INDONESIA OPENING THE 5th ORANGUTAN REINTRODUCTION CENTRE

The 5th Orangutan Reintroduction Centre COP BORNEO in Indonesia, is now officially operating. This facility is a cooperation between the Ministry of Environment and Forestry with the Centre for Orangutan Protection (COP). It was built in Labanan forest area with special purpose (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) an area of 7,900 hectares in Berau district, this facility is expected to accommodate 50 (fifty) orangutans. Currently, 13 (thirteen) orangutans are undergoing the rehabilitation process, 3 of them are ready to be released in the second half of this year. Just like any other of reintroduction centre that has been running with the International Standard of Union for Conservation Network (IUCN), COP BORNEO will be a restricted area. There will be no random visitors for tourism and people can not enter this area without permission.

Hardi Baktiantoro, Principal COP states :

“This area is perfect for orangutan rehabilitation. The forest is still lush, surrounded by big trees, and the forest is providing a natural food source so that the orangutans can learn and easily adapt to become wil. We still have to do a survey to determine whether KHDTK Labanan is also feasible for the releasing area. This area is also very protected, and listed as a conservation area, technically there are no wild orangutans population around here and local communities are very supportive”

“This centre is a facility for rehabilitation, with quarantine cages, socialization cages and clinic, also with a multi-functional building that can be used as an office, a research station and dormitory for orangutan’s nurses and researchers. Thus, this area is fully integrated as a rehabilitation centre and research centre for flora and fauna.”

KHDTK Labanan is managed by the Research Institute for Dipterokarpa. COP BORNEO has been built by COP is funded largely by With Compassion and Soul (WC & S) with additional funding from the Orangutan Crisis Fund (OCF), The Orangutan Project (TOP) and Monkey Business.

For more Info & interviews, please contact :

Hardi Baktiantoro

Phone : 08121154911

email : orangutanborneo@mac.com

 

INDONESIA MEMBUKA PUSAT REINTRODUKSI ORANGUTAN KE 5

Pusat Reintroduksi Orangutan COP BORNEO secara resmi telah beroperasi, menjadi yang ke 5 di Indonesia. Fasilitas ini merupakan kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Pusat Perlindungan Orangutan / Centre for Orangutan Protection (COP). Berdiri di dalam Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Labanan seluas 7.900 hektar di kabupaten Berau, fasilitas ini diharapkan dapat menampung 50 (limapuluh) orangutan. Saat ini, 13 (tigabelas) orangutan sedang menjalani proses rehabilitasi, 3 diantaranya sudah siap dilepasliarkan pada semester ke 2 tahun ini. Selayaknya Pusat Reintroduksi yang dikelola dengan standar International Union for Conservation Network (IUCN), COP BORNEO akan menjadi kawasan tertutup. Tidak dibenarkan adanya kunjungan oleh orang – orang yang tidak berkepentingan atau wisata.

Hardi Baktiantoro, Principal COP memberikan pernyataan sebagai berikut:

“Kawasan ini sangat sempurna untuk rehabiitasi orangutan. Hutannya masih sangat bagus, pohonnya besar – besar, banyak pakan alami tersedia sehingga orangutan bisa belajar menjadi orangutan liar dengan baik. Kami masih harus melakukan survey untuk menentukan apakah KHDTK Labanan juga layak untuk kawasan pelepasliaran. Pastinya kawasan ini juga sangat terlindungi, secara hukum adalah kawasan konservasi, secara teknis tidak ada populasi orangutan liar dan secara adat masyarakat setempat sangat mendukung.”

“Selain fasilitas untuk proses rehabilitasi seperti kandang karantina dan kandang sosialisasi serta klinik, fasilitas ini juga dilengkapi dengan bangunan multi fungsi yang dapat digunakan sebagai kantor, stasiun riset dan asrama bagi para perawat orangutan dan peneliti. Dengan demikian, kawasan ini benar – benar terpadu untuk rehabilitasi dan penelitian flora fauna.”

KHDTK Labanan  dikelola oleh Balai Besar Penelitian Dipterokarpa. Pembangunan COP BORNEO sendiri didanai sebagian besar oleh With Compassion and Soul (WC&S) dengan tambahan dana dari Orangutan Crisis Fund (OCF), The Orangutan Project (TOP) dan Monkey Business.

Informasi dan wawancara, harap menghubungi:

Hardi Baktiantoro

08121154911

orangutanborneo@mac.com

13 ORANGUTAN KALIMANTAN AKAN DIREHABILITASI DI COP BORNEO

Samarinda – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LHK) dengan dibantu oleh Centre for Orangutan Protection (COP) dan Yayasan  Borneo Orangutan Survival (BOS), pada hari ini memindahkan 13 (tigabelas) Orangutan Kalimantan sub species morio (Pongo pygmaeus morio) dari Kebun Raya Universitas Mulawarman Samarinda (KRUS) menuju Pusat Reintroduksi Orangutan COP BORNEO di Labanan, Kabupaten Berau. Labanan adalah Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) yang luasnya  7900 hektar, saat ini dikelola oleh Badan Penelitian dan Pengembangan dari Kemen LHK. Diharapkan, ke 13 orangutan tersebut mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik dan memiliki kesempatan ke dua dalam hidupnya untuk menjadi orangutan yang bebas di alam liar. COP BORNEO adalah Pusat Reintroduksi Orangutan ke 5 yang dimiliki oleh Indonesia.

Ramadhani, Area Manager COP memberikan pernyataan sebagai berikut:

“Dari ke 13 orangutan tersebut, 3 diantaranya akan berada dalam sanctuary kami selamanya karena 2 sudah  terlalu tua dan 1 mengidap Hepatitis B. Sisanya masih bisa direhabilitasi. Berita baiknya adalah 3 diantaranya sudah siap untuk dilepasliarkan pada semester ke-2 tahun ini. Hal ini sangat mungkin dilakukan karena mereka menjalani pelatihan yang kami sebut dengan Sekolah Hutan selama berada di Kebun Raya Universitas  Mulawarman Samarinda (KRUS). Mereka menunjukkan keahlian yang memadai untuk bertahan hidup seperti mencari pakan alami, membuat sarang dan menghindari bahaya dari predator.”

Imam Arifin, Dokter Hewan COP memberikan pernyataan sebagai berikut:

“Rehabilitasi adalah proses yang panjang dan rentan untuk gagal. Karenanya, kami akan memberlakukan aturan yang ketat, terutama dalam hal interaksi dengan manusia selain dengan para perawat dan pelatihnya. Agar mereka tidak tertular penyakit oleh orang – orang yang tidak berkepentingan.”

Pusat Reintroduksi Orangutan COP BORNEO  diproyeksikan dapat menampung setidaknya 50 orangutan yang menjadi sudah tercerabut dari habitatnya karena pembabatan hutan untuk membuka perkebunan kelapa sawit, pertambangan batubara dan yang pernah dipelihara secara illegal oleh masyarakat. Dibandingkan sub species lainnya, Pongo pygmaeus morio adalah sub jenis yang paling rentan, jumlahnya diperkirakan hanya 4825. Populasi Orangutan Kalimantan diperkirakan sejumlah  54.567 (PHVA dan revisi PHVA 2004; Wich, dkk 2008). Orangutan dilindungi oleh UU Nomor 5 /1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya beserta PP No.7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Informasi dan wawancara harap menghubungi:

Ramadhani

Phone : 081349271904

email : dhani@cop.or.id

PLAYING IN THE TRANSPORT CAGE

Just like ordinary kids, Novi and Jabrik are really enjoy the trip. They play all the time. They are 2 of 13 orangutans who are on the way to COP BORNEO, a 5th Indonesian reintroduction centre. Thanks to the Orangutan Outreach to fund this big translocation.

Selayaknya anak – anak, Novi dan Jabrik sangat menikmati perjalanan. Mereka bermain sepanjang waktu. Mereka adalah 2 dari 13 orangutan yang sedang dalam perjalanan menuju COP BORNEO, Pusat Reintroduksi Orangutan ke 5 yang dimiliki oleh Indonesia. Terima kasih kepada Orangutan Outreach yang telah mendanai pemindahan besar ini.

His name is NYATA

NYATA is a reality we have to face in Kalimantan nowadays. Just same shit different places: forest being cleared to make way for oil palm plantation or coal mining. The staffs of Kutai National Park brought him to Wildlife Authority facility in Samarinda, then we took him to their facility in Tenggarong. According to them, they confiscated from a local nearby park that kept it for 5 years already. We confidence that the story simply a hoax. NYATA is about 3 years old and still very wild. He looked nervous and mad when we approach him. He scream and smack food container and everything he can inside the cage. He try to warn us for not get closer. We decided to leave him alone today. However we promised to him to take to our centre soon once he is ready for a long land trip.

 

NYATA adalah kenyataan yang harus kami hadapi setiap hari di Kalimantan. Hanya masalah yang sama, tempatnya saja yan beda: hutan dibabat untuk membuka perkebunan kelapa sawit atau tambang batubara. Staff Taman Nasional Kutai membawanya ke kantor BKSDA di Samarinda lalu kami membawanya ke fasilitasnya di Tenggarong. Menurut mereka, dia disita dari seorang warga yang telah memeliharanya selama 5 tahun di dekat Taman Nasional. Kami yakin bahwa itu bohong. NYATA berusia sekitar 3 tahun dan masih sangat liar. Dia kelihatan sangat gugup dan marah ketika kami mencoba mendekatinya. Dia menjerit dan membanting wadah makanan dan apa saja yang bisa diraihnya dalam kandang. Dia mencoba peringatkan kami untuk tidak mendekat. Kami memutuskan untuk membiarkannya dulu hari ini. Bagaimanapun juga kami berjanji untuk kembali dan membawanya ke Pusat Reintroduksi kami segera setelah dia siap untuk perjalanan darat yang jauh.

 

Last day in the temporary shelter

Today is the last day for Michelle and friends  at the KRUS Zoo. It was an abandoned zoo that located inside the Samarinda Botanical Garden. We converted them into a temporary shelter. We take over the management and improve the facilities to meet with the minimum standard of animal welfare.  We train the keepers, increase their salaries and conduct forest school for orangutans just like in reintroduction centre.  However, that is not a suitable place for them. They deserve to be a free orangutan in the wild. Then we develop a rehabilitation centre for them in Labanan, North Kalimantan, about 15 hours drive from current location. After 6 months development, now the centre ready for them. We will move them all tomorrow. Helping orangutan is a big decision, in term of resources. We invested a lot of money and time. We spent at least 50.000 dollar for the last 5 years in KRUS and more in Labanan. It will not happen without support.

Hari ini adalah hari terakhir bagi Michelle dan teman – temannya berada di KRUS, sebuah kebun binatang telantar  yang berada dalam Kebun Raya Samarinda. Kami mengubahnya menjadi tempat penampungan sementara bagi orangutan. Kami melatih para perawat satwa, menaikkan gajinya dan menjalankan sekolah hutan bagi anak – anak orangutan selayaknya pusat reintroduksi. Bagaimanapun juga, itu bukan tempat yang sesuai bagi mereka, Mereka layak mendapatkan kesempatan untuk mejadi orangutan bebas di alam liar. Lalu kami membangun pusat reintroduksi di Labanan, Kalimantan Utara, kira kira 15 jam mengemudi dari tempatnay sekarang ini. Setelah 6 bulan pembangunan, kini pusat itu sedah siap untuk mereka. Kami akan memindahkan semuanya besok. Menolong orangutan adalah keputusan besar dalam hal sumber daya. Kita telah menginvestasikan banyak sekali uang dan waktu. Kita telah menghabiskan dana setidaknya 500 juta rupiah di KRUS selama 5 tahun terakhir ini dan akan lebih banyak lagi di Labanan. Itu semua tidak mungkin tanpa dukungan anda.

11 operations, 146 rescued

The internet is the world’s largest marketplace. Largely unregulated, anonymous, open 24 hours a day and virtually unlimited in reach, it offers endless opportunities for criminal activities, among them a flourishing illegal trade in protected wildlife. Since 2012, COP and Ministry of Forestry and Indonesian Police conducted 11 raids. It saved 146 protected and rare wild animals. At least 14 people grilled and 8 people jailed.
No doubt that COP is one of the most effective group in combating wildlife trafficking in Indonesia. Wildlife trade cause needless suffering for animals.

Internet adalah pasar terbesar di dunia. Sebagian besar tidak diatur, anonim, buka 24 jam sehari dan jangkauannya tak terbatas, menawarkan kesempatan tak terbatas untuk kegiatan kriminal, di antaranya adalah perdagangan ilegal satwa liar yang dilindungi. Sejak tahun 2012, COP bersekutu dengan Kementerian Kehutanan dan Kepolisian Indonesia telah melaksanakan 11 kali operasi penggerebekan. 146 satwa liar langka yang yang dilindungi berhasil diselamatkan. Setidaknya 14 orang diinterigasi dan 8 diantaranya telah dipenjara. Tidak diragukan lagi COP adalah salah satu kelompok paling efektif dalam memerangi perdagangan satwa liar di Indonesia. Perdagangan menyebabkan penderitaan yang tak perlu pada satwa liar.

FACEBOOK, PLEASE STOP BECOME CRIME MEDIA TOWARDS WILDLIFE

Yogyakarta – The method for illegal wild animals trafficking is getting more advanced along with technology developments. One of the most common method is by using Facebook or online advertising. Facebook is the easiest communication tool between sellers to trade protected or non-protected wild animals. Mostly, sellers will create a closed communication group to promote and trade wild animals. 

Read More
NEW APE WARRIOR, COP RAPID RESPONSE TEAM

NEW APE WARRIOR, COP RAPID RESPONSE TEAM

Coinciding with their 8th anniversary, the Centre for Orangutan Protection (COP) launched the APE Warrior 2 car to replace APE Warrior. The APE Warrior vehicle has been retired after 5 years of roaming around Java, Sumatra and Bali. APE Warrior was originally called the Mobile Education Unit (MECU) and was based at COP headquarters in Jakarta. However, the COP ultimately needed to expand it to become a separate team like APE Crusader and APE Defender in Kalimantan. Physically, the APE Warrior 2 vehicle (a 2500 cc Ford Everest) is more powerful than its predecessor (a 1500 cc Toyota Rush). Subsequently, its power can be equated with the other vehicles (2500 cc Mitsubishi Tritons) that are being used in Kalimantan.

 

Read More
THE BIODIVERSITY OF LABANAN TROPICAL RAINFOREST

THE BIODIVERSITY OF LABANAN TROPICAL RAINFOREST

Far in depths of the tropical rain forest in northern Kalimantan, the Centre for Orangutan Protection is in the process of building an Orangutan Rescue Centre in the Special Purpose Forest Conservation district (KHDTK) which is governed by government institute DIPTEROCARPA.  The conditions in the Labanan rain forest are ideal for rehabilitating orangutan and any other species which requires special attention before being returned to the wild. The Labanan tropical rainforest is lowland forest and as a result its characteristics and complex biodiversity, differs from other types of forest. In the Labanan rain forest there are several lakes and karst caves which add to the complexity of the ecosystem in an area. 

Read More

Drone for Orangutans

Ladies and gentlemen, starting today you will get better images from field to know the latest situation. Thanks to Palm Oil Investigation, Orangutan Crisis Foundation and With Compassion & Soul for sponsoring a drone. This DJI Phantom drone equipped with camera Go Pro 3 Black Edition. Tuan dan Nyonya sekalian, mulai hari ini anda akan mendapatkan gambar – gambar yang lebih baik dari lapangan untuk mengetahui situasi terkini. Terima kasih kepada Palm Oil Investigation, Orangutan Crisis Foundation and With Compassion & Soul yang telah membelikan sebuah drone. Drone DJI Phantom ini dilengkapi dengan camera Go Pro 3 Black Edition.