MAAF PITTA, SAYA MENGANGGU TIDURMU

Keberuntungan tidak selalu ada, tapi kemungkinan terjadi ada. Inilah salah satu kebruntungan saya saat melakukan Herping atau pengamatan Amfibi dan Reptil pada malam hari di lokasi New BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance), Berau, Kalimantan Timur. Tepat di akhir kegiatan dan akan bergegas pulang namun dengan isengnya melihat ke belakang kantor dan keberuntungan itu pun menghampiri saya. Perjumpaan burung Paok Hijau (Pitta sordida) yang merupakan salah satu dari 27 jenis keluarga Pittidae yang ada di Indonesia dalam kondisi sedang tidur. Kehadiran saya saat itu tak sedikitpun mengusiknya karena burung ini aktif di siang hari atau diurnal dan pada malam hari waktunya tidur. 

Sontak saya langsung mencari posisi yang bagus untuk mendapatkan hasil foto yang maksimal, memanjat menara yang tidak jauh dari burung itu pun saya lakukan. Burung Paok Hijau ini bertengger di ranting kering dengan mata terpejam pada ketinggian cabang 5 meter dari tanah. Usaha tanpa suara berakhir ketika saya menekan shutter dan membuat burung ini membuka matanya karena cahaya lampu kilat kamera yang saya unakan juga. “Maaf ya Paok, saya terpaksa menganggu tidurmu”, bisik Hilman Fauzi, anggota tim APE Crusader yang sedang gabut. Tidak lama kami pun pergi, burung ini tetap di posisi yang sama dan melanjutkan tidurnya.

Paok Hijau (Pitta sordida) ini sangat mudah dikenali karena sesuai dengan namanya memang dominan berwarna hijau pada badannya, kepalanya hitam dan penutup sayap biru dengan bercak sayap putih, memiliki ukuran sedang (18-20 cm), bertubuh gemuk, kaki panjang namun ekor pendek. Kalau bersuara berupa panggilan atau siulan sederhana dan memelas, bunyinya “peuw-peuw” berulang-ulang dengan interval yang pendek. Daerah persebaran burung ini meliputi beberapa negara seperti Bangladesh, Bhutan, Brunei, Kamboja, Cina, India, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Filipina, Singapura, Thailand dan Indonesia. Paok Hijau dijumpai pada hutan-hutan di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan pulau Irian. 

Perilakunya lebih banyak menghabiskan waktunya di lantai hutan bukan berarti dia tidak suka berada di pohon. Melainkan mencari makan pada strata lantai hutan,berlompatan lalu membalikkan dedaunan dan mematuki kayu mati untuk mencari invertebrata yang bisa dimakan. Sifat si Paok yang terestrial tapi terkadang tidur di atas pada ranting-ranting pohon, bisa saja ini menghindari resiko dari predator dan terkadang tidur di tanah dengan barengan sehingga ketika salah satu individu terkena predator, individu lainnya mengeluarkan suara yang sifatnya mengusir atau mencoba melawan predator itu sendiri. Paok Hijau memiliki musim kawin pada bulan Maret, Mei, Juli dan Desember, sarangnya berbentuk kubah dibuat dari berbagai bagian tumbuhan dan dibangun pada tanah di bawah semak belukar 2-5 telur. “O iya, Pemerintah Indonesia sudah memasukkannya sebagai daftar satwa dilindungi dengan P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 dan terdaftar pada IUCN tentang spesies terancam punah dengan kategori LC (least Concern) atau sedikit kekhawatiran”. (HIL)

TAMPILAN NYENTRIK NYCTIXALUS PICTUS, SI KATAK POHON BERBINTIK DI BORA

Perjumpaan pertama saya dengan Katak pohon berbintik atau Nyctixalus pictus yang merupakan katak dari keluarga Rhacophoridae, saat saya melakukan pengamatan malam di sekitar area Rehabilitasi Orangutan BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance) yang dikelola oleh COP (Centre for Orangutan Protection) berlokasi di KHDTK Labanan, Berau, Kalimantan Timur pada 14 Oktober 2022.

Katak ini memiliki ukuran hingga 35 mm, tubuh yang ramping dengan moncong yang relatif panjang dan kaki belakang yang panjang. Gendang telinga terlihat dengan ukuran lebih kecil dari diameter mata. Setiap ujung jari baik tangan maupun kaki nya melebar seperti bantalan bundar yang lebih kecil dari gendang telinganya. Jari-jari kaki yang setengah berselaput dan jari-jari tangan tidak berselaput. Keunikan dari Katak Pohon Berbintik ini memiliki tampilan nyentrik seperti semua permukaan atas dan sisinya berwarna coklat kayu manis, merah atau bahkan jingga. Kulit punggung, kepala dan permukaan atas tungkai kasar dengan banyak tonjolan kecil yang tersebar di semuanya dengan warna putih mengkilap yang membentuk garis putus-putus dari tepi moncong, di sepanjang tepi kelopak mata atas dan berlanjut ke bagian bawah sisi punggung. Bagian atas iris juga berwarna putih, bagian bawah berwarna coklat. Keunikan dari katak ini merupakan salah satu katak dengan warna paling jelas dan tidak dapat disalahartikan sebagai spesies lain.

Kebiasaan dan habitat katak ini hidup di hutan primer dan sekunder tua, pada dataran dan medan berbukit-bukit, dari dekat permukaan laut hingga mencapai ketinggian 1800 MDPL. Sering dijumpai pada daun semak dan pohon kecil dengan tinggi satu sampai tiga meter di atas tanah, bisa saja mencapai tingkat yang lebih tinggi. Sedangkan telur-telurnya diletakan di lubang pohon yang berisi air atau phytothelms, dimana tempat berudu muda dapat berkembang dengan relatif aman. Selain itu, katak ini hidup nokturnal dan bersuara terdiri dari serangkaian ‘peep’ yang tenang, yang dapat dengan mudah disalahartikan sebagai panggilan serangga.

Katak pohon berbintik ini tersebar luas namun tidak umum, persebarannya mencakup beberapa pulau seperti di Semenanjung Malaya (dari ujung selatan Thailand melalui Semenanjung Malaysia hingga Singapura), Sumatra (Indonesia), Borneo (Brunei, Malaysia, Indonesia) dan Filipina. Karena penurunan luas dan kualitas habitat yang terus berlanjut akibat pembukaan hutan, populasinya disimpulkan menurun yang menjadi alasan kenapa katak ini tersebar luas dan tidak umum. Status perlindungan IUCN saat ini masuk dalam catatan merah dengan kategori LC (Least Concern) atau sedikit kekhawatiran, sedangkan dalam peraturan dan perundangan di Indonesia sendiri tidak masuk dalam kategori satwa dilindungi. (HIL)

PINGPONG SI GIGI KEROPOS

Pingpong merupakan satu individu orangutan jantan yang berada di Pusat Rehabilitasi BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance) sejak April 2015. Pingpong dulunya disita dari kebun binatang ilegal yang ada di Kalimantan Timur dan dititip-rawatkan untuk menjalani proses rehabilitasi. Saat datang pertama kali, kondisi Pingpong kurus dengan rambut gundul dan malnutrisi.

Selama masa rehabilitasi, Pingpong distimulasi untuk mendalami kemampuan bertahan hidup dan kemampuan sosial melalui program sekolah hutan. Hingga Pingpong menjadi orangutan paling besar di kelas sekolah hutan dan membuat perawat satwa cukup kesulitasn untuk melakukan handling. Akhirnya Pingpong dimasukkan dalam daftar tunggu pulau pra-pelepasliaran.

Selama menjalani masa rehabilitasi di kandang sosialisasi, Pingpong yang saat ini usianya menginjak 13 tahun, teramati cukup responsif ketika mendapat enrichment pakan dan dia sangat menyukai buah sirsak dan buah dengan cita rasa manis lainnya namun tekstur yang tidak keras.

Namun, ketika dilakukan observasi… Pingpong memiliki kebiasaan mengeluarkan makanan yang telah dikunyahnya dan ditelan kembali. Akhirnya tim medis melakukan pengecekan kondisi fisik dan tes kesehatan untuk orangutan Pingpong. Hingga ditemukan bahwa kondisi giginya berkurang sangat masif karena keropos.

Melihat hal ini, tim medis memberikan rekomendasi untuk Pingpong menjadi orangutan yang tidak bisa dilepasliarkan. Dengan pertimbangan orangutan Pingpong akan sangat kesulitan bertahan hidup dengan kemampuan gigi untuk bisa memakan beragam jenis pakan alami di hutan semakin nihil dilakukan.

COP berencana memberikan kesempatan untuk Pingpong agar bisa memiliki enclosure yang membuatnya bisa terbebas dari kandang jeruji besi meski Pingpong menyandang status orangutan yang tidak dapat dilepasliarkan ke alam. (WID)

ORANGUTAN, PENGHUNI ASLI TANAH BORNEO (1)

Salah satu kera besar ini merupakan penghuni asli pulau Borneo yang bisa juga ditemukan di pulau Sumatra bagian utara. Satwa ini unik persamaannya dengan manusia mencapai 97%, Jika diperhatikan secara seksama dari morfologi dan perilakunya hampir sama seperti manusa. Namun keberadaannya semakin terancam dengan banyaknya aktivitas manusia yang merusak alam.

Deforestasi, perburuan, pembakaran hutan juga perdagangan satwa liar menjadi ancaman kepunahan satwa endemik ini. Akibat hal-al ini juga orangutan bisa berada di tempat rehabilitasi. Orangutan hidupnya di hutan bukan di kandang. Dia adalah satwa liar bukan peliharaan, sejinak apapun dia tetap liar. Kelucuannya memang menjadi salah satu penyebab manusia ingin merawat dan memilikinya.

Setelah melihat langsung dan mengamati bagaimana orangutan yang ada di tempat rehabilitasi membuatku sadar akan kelucuannya. Tingkah dan perilakunya yang hampir mirip dengan manusia, juga wajah imutnya yang menggemaskan. Orangutan infant sama seperti pada bayi-bayi manusia umumnya mereka suka menangis, bermanjaan, juga suka bermain. Orangutan juvenile banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dan lokomosi kesana-kemari.

Sebelum lebih jauh berkenalan dengan 16 orangutan yang ada di tempat rehabilitasi BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance), setiap individu orangutan memiliki sifat dan perilaku yang berbeda, ada yang manja, jahat, pemalas dan lainnya. Ketika pertama kali bertemu dengan mereka, perasaan takut, yang selalu ada dipikiranku bahwa orangutan itu liar dan jahat. Ternyata, orangutan pun tahu mana orang yang akan berbuat baik maupun jahat padanya. (ENI)

BAYI ORANGUTAN BERNAMA MABEL YANG PENUH CINTA

Mabel namanya. Ada harapan di setiap nama yang disematkan pada orangutan yang masuk di BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance). Mabel artinya loveable atau orang yang dicintai. Katanya Mabel adalah nama untuk bayi yang sangat populer di Amerika. Siapapun yang melihatnya akan jatuh hati dan akan mencintainya tanpa pamrih.

Hampir sebulan bayi orangutan ini di rawat di BORA. Kesehatannya semakin membaik, perut kembungnya berangsur hilang dan kekuatannya perlahan bertambah. Tatapan Mabel mulai bersinar dan penuh harapan. Jeritan kesakitan saat disentuh pun menghilang.

“Awalnya Mabel sempat dikira berusia 4 bulan, tapi setelah kita memeriksa gigiya, orangutan ini berusia 11 bulan”, kata drh. There dengan prihatin. Tim medis pun ekstra hati-hati memberi jenis buah untuknya agar kondisi perutnya yang kembung tidak semakin parah. Pepaya yang benar-benar matang sedikit demi sedikit diberikan dan pemberian susu ditunda dulu.

“Syukurlah Mabel berhasil berjuang hingga waktu ini. Bayi pendiam ini semakin aktif. Dalam 1-2 minggu ini, tim medis akan mengambil darahnya untuk diperiksa, apakah Mabel sehat dan bisa melanjutkan rehabilitasi di BORA seperti digabungkan dengan orangutan lain dan masuk kelas sekolah hutan. Doakan Mabel ya…”, pinta Theresia Tinenti. 

ADA 3 BAYI BINTURONG DI HUTAN BUSANG

Masih penasaran dengan jalur orangutan Ucokwati menghilang dari pantauan tim monitoring APE Guardian.  Tim mencoba menelusuri perjumpaan terakhirnya. Topografi yang dilewati cukup bergelombang karena memang sudah mengarah ke hutan lindung. Setelah melalui perjalanan panjang tim memutuskan beristirahat di dekat pohon besar sambil mengecek tempat yang pas untuk pemasangan kamera trap. Ada beberapa bekas cakaran beruang madu di dekat pohon Menggris tersebut.

Perjalanan pun kami lanjutkan, tak lama kemudian terdengar suara pekikan kecil yang terus berulang dalam interval waktu yang singkat. “Suara apa itu?”, tanya Randi. Suara itu terdengar kembali dan terus berulang hingga kami memutuskan untuk mencari sumbernya. Kami pun berjalan perlahan dan mengendap-endap dan melihat ke atas dan terlihatlah makhluk berwarna hitam dengan sedikit rambut putih berkumir di ketinggian 12 meter.

Sambil berusaha mengidentifikasi satwa temuan yang mirip binturong tapi kenapa ikurannya kecil. Kami mengelilingi pohon dan berharap dapat melihat lebih jelas. Kami pun melihat makhluk yang sama di ketinggian 6 meter. Rasa penasaran mengantarkan Randi memanjat pohon agar bisa mendokumentasikan satwa tersebut. Ternyata ada 3 bayi binturong.

Binturong memiliki ciri-ciri rambut berwarna hitam dominan dengan sedikit warna putih seperti uban. Rambut biasanya menumpuk atau lebih tebal pada bagian sekitar belakang telinga. Pada bagian moncong juga memiliki kumis yang panjang berwarna putih. Suara yang dikeluarkan pada saat bayinya berteriak seperti pekikan yang sangat nyaring secara berulang-ulang. Untuk persebarannya ada di Sumatra, Kalimantan dan pulau Jawa. Binturong merupakan salah satu satwa yang dilindungi berdasarkan Permenhut No. P.106 tahun 2018. Untuk status IUCN, binturong berada pada status vulnerable atau rentan dan sewaktu-waktu bisa menjadi punah apabila maraknya perburuan liar untuk perdagangan dan juga perusakan habitatnya terus berlanjut. (RAN)

HEWAN TERDAMPAK ERUPSI SEMERU RENTAN PENYAKIT PENCERNAAN DAN KULIT

Kami menutup hari ketiga di lokasi Erupsi Gunung Semeru dengan pemberian vitamin, obat cacing serta mengobati 6 kambing masyarakat yang kondisinya membutuhkan perhatian lebih. Ada yang kondisinya terluka dan mengalami infeksi pada bagian kepala dan penglihatannya. Perjalan tim Animal Rescue kali ini dibantu oleh drh. Tommy dari Yogyakarta. “Kami lakukan secara sukarela dalam mengupayakan percepatan penanganan kondisi hewan akibat bencana erupsi yang berdampak pada masyarakat di Desa Sumberwuluh dan Sumbermujur. Ada drh. Ida dari Dinas Peternakan Lumajang juga”, jelas Zein, siswa COP Academy Batch 1.

Beberapa warga mengeluhkan sulitnya mencari pakan hijau untuk ternak mereka karena aktivitas erupsi. Erupsi juga mempengaruhi cuaca di lereng Semeru, ketidakstabilan cuaca menyebabkan hewan ternak rentan terkena penyakit, khususnya penyakit pencernaan dan kulit.

“Kebersihan lingkungan shelter harus lebih diperhatikan”.

Penyuluhan kesehatan ini akan berlanjut sampai kondisi masyarakat terdampak bencana stabil dan kondusif. “Kami berharap kita semua bisa bahu-membahu, memberikan sedikit batuan yang dapat membantu masyarakat umumnya dan kesejahteraan hewan yang ikut terdampak khususnya. Kami berencana terus menyisir lokasi sekitar daerah terdapkan erupsi dan memastikan hewan yang membutuhkan pertolongan agar segera dapat dibantu”, tambahnya. (Zein_COPAcademy1)

ESOK PETERNAK BISA MENCARI PAKAN HIJAU DI LOKASI YANG TERSEDIA

Gunung Semeru kembali erupsi pada 4 Desember 2022 lalu. Erupsi kali ini terjadi lebih besar dari erupsi sebelumnya. Periode erupsi susulan sama rutinnya seperti tahun sebelumnya. Kini masyarakat jauh lebih waspada dengan aktivitas vulkanis tapi banyak masyarakat juga yang mengabaikan himbauan erupsi khususnya di daerah red zone atau di zona merah. 

Tim Animal Rescue sudah tiga hari berada di daerah terdampak berat yakni di Desa Kajarkuning. Bersama perangkat desa dan Dinas Peternakan setempat, tim mensosialisasikan bantuan pakan ternak. Rencananya, masyarakat yang mempunyai hewan ternak yang sudah diungsikan ke shelter sementara yang berlokasi di Desa Sumbermujur akan diberikan tempat untuk mencari pakan hijauan untuk ternaknya. Lokasi sumber pakan sebelumnya sudah hilang tertutup aktivitas vulkanik akibat banjir lahar panas yang meluap. 

Lokasi bantuan sumber pakan sementara yang diberikan seluas 2 hektar dan berjarak 3 kilometer dari shelter. Esok hari masyarakat sudah dapat mulai mencari pakan dan tidak ada batasan mengambil jumlahnya namun sekiranya cukup untuk memenuhi kebutuhan harian.

Tim Animal Rescue COP tidak menurunkan sikap awasnya di lokasi bencana. Pada periode pengamatan 8 Desember 2022 pukul 00.00-06.00 WIB, Pos Pengamatan Gunung Api Semeru merekam 24 kali letusan/erupsi dan durasi gempa 58-193 detik. “Awan panas, aliran lahar dan lontaran batu (pijar) mengancam keberadaan tim. Semoga semesta melindungi kita semua”, kata Satria Wardhana, kordinator COP di lapangan. (SAT)

TIM ANIMAL RESCUE COP BANTU TERNAK DI ERUPSI SEMERU

Semeru kembali erupsi tepat setahun kemudian. Tim Animal Rescue yang baru saja pulang dari assesmen di Gempa Cianjur, Jawa Barat kembali bersiap menuju timur. Sebelumnya gempa di Gresik sempat membuat tim waspada dan terus mengikuti pemberitaan, berjaga jika hewan-hewan juga terdampak Gempa Gresik. Lega sesaat namun tim tetap turun untuk Semeru. Komunikasi dengan kontak lokal pun kembali terjalin, kali ini tanpa tim pendahulu, COP memutuskan bekerja untuk hewan Semeru. 

Selasa, 6 Desember, Tim Animal Rescue COP telah tiba di Desa Sumbermujur, Kec. Candipuro, Jawa Timur. Tim beranggotakan 6 orang dan langsung disambut oleh Kepala Desa dan Dinas Peternakan Lumajang. Pada hari itu tim langsung berkordinasi terkait penanganan satwa yang terdampak Erupsi Gunung Semeru. Kordinasi ini adalah lanjutan dari komunikasi lewat telepon dan whatsapp sebelumnya.

Ada 109 ekor kambing, 2 ekor domba yang selamat dan sudah dievakuasi. Untuk sementara tercatat 20 ternak yang mati, sebagian telah dikubur dan sebagian lagi masih tergeletak di kandang mandiri milik masyarakat. Kebutuhan yang paling mendesak untuk ternak adalah ketersediaan air dan pakan hijauan yang bersih juga. Pakan hijau yang diinginkan peternak juga harus disesuaikan karena bisa saja pakan hijau yang datang akan menjadi sia-sia karena tidak sesuai dengan kebiasaan jenis pakan yang diberikan. “Ini adalah bagian tersulit dari penyediaan bantuan pakan ternak di sini. Untungnya, tim masih memiliki hubungan yang baik dengan penyedia pakan hijau tahun lalu, ketika Erupsi Semeru 2021. Semoga semua dapat berjalan sesuai rencana”, ujar Satria Wardhana, kapten tim APE Warrior COP yang selalu siap turun membantu hewan yang membutuhkan pertolongan saat bencana alam.

Centre for Orangutan Protection memiliki tim yang selalu siap menolong hewan yang membutuhkan ketika bencana alam seperti erupsi gunung berapi, gempa, banjir bahkan tsunami. Tim yang didominasi para relawan orangutan ini melakukan evakuasi, pemberian makanan baik di satu lokasi atau di jalanan hingga membuatkan penampungan sementara tergantung kebutuhan saat itu. Penanganan hewan menjadi prioritas tim ini karena makhluk hidup yang satu ini sering terlupakan dan terabaikan di tengah kekacauan bencana. “Berbagi tugas dan saling meringankan adalah tujuan utama tim ini. Kami berharap masyarakat memahami fokus kerja kami yang bukannya menomor duakan manusia tetapi lebih ke berbagi peran penanganan bencana”, jelas Satria lagi. (SAT)

SETELAH 4 ORANGUTAN KEMBALI KE RUMAH

Haru dan bahagia ketika empat orangutan yaitu Antak, Hercules, Ucokwati  dan Mungil berhasil melewati proses yang panjang untuk kembali pulang ke rumah (hutan). Keempat orangutan ex-rehab ini akhirnya dilepasliarkan kembali ke hutan pada akhir Oktober 2022. Tahap demi tahap telah mereka lalui mulai dari rescue, karantina, pemeriksaan kesehatan, program sekolah hutan untuk mengembalikan insting alami, program pulau pra-pelepasliaran dengan tujuan melatih kemampuan bertahan hidup mereka dan akhirnya rilis. Hal ini memakan waktu yang tidak sebentar dan melibatkan kerja keras staf dari berbagai bidang ilmu dan keahlian yang saling bekerja sama untuk kesejahteraan hidup orangutan. Bahkan pemantauan terhadap orangutan terus dilakukan setelah dilepasliarkan untuk mencatat perilaku harian dan menjaga orangutan dari perburuan.

drh. Yudi yang dalam perjalanan kembali ke Berau setelah mengikuti monitoring pada minggu pertama setelah pelepasliaran harus putar balik haluan untuk kebali ke pos monitoring karena orangutan Hercules yang tiba-tiba sudah berada di pos mengancam staf yang ada. Hercules pun dibius kemudian dilepaskan jauh ke dalam hutan untuk mencegah agar tidak kembali ke pos pantau. 

Pengalaman luar biasa ketika diberi kesempatan untuk monitoring minggu kedua paska rilis. Hari pertama sudah dikejutkan orangutan Antak yang menyeberang sungai dan masuk ke dalam pos monitoring. Orangutan ex-rehab kadang memiliki kecenderungan mendekati manusia. Tim APE Guardian dengan berbagai cara mengalihkan perhatian Antak supaya mau naik ke atas perahu. Antak dipancing menggunakan buah, setelah Antak di perahu, tim menarik perahu menuju lokasi pelepasliarannya. Cara ini terlihat seperti wahana bermain untuk Antak. Tidak hanya sampai di situ, orangutan Hercules yang sudah dibawa jauh sebelumnya dan beberapa kali digiring oleh tim ke dalam hutan seolah memiliki peta diotaknya, ia kembali lagi ke pinggir sungai Menyuk dan terpantau selalu berjalan dipinggir sambil sesekali memantau kondisi air. Tentu saja ini membuat tim monitoring khawatir ditambah lagi kondisi air sungai yang surut karena tidak kunjung hujan. Pengambilan keputusan untuk orangutan yang menyeberang ke pos pantau maupun yang mendekati manusia harus ilakukan dengan berbagai pertimbangan, bahkan jalan terakhir yaitu pembiusan hanya dilakukan apabila orangutan mengejar atau mengancam keberadaan staf.

Mengamati orangutan paska pelepasliaran berbeda ketika mengamati orangutan di kandang maupun saat mengikuti sekolah hutan di BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance). Monitoring dilakukan mulai jam 7 pagi saat orangutan turun dari pohon tempat beristirahat hingga jam 5-6 sore saat orangutan akan membuat sarang untuk tidur. Segala aktivitas yang dilakukan orangutan sangat menarik, seperti Hercules yang tanpa sadar membuat jalan setapak karena selalu melewati jalan yang sama setiap hari dan kadang beraktivitas sambil membawa dan memakan buah hutan. Mengamati tanaman dan buah hutan yang dikonsumsi orangutan seperti Mungil yang memakan tanah dan selalu aktif bergerak dari satu pohon ke pohon lain dan pernah terlihat berjemur. Antak yang menyeberang sungai sambil mengangkat kedua tangannya, Hercules yang mengikuti Mungil bahkan sempat terlihat kontak fisik. Bahkan mengamati proses defakasi Mungil dan memeriksa fesenya menjadi hal yang sangat menarik. Selain itu dalam proses pencarian orangutan, kadang tim menemukan sisa-sisa buah bekas dimakan hewan dan bekas cakaran di batang pohon. Tim juga mencoba memakan buah hutan yang dimakan orangutan. Terkadang… tim pun kehilangan jejak orangutan saat melakukan pengamatan. (TER)