat orangutan. Tetap berkarya dan bersemangat.

ENRICHMENT BENTUK SARANG LEBAH

Jevri, alumni siswa COP School Batch 7 ini adalah seorang animal keeper di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Ide kreatifnya kali ini membuat enrichment dari akar pohon yang bergelantungan.

Sepanjang jalan dari camp COP Borneo menuju ke kandang orangutan memang banyak akar-akar yang bergelantungan. Awalnya, Jevri menjadikan akar-akar ini mainan untuk dirinya sendiri. Jevri mengikat batu-batu sebesar telapak tangan pada akar-akar tersebut. “Iseng aja.”, katanya. Dari keisengannya itu, dia jadi tahu, akar itu sangat kuat sekali dan mulailah dia berkreasi.

Enrichment yang dibuatnya kali ini diberi nama, enrichment sarang lebah. Akar-akar pohon tersebut dililit-lilit hingga menyerupai sarang lebah, lalu di dalamnya diberi daun dan juga kuaci, tidak lupa dilumuri dengan madu diluarnya. Sangat susah dan membutuhkan kesabaran yang tinggi untum membuat enrichment ini. Dari bentuknya sangat sayang kalau enrichent sarang lebah hanya akan dirusak oleh orangutan Ambon maupun Debbie hanya dalam waktu singkat. Karena untuk membuat satu enrichment, Jevri menghabiskan waktu 30 menit sendiri. Dan benar… tak sampai 10 menit orangutan Ambon berhasil membuka dengan mengigitnya. Sama halnya Memo yang tumbuh menjadi orangutan betina dewasa yang tak mungkin kembali ke hutan karena penyakit hepatitis yang dideritanya. Memo pun menggigit akar-akar itu dengan mudah dan menikmati kuaci yang terseimpan di dalamnya.

“Tujuan enrichment ini sih untuk membuat orangutan sibuk dan melatih insting liarnya dalam mencari makanan.”, jelas Jevri pada saat menjalin akar-akar gantung tersebut. Yang terjadi… ini enrichment untuk orangutan atau manusia ya? (WET)

ORANGUFRIENDS BANTU ANJING BENCANA GUNUNG AGUNG

Selama APE Warrior dan Orangufriends membantu satwa yang ditinggal pemiliknya mengungsi karena naiknya status gunung Agung menjadi Awas, hujan sepanjang malam hingga pagi tak berhenti. Saat tim gabungan COP, BARC dan JAAN mengantar makanan di titik-titik tertentu, kami pun dengan jelas bisa melihat puncak gunung Agung dengan langit yang cerah. Tak sedikit pun membuat kami lengah, kami berada di rawan bencana!

Dari desa Sogra, kecamatan Selat, Karangasem, Bali, tim bekerja dengan cepat. Dokumentasi tetap harus kami kerjakan juga, sebagai laporan kepada para donatur pakan satwa, bahwa bantuan sudah sampai dan disebar di berbagai titik. Tak ada niat untuk narsis atau sok jagoan. “Karena setiap kami bertemu anjing di lokasi, ada tatapan yang tak bisa diungkapkan kata-kata. Beruntung, saya bisa ikut terlibat.”, ujar Hedi Dwilaily, orangufriends Jakarta yang terbang langsung ke Bali saat COP memanggil orangufriends untuk membantu.

Sepinya desa tanpa penghuninya, sesaat membuat bulu kuduk merinding. Kami pun melawan rasa takut dengan bercanda. Untuk kamu yang ingin terlibat bisa langsung menghubungi info@orangutanprotection.com atau bisa juga donasi lewat https://kitabisa.com/anjingkucingbali Terimakasih atas bantuannya, satwa pun butuh bantuan saat bencana datang.