ORANGUTAN DI REBELFEST YOGYA, TERIMA KASIH

Cinta tidak hanya milik kita, tapi juga orangutan dimanapun mereka berada. Saat ini ada 16 orangutan yang masih terjebak jauh dari hutan, menunggu kepedulian kita untuk menyuarakan satu hal, pulanglah ke Indonesia.
Teriakan itu bergema di Rebelfest 2025. Stadion Maguwoharjo, Yogyakarta, dipenuhi lebih dari 15 ribu penonton yang larut dalam dentuman musik dan semangat perlawanan saat Rebellion Rose merayakan 17 tahun perjalanan mereka. Festival ini juga dimeriahkan oleh deretan band besar yang sudah tidak asing lagi di telinga pencinta musik, seperti Superman is Dead, FSTVLST, Romi and The Jahats, Havinhell, The Jeblogs, dan masih banyak lagi. Di tengah energi yang membara, COP hadir dengan misi yang sama kuatnya, “Send Back Home Orangutan!”. Bersama Orangufriends, kami mengajak pengunjung untuk tidak hanya menikmati musik, tetapi juga ikut peduli. Melalui petisi, suara mereka diarahkan untuk mendesak pemerintah India segera memulangkan orangutan ke habitat aslinya, hutan Indonesia.
Tidak berhenti di situ, COP juga membuka stand merchandise, membagikan stiker gratis, dan bahkan turun langsung ke gelombang penonton. Dengan kostum orangutan, kami ikut meramaikan suasana sekaligus menyuarakan desakan pemulangan orangutan dari India. Kehadiran maskot oranye di tengah ribuan pengunjung berkaos hitam sontak jadi sorotan. Kapan lagi ada “orangutan” di tengah konser punk? Sambil mengikuti irama musik, papan bertuliskan “Send Back Home Orangutan” tersorot dan terbaca jelas oleh ribuan pasang mata.
Kepedulian Rebellion Rose terhadap orangutan juga bukan hal baru. Pada tahun 2018, melalui konser amal Sound for Orangutan (SFO), hasil penjualan tiket berhasil diwujudkan menjadi perahu ketinting untuk pulau orangutan COP di Kalimantan Timur. Kemudian di tahun 2024, melalui konser SFO berikutnya, dukungan itu kembali hadir dalam bentuk kandang rehabilitasi orangutan di Sumatera Utara. Dari panggung musik hingga hutan, dukungan ini nyata dan terus menyala.
Karena pada akhirnya, hanya cinta yang bisa tumbuh, dan cinta itulah yang akan membawa orangutan kembali pulang ke rumah sejatinya, hutan Indonesia. (DIM)

PAGARI ADALAH PENJAGA HUTAN DAN HARIMAU SUMATRA

Global Tiger Day 2025 membawa semangat yang mengingatkan kita bahwa Harimau Sumatera sedang berada di ujung tanduk. Melalui pameran foto, diskusi publik, bedah buku, scrrening film, hingga aktivitas interaktif, acara ini bukan sekedar perayaan, tetapi sebuah panggilan darurat agar kita bersatu menyelamatkan satwa ikonik Nusantara ini.

Pameran foto PAGARI (Patroli Anak Nagari) menjadi saksi bisu betapa beratnya perjuangan menjaga hutan. Setiap gambar bukan hanya indah, tapi juga menyimpan cerita akan langkah kaki yang menyusuri hutan berhari-hari, kamera jebak yang menangkap sekilas bayangan harimau, hingga interaksi hangat dengan masyarakat lokal untuk mencegah konflik manusia dan satwa. Foto-foto ini menggugah kesadaran bahwa perjuangan konservasi adalah perjuangan mempertahankan masa depan.

Dikusi publik bersama anggota PAGARI dan BKSDA Sumatera Barat membuka mata banyak orang, pengalaman mereka menghadapi medan berat, bernegosiasi dengan warga demi titik temu, hingga merasakan getirnya keterbatasan sumber daya. “Kami hanya bagian kecil dari perjuangan besar ini. Harimau tidak akan selamat tanpa keterlibatan semua pihak”, ungkap Bu Erlinda dari BKSDA Sumbar. Kata-kata ini menjadi pengingat bahwa harimau tidak bisa berjuang sendiri, mari bersama menyuarakan suara mereka.

Pemutaran film dokumenter juga mengajak kita masuk ke dalam hutan, menembus pepohonan lebat, melewati jalan setapak yang berbahaya, hingga melihat jejak harimau yang masih tersisa. Beberapa pengunjung tak bisa menyembunyikan rasa haru dan bangga karena harimau masih ada, sekaligus sedih karena ancamannya semakin nyata. Anak-anak pun ikut berpartisipasi lewat games dan art therapy menunjukkan bahwa kepedulian bisa tumbuh sejak dini. “Inilah ruang harapan, dimana Harimau Sumatra adalah simbol kekuatan alam sekaligus penentu keseimbangan ekosistem hutan tropis. Jika masyarakat adat, pemerintah, akademisi, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan setiap individu bersatu, harimau masih punya kesempatan untuk terus berlari bebas, bukan tinggal cerita”. (Putra_COP School 15)

ORANGUTAN IKUT LARI DI BERAU

Tanggal 24 Agustus 2025 lalu, halaman Kantor Bupati Berau dipenuhi semangat peserta Bupati Berau Independence Run 2025. Dari sekian banyak pelari, ada satu yang paling mencuri perhatian, ada “orangutan” di tengah keramaian! Tentu saja bukan sungguhan, melainkan Rara, babysitter dari BORA, yang memutuskan ikut berlari dengan kostum orangutan. Bersama Rara, ada juga Cici, Widi, Indah, dan Dea yang ikut meramaikan acara ini. Meski sehari-hari sibuk merawat orangutan di BORA, mereka tetap meluangkan waktu untuk menyuarakan kepedulian terhadap orangutan di sela-sela aktivitas mereka.
“Karena acaranya berdekatan dengan Hari Orangutan Sedunia dan masih dalam rangka Bulan Orangufriends. Aku rasa ini momen bagus buat mengenalkan orangutan dengan cara yang seru dan berkesan,” ujar Rara. Setiap tanggal 19 Agustus, dunia memang memperingati Hari Orangutan Sedunia sebagai momentum untuk mengingatkan pentingnya pelestarian orangutan. Biasanya kegiatan dilakukan dalam bentuk kampanye, lomba, atau edukasi singkat. Namun di tahun 2025 ini, COP memilih langkah berbeda. Perayaan tidak hanya berlangsung sehari di satu lokasi, melainkan dikembangkan menjadi “Bulan Edukasi Orangutan”, sebuah gerakan serentak yang menggerakkan relawan di berbagai daerah di Indonesia dengan semangat yang sama.
Reaksi penonton pun beragam. “Ada yang kaget, ada yang nyeletuk ini monyet atau orangutan. Tapi lama-lama mereka heboh banget. Banyak yang minta foto, ada yang sengaja mendekat buat kasih semangat. Rasanya hangat banget, kayak punya teman baru di sepanjang jalan,” kenang Rara sambil tersenyum.
Soal larinya, Rara mengaku awalnya baik-baik saja. “Tapi mulai kilometer dua, mulai terasa panas dan engap. Aku beberapa kali buka kepala kostum buat bernapas, terus lanjut dengan jalan cepat. Untungnya teman-teman pembawa poster juga aktif banget, mereka bentang poster di keramaian atau spot fotografer. Pas melewati Car Free Day, anak-anak makin antusias, minta high five dan rebutan stiker orangutan. Itu seru banget!” tambahnya sambil tertawa kecil.
“Yang jelas, ini pengalaman baru yang seru banget. Aku senang lihat banyak orang tua dan anak-anak berebut stiker, terus mau foto bareng orangutan. Buatku, lari pakai kostum orangutan itu tantangan sekaligus cara fun untuk bikin orang peduli. Rasanya capek, panas, tapi bahagia. Dan aku jadi makin termotivasi buat latihan lebih giat lagi, siapa tahu lain kali bisa lari lebih jauh dengan kostum ini!” tutup Rara penuh semangat. (DIM)

RAYAKAN HARI ORANGUTAN DENGAN MUSIK, SEPEDA, DAN AKSI PEDULI ALAM

Peringatan Hari Orangutan Sedunia atau World Orangutan Day tahun ini, COP merayakannya bersama warga Jakarta dalam acara ‘Day for You’ di Taman Menteng pada Minggu, 25 Agustus 2025. Acara ini diinisiasi oleh Satya Bumi dengan dukungan Komunitas Sepeda Chemonk serta Kamerawan Jurnalis Indonesia (KJI).

Dalam sesi talkshow, Indira Nurul Qomariah dari Centre for Orangutan Protection berbagi tentang program konservasi di Sumatra dan Kalimantan, mulai dari patroli hutan, penyelamatan satwa, rehabilitasi orangutan, pelepasliaran, monitoring, hingga menegakkan hukum. Diskusi ini dipandu oleh Angel dari Garda Animalia bersama Riexcy dari Satya Bumi yang menyoroti kondisi habitat orangutan di Batang Toru dan Gunung Palung, serta Nugie, musisi sekaligus aktivitas lingkungan yang mengajak masyarakat lebih peduli pada satwa liar dan gaya hidup ramah lingkungan.

Selain talkshow, acara ini juga dimeriahkan dengan kegiatan bersepeda di kawasan car free day, penampilan teaser, stand-up comedy, hingga performance music dari Nugie. Suasana meriah sekaligus penuh makna ini diharapkan mampu mendekatkan masyarakat dengan isu konservasi orangutan.

Melalui perayaan ini, COP bersama para mitra ingin mengajak masyarakat untuk ikut berkontribusi dalam pelestarian orangutan, mulai dari langkah sederhana seperti membagikan kampanye di media sosial misalnya like-share-comment, hingga dukungan nyara mendekatkan masyarakat luas dengan isu konservasi orangutan. “Tentu saja donasi akan menjadi dukungan nyata yang sangat berarti”. (IND)

WORLD ORANGUTAN DAY 2025, ORANGUFRIENDS COP JADIKAN BANYAK GERAKAN SEBULAN

Setiap tanggal 19 Agustus, dunia memperingati Hari Orangutan Sedunia sebagai momentum untuk mengingatkan kembali pentingnya pelestarian orangutan. Umumnya, kegiatan dilakukan dalam bentuk kampanye, lomba, atau edukasi singkat. Namun, tahun 2025 ini, COP memilih langkah berbeda. Perayaan tidak hanya berlangsung sehari dan di satu lokasi, melainkan dikembangkan menjadi “Bulan Edukasi Orangutan”, sebuah gerakan serentak yang menggerakkan relawan di berbagai daerah di Indonesia dengan semangat yang sama.

Beriringan dengan itu, COP juga meluncurkan buku fabel terbaru berjudul “Aku Harimau Sumatera”. Kehadiran buku ini memperluas ruang edukasi untuk tidak hanya berbicara tentang orangutan, tetapi juga tentang satwa liar lainnya yang sama-sama terancam punah. Oleh karena itu, kami mengangkat misi ‘Bulan Orangufriends’, dengan slogan “Orangutan and Beyond”, untuk menegaskan misi COP dalam memperkuat kerelawanan, pendidikan, dan penyadartahuan mengenai satwa liar Indonesia.

Rangkaian kegiatan akan berlanjut pada Orangutan Caring Week di bulan November 2025 dan akan berlokasi di Yogyakarta, dengan agenda yang lebih variatif, seperti diskusi publik ala ‘ngobrol santai’ mengenai konservasi, pameran foto bertema orangutan, layanan cek kesehatan hewan gratis bersama relawan dokter hewan, kampanye digital kreatif melalui #OrangutanCaringWeekChallenge di Instagram dan TikTok, kegiatan seni seperti live sketching dan speed painting, serta booth informasi relawan dan merchandise.

Melalui rangkaian ini, COP berharap semakin banyak individu yang terlibat dan mengenal komunitas Orangufriends. Semakin luas jejaring kerelawanan yang terbangun, semakin besar pula kekuatan untuk menjaga hutan, melindungi orangutan, dan melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia. Karena menjaga orangutan bukan hanya melindungi satu spesies, melainkan juga menjaga keseimbangan ekosistem dan masa depan generasi mendatang.

BONGKAR JERAT JAHAT! SUARA SERENTAK SELAMATKAN HARIMAU SUMATRA

Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Day 2025 dirayakan serentak di sembilan kota di Indonesia dengan semangat yang sama: menyuarakan pentingnya perlindungan Harimau Sumatera. Dari Medan hingga Yogyakarta, aksi kampanye yang digelar Centre for Orangutan Protection (COP) bersama jaringan Orangufriends dan mitra lokal ini berhasil menyedot perhatian publik lewat aksi kreatif, poster, stiker, hingga orasi jalanan. Tujuannya sederhana tapi mendesak yaitu menyelamatkan harimau dari ancaman jerat, perburuan, dan hilangnya habitat.
Di Medan, suasana Car Free Day Lapangan Merdeka berubah meriah ketika warga dari berbagai usia berhenti sejenak untuk melihat dan ikut berkampanye. Anak-anak hingga orang tua ikut terlibat berdiskusi kecil tentang Harimau Sumatera, bahkan seorang anak penari reog spontan menari di depan kamera. Interaksi ini membuat pesan tentang bahaya jerat satwa lebih mudah diterima masyarakat. Sementara di Padang, aksi membagikan stiker di jalur CFD mendapat sambutan hangat dari pengunjung, bahkan ada pelari yang menghampiri peserta kampanye sambil berkata, “Ini aksi keren, kami mendukung!”.
Tak kalah menarik, di Pasaman, aksi berlangsung bersamaan dengan kegiatan jalan santai masyarakat. Kami mengusung pesan “Bongkar Jerat Jahat! Selamatkan Harimau” dan mengajak warga melakukan simbolisasi gerakan ‘cakar harimau’. Kehadiran Bupati dan Wakil Bupati Pasaman yang menyatakan dukungannya semakin menguatkan semangat publik untuk bersama menjaga habitat harimau. Di Kuningan, aksi longmarch diakhiri dengan “meja harapan”, dimana warga menuliskan doa dan aspirasi mereka untuk kelestarian satwa, sebuah cara kreatif mengikat partisipasi publik.
Sementara itu, di kota-kota lain seperti Batang, Malang, dan Yogyakarta, kampanye berlangsung penuh energi. Di Malang, anak-anak sangat tertarik dengan topeng harimau dan pedagang bahkan menempelkan stiker kampanye di lapaknya. Di Malioboro Yogyakarta, topeng harimau kembali menjadi daya tarik besar, wisatawan asing pun ikut terlibat dan mengapresiasi upaya melindungi satwa ikonik Indonesia ini. Bahkan seorang relawan yang sedang dalam perjalanan dari Solo menuju Yogyakarta tidak ketinggalan untuk mengangkat aksi ini di dalam gerbong KRL. Semua ini menunjukkan bahwa pesan konservasi bisa dikemas dengan cara menyenangkan, dekat dengan masyarakat, tanpa kehilangan urgensinya.
Kampanye serentak tahun ini mengusung tema “Bongkar Jerat Jahat! Selamatkan Harimau Sumatera!”, sebuah seruan yang lahir dari keprihatinan kasus terbaru: seekor harimau sumatera di Jambi yang sempat diselamatkan dari jerat, namun akhirnya mati di TPS. Peristiwa tragis ini menjadi pengingat betapa kejamnya ancaman jerat bagi satwa liar. Melalui aksi di berbagai kota, COP dan Orangufriends di seluruh Indonesia  mengajak masyarakat untuk tidak tinggal diam, sebab menyelamatkan harimau berarti menjaga kehidupan hutan dan masa depan generasi kita. 
Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, Orangufriends yang berada di Jogja, Medan, Padang, Pasaman, Batang, Depok, Malang, Pekanbaru, Mapala Kehutanan Universitas Kuningan (Mahakupala), Medan Book Party, Sumatra Wild Adventure, World Clean-Up Day, dan rekan-rekan dari Fakultas Kehutanan Universitas Brawijaya. (DIM)

TIGER YOUTH CAMP, SINTAS MENGGANDENG COP BAHAS KONFLIK HARIMAU MANUSIA

Organisasi nirlaba yang bergerak di bidang konservasi sumber daya alam, Sintas kembali menggelar kegiatan edukatif dan inspiratif bagi generasi muda melalui program Tiger Youth Camp. Acara yang berlangsung selama tiga hari, mulai dari tanggal 29 hingga 31 Juli 2025, bertempat di lokasi strategis Hutan Penelitian dan Pendidikan Biologi Universitas Andalas (UNAND). Tema tahun ini “Harimau Sumatera, Masa Depan Kita: Edukasi, Aksi, dan Konservasi” bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman generasi muda tentang pentingnya pelestarian harimau sumatra dan habitatnya serta isu-isu konservasi lainnya.

Sintas mengundang COP untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman di lapangan terkait “Konflik Harimau Manusia”. Topik ini didasari oleh meningkatnya kasus interaksi negatif antara harimau sumatra dan masyarakat di sekitar kawasan hutan dalam beberapa tahun terakhir. Dalam sesi yang berlangsung interaktif tersebut, COP memaparkan berbagai faktor pemicu konflik, mulai dari hilangnya habitat alami harimau akibat deforestasi dan alih fungsi lahan, hingga praktik perburuan liar yang mengurangi ketersediaan mangsa alami harimau. Dampak konflik dapat dilihat pada kedua belah pihak, kerugian materiil dan psikologis bagi masyarakat, maupun ancaman keselamatan bagi populasi harimau sumatra yang terancam punah jadi dilema.

Strategi dan upaya mitigasi konflik yang telah berhasil diterapkan di berbagai wilayah lain, dapat menekan pentingnya pendekatan kolaboratif dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, masyarakat adat, perusahaan perkebunan, dan organisasi konservasi. Edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang perilaku harimau dan cara menghindarinya juga menjadi poin penting agar dapat meminimalisasi konflik.

Gerakan Sintas dan COP dalam Tiger Youth Camp ini menjadi contoh sinergi yang positif antara organisasi konservasi yang memiliki fokus berbeda namun memiliki tujuan yang sama, yaitu menjaga kelestarian alam Indonesia. Semoga kegiatan seperti ini semakin menjangkau lebih banyak lagi generasi muda sehingga kesadaran pentingnya konservasi semakin meningkat dan masa depan harimau sumatra serta keanekaragaman hayati Indonesia dapat lebih baik lagi.

PERKEMBANGAN ARTO DAN HARAPI DI PERTENGAHAN TAHUN 2025

BORA (Borneo Orangutan Rescue Alliance) di bulan Juli 2025 penuh dengan cerita-cerita kecil yang hangat dari dua orangutan mudanya, Arto dan Harapi. Keduanya menjalani hari-hari sibuk dengan penuh warna, baik saat berada di dalam kandang maupun ketika menjelajah alam di sekolah hutan. Arto seperti biasanya, tampil percaya diri, naik ke akar gantung, bergelantungan di pohon dan sesekali mengintip ke arah baby sitter seolah ingin memastikan ia masih jadi pusat perhatian. Di sisi lain, Harapi terlihat makin berani. Meski masih sering menoleh ke arah babysitter untuk mencari rasa aman. Harapi kini sudah mulai aktif bermain dengan teman-temannya dan bahkan memanjat hingga enam meter ke atas, sesuatu yang dulu ia lakukan dengan ragu-ragu.

Keduanya mememiliki kepribadian yang sangat berbeda. Arto ekspresif, terkadang sedikit usil, dan penuh rasa ingin tahu. Harapi lebih pendiam tapi punya keteguhan tersendiri. Saat Arto mencoba mengambil makanan enrichment milik Harapi, Harapi tidak tinggal diam. Ia mempertahankannya, menghabiskannya dengan tenang, sebuah tanda kecil tapi penting bahwa ia semakin percaya diri. Ada juga momen menyentuh saat mereka bermain bersama di dinding kandang dan bergelantungan, lalu tiba-tiba saling berpelukan ketika kaget melihat tim medis membawa boneka-boneka. Reaksi spontan itu menunjukkan betapa kuatnya ikatan emosional di antara mereka, serta bagaimana mereka saling memberi rasa aman saat menghadapi hal baru.

Di sekolah hutan, Arto dan Harapi sama-sama belajar banyak hal, mengenali makanan alami, berlatih memanjat, serta memahami dinamika sosial antar siswa sekolah hutan. Mereka mulai membentuk relasi dengan orangutan lain seperti Jainul, Ochre, dan Cinta. Tak jarang mereka terlihat duduk berdekatan di atas pohon, menikmati buah san (Dracontomelon dao) sambil mengamati lingkungan di sekitar. Meskipun ada hari-hari ketika mereka lebih mendekati babysitter dibanding memanjat tinggi, waktu demi waktu keberanian itu terus tumbuh. Bahkan, pernah suatu pagi keduanya sempat memanjat sampai ke ketinggian 15 meter untuk mencari makan bersama, sebuah pencapaian yang membuat tim babysitter tersenyum puas.

Enrchment masih menjadi salah satu bagian favorit mereka dalam keseharian. Baik itu selang isi sayuran, pipa berisi buah, atau umbut rotan segar, semuanya disambut dengan antusias. Aktivitas-aktivitas ini tidak hanya menyenangkan tapi juga penting untuk mengasah kemampuan alami mereka, menggigit, mengupas, membongkar, dan mencari solusi. Arto cenderung menyelesaikannya dengan cepat, sementara Harapi lebih pelan, menikmati setiap prosesnya.

Ada hari-hari ketika mereka lebih memilik untuk berisitrahat dan itu tak apa. Sama seperti anak-anak pada umumnya, energi dan suasana hati bisa berubah-ubah. Tim babysitter BORA akan selalu memberi ruang bagi mereka untuk pulih, berkembang, dan merasa nyaman. Yang terpenting, setiap langkah kecil mereka, setiap lompatan, setiap makanan yang berhasil dikupas sendiri, setiap pertemanan yang terbentuk, adalah bagian dari proses yang berarti. Kami percaya, dengan cinta dan kesabaran, suatu hari nanti mereka akan benar-benar siap kembali ke rumah mereka yang sesungguhnya, hutan Kalimantan yang liar. (RAF)

FELIX: LEARNING TO NAVIGATE THE WORLD AROUND HIM

Felix, a young orangutan who is sensitive yet full of potential, spent the month of July 2025 navigating a range of emotions and making encouraging progress. He showed significant development in his forest school exploration, climbing trees up to 15 meters high and beginning to venture out with friends like Ochre and Jainul. Sometimes, he even approached other orangutans to forage together, like when he joined Eboni and shared in eating bark that had already been peeled.

However, Felix is still learning to overcome fear and uncertainty. On several occasions, he was seen crying when struggling to move from one tree to another, or when he felt left out by a babysitter. But during such moments, support from other orangutans, like Eboni helping him cross a branch, showed that Felix is growing up in a socially supportive environment.

During enrichment activities, Felix was sometimes less enthusiastic about his own items and preferred collecting leftovers from Pansy. Still, he demonstrated intelligence and perseverance, such as when he completed a honey-filled wood challenge in just 20 minutes. He also became more skilled at climbing and swinging, clearly enjoying his time in the trees, although he occasionally came down to play on the ground with Jainul and Bagus.

Socially, Felix is still learning to set boundaries. In the cage, he was able to play with Pansy and keep up with her more dominant energy. Yet when Pansy approached to take his food, Felix still tended to yield. Even so, when given an enrichment item like a coconut, he focused on finishing it by himself, a sign that his confidence is beginning to grow.

This month showed that Felix is learning to balance curiosity, the need for safety, and the drive for independence. Behind all his emotional expressions lies a natural and complete learning process. With ongoing support, Felix is laying an important foundation for his future life in the wild. (RAF)

FELIX: BELAJAR MENGIMBANGI DUNIA DI SEKELILINGNYA

Felix, orangutan muda yang sensitif, namun penuh potensi, menjalani bulan Juli 2025 dengan berbagai dinamika emosi dan kemajuan yang menggembirakan. Ia menunjukkan banyak kemajuan dalam eksplorasi di sekolah hutan, memanjat pohon hingga 15 meter dan mulai menjelajah bersama teman-temannya seperti Ochre dan Jainul. Kadang ia juga mendekati orangutan lain untuk mencari makan bersama, seperti saat ia menghampiri Eboni dan ikut menikmati kulit kayu yang sudah dikupas.

Namun, Felix juga masih belajar mengatasi rasa takut dan ketidakpastian. Beberapa kali ia terlihat menangis saat kesulitan berpindah dari satu pohon ke pohon lain atau saat merasa diabaikan oleh babysitter. Tapi dalam momen seperti ini, perhatian dari orangutan lain seperti Eboni yang membantunya menyeberang cabang, menunjukkan bahwa Felix sedang tumbuh di lingkungan yang penuh dukungan sosial.

Dalam berbagai aktivitas enrichment, Felix kadang terlihat kurang antusias dengan miliknya sendiri dan lebih memilih memungut sisa milik Pansy. Tapi ia tetap menunjukkan kecerdasan dan ketekunan, seperti saat menyelesaikan kayu isi madu dalam waktu 20 menit. Ia juga semakin mahir memanjat dan berayun, dan terlihat sangat menikmati waktunya di atas pohon, meskipun sesekali turun untuk bermain bersama Jainul dan Bagus di tanah.

Secara sosial, Felix masih dalam proses belajar menetapkan batas. Di kandang, ia bisa bermain dengan Pansy dan mengimbangi energi Pansy yang lebih dominan. Tapi saat Pansy mendekat untuk mengambil makanannya, Felix masih cenderung mengalah. Meski begitu, saat diberi enrichment berupa kelapa, ia fokus menyelesaikannya sendiri, tanda bahwa kepercayaan dirinya mulai tumbuh.

Bulan ini menunjukkan bahwa Felix sedang melatih keseimbangan antara rasa ingin tahu, kebutuhan akan rasa aman, dan dorongan untuk mandiri. Di balik semua ekspresi emosionalnya, ada proses pembelajaran yang utuh dan alami. Dengan dukungan yang terus-menerus, Felix sedang membangun fondasi penting untuk hidupnya di alam liar nanti. (RAF)

PERINGATAN HARI RANGER SEDUNIA: MENJAGA ASA HARIMAU SUMATRA BERSAMA PAGARI

Sebuah momen untuk menghargai dedikasi dan pengorbanan para penjaga hutan yang telah melindungi keanekaragaman hayati planet ini, setiap tahun di akhir bulan Juli kita memperingati Hari Ranger Sedunia (World Ranger Day). Tim APE Protector COP punya ranger atau penjaga hutan khusus di tanah Minang, Sumatera Barat. Patroli melindungi dan mengamankan kawasan bersama Patroli Anak Nagari (PAGARI) menjadi garda terdepan dalam menjaga kelestarian hutan dan yang terpenting memastikan masa depan Harimau Sumatra yang terancam punah.
Individu-individu berani ini secara rutin menjelajahi belantara kabupaten Pasaman. Mereka melangkah dan menemukan jejak-jejak keberadaan satwa liar tak terkecuali si raja hutan. Para penjaga hutan ini juga memasang kamera jebak untuk mengetahui keanekaragaman satwa penghuni kawasan. Rasa takut pun menghampiri saat jejak beruang madu begitu baru, tak jarang nyawa menjadi taruhan. Menghadapi pemburu dan penebang liar semakin membuat keringat yang mengucur semakin deras.
Jauh di dalam hutan, jerat satwa terpasang. Tak memilih korban, siapa pun bisa masuk dalam #jeratjahat ini. Ini merusak rantai makanan, ekosistem secara keseluruhan. Setiap penemuan jerat adalah momen yang menyakitkan, namun juga memicu semangat untuk terus bertindak. Para ranger ini pun dengan sigap menyisir dan membongkar jerat, sebuah tugas yang berbahaya dan memakan waktu. Upaya ini bukan hanya tentang menegakkan hukum, tetapi juga tentang edukasi dan sosialisasi pada masyarakat mengenai dampak negatif dari aktivitas perburuan liar.
Menjadi ranger adalah sebuah pilihan, bagaimana melindungi fisik hutan dan satwa. Mereka adalah warga lokal yang bertanggung jawab pada alam. Menyentuh kesadaran di tengah terpaan kehidupan dan kebutuhan. Menjadi ranger tidak hanya tentang konservasi yang katanya menghambat pembangunan, tapi juga menjadi pondasi keberlanjutan. “Alam adalah warisan”. Menyaksikan satwa tertentu masih ada menjadi kesenangan tak terkira, kelak hidup berdampingan dengan menghormati peran adalah yang terbaik. (NAB)