MARI MENGENAL DEBBIE

Saat ini, Debbie lebih dikenal dengan si nakal nan licik. Debbie adalah orangutan betina yang berada di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo, Kalimantan Timur. Pertengahan April 2015, Debbie dipindahkan dari Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS). Saat di KRUS, Debbie ditempatkan satu kandang dengan orangutan jantan dewasa lainnya yang bernama Ambon. Dalam kesehariannya, Debbie terlihat tertekan dengan kehadiran Ambon. Luka gigitan dan memar terlihat di tubuh Debbie. Sejak pindah ke COP Borneo, Debbie sudah berbeda kandang dengan Ambon.

Akhir-akhir ini sifat agresif Debbie muncul. Kandang karantina mungkin menjadi penghalang untuknya berekspresi. Saat animal keeper memberi makanan atau membersihkan kandang, mereka harus ekstra hati-hati. “Menjaga jarak aman itu harus, kalau tidak, Debbie akan menarik bagian tubuh atau pakaian kita.” kata Ubang. “Selang air entah sudah berapa kali diambil Debbie. Tenaganya kuat dan selalu memenangkan perebutan tarik menarik selang. Jangan biarkan apapun dalam jangkauan tangannya.”, tambah Ubang.

Debbie mungkin harus menghabiskan sisa hidupnya di kandang. Untuk itulah kami membuthkan bantuan anda semua untuk membantu kami merawatnya. Kirimkan bantuanmu ke email info@orangutanprotection.com Kami mengharapkan Debbie pun memiliki kesempatan keduanya untuk hidup lebih baik lagi.

KEJAHATAN YANG BRUTAL

We took these pictures 3 days ago, somewhere in Borneo after I got report about orangutan killing in this area. And yes, the workers confirm that they killed an orangutan already. Stay tune to get updates from us. Let see who will end up in the jail.

For those who still believe that palm oil plantation have nothing to do with deforestation and massive killing of orangutans, think again.

Kami memotretnya 3 hari yang lalu, di suatu tempat di Kalimantan, setelah mendapatkan laporan tentang pembunuhan orangutan di kawasan ini. Dan ya, para pekerja mengaku bahwa mereka telah membunuh satu. Tetap pantau terus, kita lihat siapa yang akan berakhir di penjara.

Bagi yang masih percaya bahwa perkebunan kelapa sawit tidak berkaitan dengan pembabatan hutan dan pembunuhan orangutan, pikirkan lagi.

DOWN SYNDROM PADA ORANGUTAN

BKSDA Kalimantan Timur bersama BOS Foundation menyelamatkan orangutan albino pada awal bulan Mei 2017 ini. Berita ini menjadi viral, dimana kondisi orangutan yang terlihat tanpa pigmen yang memberi warna pada kulit, rambut dan mata seperti pada manusia yang terkena penyakit albinisme.

Lima tahun yang lalu, tepatnya 19 September 2011 dari tiga orangutan yang diselamatkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) bersama Centre for orangutan Protection (COP) terdapat satu orangutan yang terlihat berbeda. Evakuasi dari daerah Muara Wahau, Kalimantan Timur ini diduga menderita Down Syndrome. Demikian kesimpulan sementara setelah foto orangutan tersebut ditunjukkan kepada ahli primata dari Perth Zoo.

Down Syndrome adalah kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Anak orangutan yang berusia kira-kira 3 tahun tersebut memiliki penampilan fisik yang mirip dengan penderita Down Syndrom, yakni bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Matanya sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds).

Orangutan Jimmy namanya, dengan ditemani handuk yang membalut tubuhnya. Menurut drh. Gunawan, “Jimmy menderita moon face, yaitu cacat mental yang mempengaruhi perkembangannya. Badannya seperti orangutan berusia 5 tahun, padahal umurnya diperkirakan 17-20 tahun. Usia dapat dilihat dari jumlah giginya yang 32 buah dan taringnya yang sudah panjang.”

Ternyata bukan hanya manusia, orangutan juga bisa menderita down syndrom. Wajar saja, kita memang memiliki DNA yang sama, sebanyak 97,3%.

MEMO NEEDS YOUR HELP

Memo was found on January 5, 2011 in a wooden cage. Memo also befriends with a long-tailed monkey. Every afternoon, the resident who illegally kept her took Memo to ride a motorcycle. Finally, in March 2011, Memo was rescued and taken to the Mulawarman University Botanical Garden Samarinda, East Kalimantan to be treated with assistance from Center for Orangutan Protection.

Like other orangutans entering the KRUS, COP conducted a health check. At that time, the results of laboratory tests stated that Memo had hepatitis B. We made an enclosure, a cage without a barrier. The hard work of orangufriends (orangutan support groups) and funding from Orangutan Appeal finally succeeded to give Memo freedom although in an enclosure version.

Until finally the COP had to move to Berau, to the north of East Kalimantan. Memo was forced to enter the quarantine cage. Because until now, COP Borneo has not yet built an enclosure for orangutans that are not likely to be released back into the forest. COP Borneo is running with funding support from With Compassion and Soul. You can also help Memo. Contact our email, info@orangutanprotection.com for more information.

MEMO BUTUH BANTUANMU
Memo adalah orangutan yang sangat aktif. Ada kebiasaannya yang cukup unik, yaitu menepuk tangan. Memo adalah orangutan betina berusia 18 tahun. Masuk Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo yang berada di Labanan pada 11 April 2015. Di COP Borneo, Memo hampir tidak pernah berjumpa dengan manusia, selain animal keeper yang bertugas membersihkan kandang dan memberikan makanannya. Sangat disayangkan… Memo adalah orangutan yang akan menghabiskan hidupnya dalam kandang karantina.

Bertemu Memo pada 5 Januari 2011 dalam kandang kayu. Memo juga berteman dengan seekor monyet ekor panjang. Setiap sore, pemeliharanya mengajaknya naik sepeda motor. Akhirnya, Maret 2011, Memo diselamatkan dan dibawa ke Kebun Raya Universitas Mulawarman Samarinda, Kalimantan Timur untuk dirawat dengan bantuan dari Centre for Orangutan Protection.

Seperti orangutan lainnya yang masuk ke KRUS, COP melakukan pemeriksaan kesehatan. Pada saat itu, hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan, Memo menderita hepatitis B. Kami pun membuatkannya enclosure, sebuah kandang tanpa penghalang. Kerja keras para orangufriends (kelompok pendukung orangutan) dan bantuan dana dari Orangutan Appeal akhirnya Memo berhasil merasakan kebebasan versi enclosure.

Sampai akhirnya COP harus pindah ke Berau, ke utaranya Kalimantan Timur. Memo pun terpaksa masuk kandang karantina. Karena hingga saat ini, COP Borneo belum membangun enclosure untuk orangutan-orangutan yang tidak mungkin dilepasliarkan kembali ke hutan. COP Borneo berjalan dengan dukungan pendanaan dari With Compassion and Soul. Kamu pun bisa membantu Memo. Hubungi email kami, info@orangutanprotection.com untuk informasi lebih lanjut.