“Hari ini enrichmentnya sarang rayap aja”, usul bang Amir, salah seorang animal keeper saat briefing pagi hari itu. Macam-macam enrichment makanan biasa diberikan untuk menghibur orangutan di luar jadwal makan pagi dan sore. Selain memakan daun dan buah hutan, orangutan juga terkadang memakan serangga seperti rayap, semut bahkan juga ulat. Aku sendiri pernah melihat Mabel, bayi orangutan yang sedang karantina memakan ulat-ulat kecil dengan lahap. “Biasa kita tuh cari di hutan. Tapi aku lihat di jalan dekat klinik ada”, jawab bang Amir ketika kutanyakan bagaimana cara mendapatkan sarang rayap.
Setelah berganti wearpack dan mengambil cangkul, aku, bang Amir, Syarif, Bima, dan Gavrila yang hari itu bertugas menjadi animal keeper segera berangkat ke lokasi sarang rayap yang dimaksud bang Amir. Saat sampai dan ditunjukkan, aku sempat tak percaya bahwa itu adalah sarang rayap. Yang kulihat dihadapanku hanyalah gundukan tanah liat setinggi sekitar 1,5 m. Bima dan bang Amir memberi aba-aba agar kami mundur. Kemudian mereka mulai mengacangkul gundukan tanah liat itu. Lapisan tanahnya cukup tebal dan butuh berkali-kali cangkulan hingga sarang rayap di dalamnya tampak. “Waaah berarti ini gede banget ya sarangnya?”, aku dan Gav terkagum melihat sarang rayap yang terlihat seperti bangunan yang sangat kompleks. Lalu kami memasukkan potongan-potongan sarang rayap ke keranjang.
Setelah sekitar 40 menit, keranjang sudah penuh dengan sarang rayap dan kami pun menuju kandang orangutan untuk membagikannya. Lucu sekali memperhatikan respon mereka yang bermacam-macam. Jainul terlihat penasaran dan pelan-pelan memperhatikan sarang rayap di tangannya. Ketika ada rayap yang keluar, dia tidak memakannya. Justru sarangnya yang ia masukkan ke mulutnya. Yang lain terlihat memakan sang rayap. Ada juga yang membuangnya bahkan terlihat tidak tertarik sama sekali.
Namun yang reaksinya membuat kami tertawa terpingkal-pingkal adalah reaksi orangutan Happi. Ketika kami meletakkan potongan-potongan sarang di tempat makannya, ia mendekat tanpa ragu da langsung memegang satu potong sarang. Ia begitu penasaran dan memperhatikan lekat-lekat sarang itu. Tiba-tiba, ia menjatuhkan sarang dalam genggamannya dan lari pontang-panting ke pojok kandang seperti manusia yang terkejut. Sepertinya ia terkejut ketika ada rayap yang muncul dari lubang-lubang sarang dan berpindah ke tangannya. Setelah puas tertawa, kami mencoba kembali memanggil-manggil Happi, berusaha memberitahunya bahwa rayap dan sarangnya tidak berbahaya. Untungnya Happi masih mau mendekat. Mungkin rasa penasarannya belum terpuaskan. Ia kembali memandangi dan memegang sarang rayap itu. Kemudian ia memain-mainkannya dan mulai memakannya. Kami ikut senang melihat Happi seperti terhibur dengan enrichment yang kami bawa. Jerih payah kami tidak sia-sia.
Sesungguhnya, sarang rayap bukanlah enrichment yang baru untuk Happi. Namun Happi selalu mengekpresikannya dalam bentuk yang berbeda-beda. Orangutan kecil memang selalu lucu karena itu juga banyak orang berpikiran untuk memeliharanya. Tapi orangutan bukanlah satwa peliharaan, rumahnya ya di hutan. Happi pun saat ini sedang menjalani karantina untuk masuk pulau pra-pelepasliaran. Tujuh tahun di BORA, saatnya kembali ke habitatnya. (NAD)