ETCHING, SHARE and FUN

Monthly class for January 2016 is a little different than usual because there was a direct practice. The participants practiced the technique which is very rarely used, whereas this technique was highly influential in the development of propaganda or mold reduplication technique. This technique is known as “etching technique”. The monthly class was held in cooperation with a group which is called Club Etsa.

Etching is basically like making prints in a metal plate and it can be used for recuring printing. Metal plate is covered with permanent ink and then painted with scratch-resistant tools such as needles/ spikes.

Excitement occured when the plate was being soaked in  HCL. Everyone was free to pick color and print it repeatedly. Historically, this technique was used for spreading propaganda in order to influence a situation or policy. Hopefully, this technique could be used to say “save orangutans”. (DAN)

Kelas bulanan untuk bulan Januari 2016 ini sedikit berbeda dari biasanya karena ada praktek langsung. Praktek langsung bagaimana teknik cetak yang sudah sangat jarang digunakan padahal teknik ini sangat berpengaruh dalam perkembangan propaganda atau teknik penggandaan cetakan. Teknik ini dikenal dengan nama “etching” dan kelas bulanan Yogyakarta bekerjasama dengan sebuah kelompok kerja seni yg sering disebut Club Etsa Yogyakarta.

Etsa pada dasarnya seperti membuat cetakan dalam lempeng logam dan nantinya bisa digunakan berulang-ulang pencetakannya. Lempengan logam yang ditutupi dengan tinta permanen kemudian dilukis dengan alat gores seperti jarum/paku yang disebut dengan etching.

Keseruan terjadi ketika lempengan sudah diproses dalam rendaman kimia HCL dan siap sebagai bahan utama cetakan. Semua orang bebas menggunakan warna dan mencetaknya berulang-ulang. Dalam sejarahnya cetakan etsa yang penuh dengan propaganda dan disebar sebanyak mungkin digunakan untuk mempengaruhi suatu keadaan atau kebijakan. Semoga teknik ini bisa digunakan untuk mengatakan “selamatkan orangutan”.

ORANGUTAN, BLIND IN ONE EYE AND MISSING TEETH, CAPTURED BY MUARA SAMU RESIDENTS

Centre for Orangutan Protection was contacted by the Conservation and Natural Resources Authority of East Kalimantan about the discovery of an adult male orangutan who had bound by his hands and feet for 19 hours. The orangutan did not want to eat or drink, and appeared stressed and weak on the 27th of January 2016, in Bui village, Muara Samu, East Kalimantan. That afternoon, the Authority requested the help of COP to evacuate the orangutan.

The Head of Section III of the East Kalimantan Authority, Mrs Suriawati Halim stated, “The orangutan has been successfully moved from the site of capture. The move was carried out due to safety concerns and the large number of people wishing to see the animal. At this time the orangutan is being held at the Penajam post.”

“Based on the experience of COP since 2007, almost 100% of orangutans captured by humans are found to have serious injuries on their heads and hands.” Said Ramadhani, COP executive director. “Almost all of this is due to them being seen as pests in palm oil plantations in Kalimantan. If there are reports of conflict between humans and orangutans, our rescue team must act quickly to save them. Standing between them and the plantation workers and hunters.” He added.

The following day, January 28th 2016. Upon first glimpse of the adult male, the COP Team found bruising on the orangutan’s body and swelling on his legs and arms from his restraints. His lower canine tooth was missing and the top tooth cracked. As his face, eyes and lips were free from inflammation, the damage to the teeth was suspected to be from old injuries. However, the examination was cut short as much was still unclear, and it was instead resumed the following day.
On the 29th of January, the orangutan still in the enclosure at the Conservation and Natural Resources Authority Penajam post, Veterinarian Ade Fitria from Centre for Orangutan Protection delivered the results of his examination.

Physical Examination:
Skin: normal, no signs of dehydration; head and back free of lesions. Lesions found on right upper arm and left wrist, as well as chest area. Two outer toes on right foot exhibit swelling containing pus and blood.
Eyes: left eye not functioning and no longer in use. Right eye normal. Conjunctivitis in right and left eyes, appearing pale pink, palpebral reflex still present.
Internal Organ Examination:
Gastro-intestinal system
Teeth: upper left and right canine teeth cracked (old damage), lower left and right canine cracked (recent but no inflammation), one lower incisor missing, minor redness on gums (inflammation) but already in the process of healing. Overall no new inflammation of the gum area.
Intestinal
Peristaltic movement weak due to lack of previous food intake.
Extremities
Arms/hands: swelling on left and right hands due to restraints, no broken bones found.
Legs/feet: swelling in left and right feet due to restraints, no broken bones found.

For information and interview please contact:

Ramadhani
Executive Director, Centre for Orangutan Protection
Phone : 081349271904
email : dhani@cop.or.id

Dr. Ade Fitria
Veterinarian, Centre for Orangutan Protection
Phone : 082152828404
e-mail : ade@cop.or.id

ORANGUTAN DENGAN SEBELAH MATA BUTA DAN GIGI RONTOK TERTANGKAP WARGA MUARA SAMU

PASER – BKSDA Kalimantan Timur menghubungi Centre for Orangutan Protection (COP) tentang ditemukannya satu orangutan jantan dewasa dalam kondisi terikat kaki dan tangannya selama 19 jam. Orangutan tersebut tidak mau makan dan minum, terlihat stres dan lemas pada 27 Januari 2016 di desa Bui, Muara Samu, Kalimantan Timur. Sore itu, BKSDA Kaltim meminta bantuan COP untuk mengevakuasi orangutan tersebut.

Kepala Seksi III BKSDA Kalimantan Timur, Ibu Suriawati Halim, S.Hut., M.P. menyampaikan, “Orangutan sudah berhasil dipindahkan dari lokasi tertangkap. Pemindahan ini dilakukan karena kawatir keamanan dan terlalu ramainya orang yang ingin melihat. Saat ini orangutan berada di Pos Penajam.”

“Berdasarkan pengalaman COP sejak tahun 2007, hampir 100% orangutan yang ditangkap manusia mengalami luka serius di kepala dan tangan.”, ujar Ramadhani, direktur pelaksana COP. “Hampir seluruhnya karena dianggap hama perkebunan kelapa sawit di Kalimantan. Jika ada laporan konflik antara manusia dan orangutan, tim penyelamat kami harus bergerak cepat untuk menyelamatkannya. Beradu cepat dengan para pekerja perkebunan dan pemburu.”, tambahnya.

Keesokan harinya, 28 Januari 2016. Saat pertama kali Tim Centre for Orangutan Protection melihat pada orangutan jantan dewasa ini terdapat memar di bagian tubuh dan bengkak di bagian kaki maupun tangan karena ikatan tali. Gigi taring bawah hilang dan gigi taring atas patah. Tidak terlihat peradangan baru di area muka, mata maupun bibir, diduga luka lama. Namun pemeriksaan terpaksa diberhentikan karena penerangan yang sangat kurang, dan akan dilanjutkan hari berikutnya.

Masih di kandang BKSDA Kalimantan Timur pos Penajam, drh. Ade Fitria dari Centre for Orangutan Protection pada 29 Januari 2016 menyampaikan hasil pemeriksaan.

Pemeriksaan Fisik:

Rambut : bersih, kusam dan lebat, tidak ada kerontokan.

Kulit : normal tidak mengalami dehidrasi; bagian kepala, punggung tidak terdapat lesi, pada tangan atas kanan dan kiri bagian pergelangan tangan terdapat lesi; pada bagian dada terdapat lesi; pada bagian kaki kanan jari kelingking dan jari manis kaki mengalami pembengkakkan berisi nanah dan darah.

Limphoglandula : tidak ditemukan adanya pembengkakkan pada lgl. superficial.

Mata : bagian kiri sudah tidak dalam kondisi normal dan sudah tidak adapat digunakan untuk melihat, mata sebelah kanan masih dalam keadaan normal. Conjunctiva kanan dan kiri terlihat pink pucat dan masih memiliki reflek pelpebra.

Telinga : tidak ditemukan adanya perubahan.

Pemeriksaan Sistem Organ:

Sistem Gastro Intestinal

Mulut : tidak ditemukan adanya perubahan

Gigi : gigi caninus bagian atas kanan dan kiri patah (sudah lama), gigi caninus bagian bawah kanan dan kiri patah (masih baru tapi sudah tidak ada proses peradangan), dan satu gigi incisor bagian bawah tercabut sedikit ditemukan kemerahan pada gusi (proses peradangan) namun sudah dalam proses kesembuhan. Secara umum tidak ada peradangan baru pada daerah gusi.

Intestinal : gerak peristaltik lemah (karena tidak adanya asupan makanan sebelumnya)

Rektum : bersih tidak ada perubahan

Sistem Kardiopulmoner

Hidung : tidak ada luka maupun exsudat

Pulmo : terdengar vesicular dan tidak ada perubahan

Jantung : auskultasi daerah cardia terdengar sistol diastole yang dapat dibedakan dan ritmis

Sistem Urogenital

Genitalia eksternal : tidak ada kelukaan

Sistem Extremitas

Tangan : tangan kanan dan kiri mengalami bengkak karena ikatan tali, tidak ditemukan adanya tulang patah

Kaki : kaki kiri dan kanan mengalami bengkak karena ikatan tali, tidak ditemukan tulang patah

Informasi dan wawancara harap menghubungi:

Ramadhani

Direktur Pelaksana Centre for Orangutan Protection

Phone : 081349271904

email : dhani@cop.or.id

drh. Ade Fitria

Dokter hewan Centre for Orangutan Protection

Phone : 082152828404

e-mail : ade@cop.or.id

INTENSIVE CARE BIG MALE ORANGUTAN

COP veterinarian, Ade Fitria and her team conducted a thorough and detailed examination to the body of orangutan that was seriously injured because of physical abuse . Based on COP’s experience in evacuating orangutans captured by the workers of palm oil plantations since 2007 , almost 100 % of them suffered from injuries on their head and hands. The orangutan seems to have been beaten on the head and all over his body. Its hands and feet are swollen because of being tied. Its teeth fell out and its left eye is blind . That’s why we built a team that is able to react quickly in responding the incoming reports . We call this team APE CRUSADER . Thanks to Orangutan Outreach, which has funded the team’s operational costs.

ORANGUTAN BESAR DIRAWAT INSENTIF

Dokter hewan COP Ade Fitria dan timnya melakukan pemeriksaan menyeluruh dan rinci pada tubuh orangutan yang terluka parah karena siksaan fisik. Berdasarkan pengalaman COP mengevakuasi ORANGUTAN yang tertangkap para pekerja sawit sejak 2007, hampir 100% mengalami luka di kepala dan tangan. ORANGUTAN ini menunjukkan tanda – tanda telah dipukuli di kepala dan sekujur tubuhnya. Tangan dan kakinya bengkak karena diikat. Giginya rontok dan mata sebelah kiri buta. Itulah sebabnya kami membentuk tim yang mampu bergerak cepat merespon laporan yang masuk. Kami menyebut tim ini APE CRUSADER. Terima kasih pada ORANGUTAN OUTREACH yang telah mendanai biaya operasional tim ini.

#‎forestwars #‎conflictpalmoil #‎latepost #‎apecrusader

COP WILL GROW STRONGER, NOW!

We are aware that the challenge to nature conservation is becoming even greater. Crimes against orangutans and their habitat continue to increase. Inevitably, we must adapt to deal with it. If not, or too late, then Orangutans’ lives are at stake. COP introduces Ramadhani as the new Managing Director. This former captain of APE Crusader has a long track-record in the field, since he joined COP as a photographer in 2010. He was the man behind the immurements of orangutan-killers and he also has successfully built the 5th orangutan rescue center in Indonesia. Ramadhani will run the COP’s daily operation. And where is then Ken Hardi going? He stays as the Principal. Now, he will focus his intention in raising public support and developing the organization, including supervising the Animals.ID and Geopix Asia.

We believe, COP will grow stronger, counterbalancing the power of the forest criminals. Who fears?

 

Kami menyadari bahwa tantangan kerja konservasi alam semakin besar di tahun – tahun mendatang. Kejahatan terhadap ORANGUTAN dam habitatnya semakin canggih saja. Mau tidak mau, kami harus beradaptasi untuk menghadapinya. Jika tidak, atau terlambat, maka nyawa ORANGUTAN adalah taruhannya. Bersama ini COP memperkenalkan Ramadhani sebagai Direktur Pelaksana. Mantan Kapten APE Crusader ini memiliki jam terbang yang lumayan panjang di lapangan, dimulai sebagai fotografer di tahun 2010. Dia adalah pria di balik penjeblosan para pembunuh ORANGUTAN ke penjara dan dia berhasil membangun pusat penyelamatan ORANGUTAN yang ke 5 di Indonesia. Ramdhani akan menjalankan operasional COP sehari – hari. Lalu ke manakah Ken Hardi? Dia tetap sebagai Prinsipal. Kini, dia akan memfokuskan diri ke pengerahan dukungan publik dan pengembangan organisasi, termasuk mensupervisi anak organisasi seperti Animals.ID dan Geopix Asia.
Kami percaya, grup konservasi COP akan tumbuh semakin kuat, mengimbangi kekuatan para penjahat hutan. Siapa takut?

FUN RAFTING FOR ORANGUTAN

Suka berpetualang? Suka Tantangan? Mau Liburan? Peduli Orangutan? Ingin bantu COP?

Yup, ikutan Fun Rafting For Orangutan aja!

Dayung-dayung, berolahraga di sungai Elo, Magelang, Jawa Tengah. Bersiap untuk berbasah ria ya. Kita kumpul di Resto Kampung Ulu. Jangan lupa menghubungi Zakia lewat info@orangutanprotection.com atau di 089617027148 (WA) bisa juga ke 081221810049 (SMS).

Yang penting hati senang sambil berdonasi untuk Pusat Reintroduksi Orangutan COP Labanan di Kalimantan Timur.

Orangufriends Yogyakarta memang punya banyak cara mengajak orang untuk semakin peduli orangutan.

‪#‎FunRaftingForOrangutan‬
‪#‎Orangufriendevents‬

COP’S POLICY TO THE PALM OIL

Orangutan is a protected wildlife species which is protected by law in Indonesia. Thus, any crime against orangutan is illegal.The perpetrators should be punished, including the palm oil companies. COP makes a huge effort to help the Indonesian Government in assuring the perpetrators to be punished in accordance with the law.

COP appreciates what the palm oil companies, government, and NGOs have done for sustainable palm oil business and keep monitoring the implementation so as not to harm the orangutans.

KEBIJAKAN COP PADA KELAPA SAWIT

Orangutan adalah spesies satwa liar yang dilindungi hukum di Indonesia. Dengan demikian, setiap kejahatan terhadap orangutan adalah tindakan melawan hukum. Para pelaku kejahatan terhadap orangutan harus dihukum, termasuk perusahaan – perusahaan kelapa sawit. COP bekerja membantu Pemerintah Repubik Indonesia untuk memastikan para pelaku kejahatan tersebut mendapatkan hukuman sesuai dengan Undang – Undang.

COP mengapresiasi upaya para pelaku bisnis kelapa sawit, pemerintah dan organisasi – organisasi kemasyarakatan untuk kelapa sawit yang berkelanjutan dan memantau implementasinya agar tidak merugikan orangutan.

LOWONGAN JURU MASAK

Kamu suka masak? Kamu suka petualangan? Pusat Reintroduksi Orangutan COP BORNEO yang berada di Kawasan Hutan Penelitian Labanan, Kalimantan Timur membutuhkan seorang JURU MASAK. Diutamakan lulusan SMK Tata Boga. Centre for Orangutan Protection (COP) adalah lingkungan kerja yang memandang kesetaraan gender dan tidak memandang status perkawinan, ras dan agama. Kirimkan surat lamaran anda dan alamat Facebook ke dhani@cop.or.id

2016, WAY BACK HOME

2015 was remarkable! A great step was taken to bring the orangutans back to their natural habitat. It began as we were moving the orangutan from Samarinda to the new Rescue Center in Labanan Forest followed by preparation of pre-release process. An island is purchased for the pre-release with fund raised from the Sound for Orangutan concerts in Yogyakarta and Samarinda. The orangutans might not have to wait for a long time to be released back into their natural habitat this year.

This Rescue Center would also be a new hope for the orangutans which previously lived under a sorely bad upkeep.  Unyil is of such examples. He was raised in a small wooden crate placed in a toilet. As you read this report, Unyil is learning to be a wild orangutan in Forest School. He is learning to climb, to make a nest and to find natural foods.

This case is one of our reasons why we urgently have to fight against illegal wildlife trades. The trades could be stopped only when the law is strictly enforced. Prison is the best classroom for the traders to learn understanding the reason why the wildlife should not be traded. News in the media about law enforcement is the best way in educating the animal lovers that they should not think little of wildlife. This is why we work really hard together with the law enforcement officer pursuing the wildlife trader with the intention that the illegal upkeeps of orangutan could be stopped.

2015 was burning.  The El Nino phenomenon, land burning, and land-speculators’ effrontery has caused an outstanding breakdown. We have made a very well preparation. SOP was established and equipment was prepared. Simulations took place in order to anticipate the forest fire. Together with the local partners, we made a made a huge effort to stop the fire and ultimately securing the orangutans in Sungan Wain Protection Forest and Tanjung Puting National Park. The fire has narrowed the habitats of orangutans. Now the orangutans have to compete harder for living space and food. Conflict with the society becomes unavoidable. It means that our rescue team has to work even harder and the rescue center must always be ready to have new refugees.

It seems so difficult, but we are very optimistic that we will make it through, because we have you, the proud and militant Orangufriends. In addition, it is such a fortune for us to have new staffs that are young and highly dedicated. No question, because they are alumni from COP School. Bintang Dian Pertiwi will serve as the legal staff. Her job is to fight against wildlife crime. Ade Fitria Alfiani, this vet will join the APE Crusader Team. And the last is our new communication assistant, Zakia Kusumaningtyas who speaks English and German well. She will try and make effort to raise public support.

Meanwhile, we are continuously improving our Orangutan Rescue Center. Bawan Kecil Island is purchased and now it is a house for 7 orangutans before being released. We are currently working hard to raise fund for purchasing Bawan Besar Island and its surrounding land for pre-release program. There are a lot of things to do and having money is not an adequate solution. We have to run socialization and cooperate with the local society to ensure that all goes well. And once again, thank you for Orangufriends who had tirelessly raised fund so that the island and the boat is finally purchased.

There is also a sad story at the beginning of 2016. After almost a year working together with APE DEFENDER to run the Borneo Orangutan Reintroduction Center, the APE Crusader have to back to the road: to fight against the forest criminals. They will do investigations, documentations, and publish their findings to prompt the law enforcement. We are intended that this year would be a hard year for the forest and wildlife criminals. We have a readily well-done plan for it. All we need now is your support: the proud Orangufriends.

2016, JALAN PULANG KE RUMAH

2015 adalah tahun yang hebat. Kita telah mengambil langkah – langkah besar untuk membawa orangutan pulang ke habitatnya alaminya. Dimulai dari memindahkan orangutan dari kebun binatang Samarinda ke Pusat Penyelamatan yang baru di hutan penelitian Labanan hingga mempersiapkan pelepasliaran. Pulau untuk Pra Pelepasliaran sudah berhadil dibeli dengan dana yang dihimpun dari konser musik Sound for Orangutan di Yogya dan Samarinda. Pelepasliaran ke habitat alaminya di sebuah Cagar Alam hanyalah soal waktu belaka di tahun 2016.

Pusat Penyelamatan ini juga menjadi harapan baru bagi orangutan yang sebelumnya menjalani hari – hari yang buruk di peliharaan ilegal. Unyil adalah salah satu contohnya. Selama kurang lebih  5 tahunan, dia tinggal di dalam peti kayu di dalam sebuah toilet. Saat anda membaca laporan ini, Unyil sedang belajar menjadi orangutan liar di sekolah hutan. Dia belajar memanjat pohon, membuat sarang dan menemukan pakan alami.

Bagi kami, kasus Unyil adalah alasan kenapa kami harus memerangi perdagangan satwa liar. Hanya dengan penegakan hukum yang keras, perdagangan dapat dihentikan. Penjara adalah ruang kelas terbaik bagi para pedagang untuk belajar memahami kenapa satwa liar tidak boleh diperdagangkan. Berita di media mengenai penegakan hukum adalah bentuk sosialisasi terbaik untuk masyarakat pecinta satwa agar tidak main – main dengan satwa liar. Karena itulah kami   bekerja keras bersama aparat penegak hukum memburu para pedagang satwa liar agar trend pemeliharaan orangutan secara illegal dapat segera berakhir. 2 orang berhasil dipenjara dan 4 bayi orangutan telah berhasil diselamatkan selama tahun 2015.

2015 juga tahun yang sangat panas. Gejala alam El Nino, budaya bakar untuk membuka lahan perladangan dan ulah spekulan tanah adalah kombinasi yang daya rusaknya luar biasa. Kami telah mempersiapkan diri dengan baik. SOP disusun dan peralatan disiapkan. Simulasi dilakukan untuk mengantispasi kebakaran. Kami berhasil melaluinya dengan baik saat kebakaran hebat itu terjadi. Kami juga tidak tinggal diam melihat api mengancam orangutan di Hutan LIndung Sungai Wain dan Taman Nasional Tanjung Puting. Bersama dengan mitra setempat, kami bekerja bahu membahu memadamkan api. Kebakaran juga menyebabkan semakin menyempitnya habitat. Orangutan harus bersaing lebih keras untuk memperebutkan ruang hidup dan pakan. Konflik dengan masyarakat menjadi tak terhindarkan. Ini artinya tim penyelamat kami harus bekerja keras lagi dan pusat penyelematan harus selalu dalam keaadaan siap untuk menerima pengungsi baru.

Meskipun nampak berat, kami sangat optimis untuk dapat melaluinya, karena kami punya anda, para Orangufriends yang bangga dan militan. Selain itu, kita juga sangat beruntung mendapatkan staff – staf baru yang muda dan berdedikasi tinggi. Wajar mereka adalah para alumni COP School. Mereka adalah Bintang Dian Pertiwi. Dia akan bertugas sebagai staff legal. Tugasnya memerangi kejahatan terhadap satwa liar. Selanjutnya ada Ade Fitria Yuliani. Dokter hewan ini akan bertugas sebagai kru APE Crusader dan yang terakhir adalah Zakia. Gadis yang mahir berbahasa Ingrris dan Jerman ini siap bekrja sebagai staff komunikasi, dengan tugas mengerahkan dukungan massa.

Sementara itu di Pusat Reintroduksi Orangutan, kami terus berbenah. Pulau Bawan Kecil kini telah  dibeli dan ditinggali oleh 7 orangutan. Ini adalah perhentian terkahir sebelum mereka dilepasliarkan pada semester awal 2016. Kami sedang mengupayakan pembelian Pula Bawan Besar dan tanah – tanah disekitarnya untuk mendukung program pra pelepasliaran. Ada banyak hal yang harus dibereskan dalam hal ini. Punya uang saja tidak cukup. Kami harus melakukan sosialisasi dan bekerja dengan masyarakat setempat untuk memastikan semua berjalan sesuai dengan rencana. Sekali lagi, terima kasih untuk Orangufriends yang bekerja tanpa lelah mengumpulkan dana pemebelian pulau dan perahu beserta mesinnya.

Ada juga cerita sedih di awal tahun 2016. Setelah hampir setahun berbaur dengan tim APE Defender menjalankan Pusat Reintroduksi Orangutan Borneo, kini tim APE Crusader harus kembali ke jalanan: memerangi para penjahat kehutanan. Mereka akan menyelidiki, mendokumentasikan dan mempublikasikan temuan mereka agar penegak hukum bergerak. Kami bertekad agar tahun 2016 menjadi tahun yang berat bagi para pembabat hutan, pemburu dan pedagang satwa. Dan kami sudah punya rencana kerja yang matang untuk itu. Saat ini yang kami butuhkan hanya dukungan anda semua: Orangufriends yang bangga.

NEST IN PEACE JABRICK

JABRICK has had her ups & downs since coming to COP Borneo. If you remember in Feb 2015 JABRICK who was only 1yr old was stolen from her Mum at the time her Mum was killed. JABRICK was very skinny & weak and the ‘owners’ realised they did not know how to care for such a young baby and so surrendered her. JABRICK was severely malnourished as she had only been given condensed milk and because an orangutan baby in the wild can suckle from their Mother for up to 8yrs was also denied many antibodies normally absorbed from Mum’s colostrum.

When JABRICK first arrived it took many months to bring her health up but the COP Team did increase her health and although only a baby she was one of the top climbers in forest school and often would not come down at the end of the day. Then JABRICK, whose defenses (because of the reasons mentioned above) were low caught Malaria and got really sick. She was removed from the cages and put in the temporary clinic and was under the constant care of the COP Borneo vet. She was sick for quite a few weeks but then slowly recovered and went back to Forest School where she was the orangutan who would climb the highest and not want to come down each day, she was top of her class even though she was the baby of the group.

Two weeks ago she caught influenza so had to again be removed from the cages and was taken to the temporary clinic whilst I was there. She was kept warm and Dr Iman tried everything to get her to eat as she had lost her appetite. When she wouldn’t eat enough Jabrick was given intravenous food and was monitored 24hrs a day. A a big orange teddy bear was bought for her so she could cling to it in her little basket in the clinic while she slept. Her condition continued to weaken as she would not eat or drink and finding veins to intravenously feed became increasingly difficult. Sadly on 15th January she passed away. We are all absolutely devastated as she was one of our little champions. RIP Jabrick, we will never forget you.

For those who had adopted Jabrick please see the email we have sent you and reply to that email as we will not be replying to any comments in the comments box below as they are not able to be tracked. Thank you The devastated COP Team.

Perang Hutan Dimulai

Hari – hari pertama perjalanan kami sangat menyedihkan. Kami tiba di Muara Wahau, menyaksikan bagaimana orangutan tergusur oleh pembukaan perkebunan kelapa sawit.

Kami menemukan 9 orangutan, 2 diantaranya bayi, terjebak dalam hutan – hutan yang terfrgamentasi. Kami menemukan banyak sekali pohon sawit muda yang tercabut, dimakan tunasnya oleh orangutan. Ini hanya soal waktu bagaimana mereka mati kelaparan atau dibunuh diam – diam.

Ironisnya, mereka semua memiliki dokumen ilmiah dan dokumen legal yang mengkonfirmasikan bahwa tidak ada yang salah dengan perkebunan mereka. Ironisnya, mereka semua memiliki program konservasi alam bersama dengan pemerintah, universitas dan LSM. Ini semakin menguatkan tekad kami untuk mempermalukan mereka semua guna menghentikan semua kejahatan yang terorganisir ini.
 

Perang hutan telah dimulai. APE Crusader telah kembali. Pantau terus berita terbaru dari kami. (BAK)