Orangufriends

COP CONDEMNS THE VIOLENCE AGAINST ORANGUTANS AT THE SURABAYA ZOO (KBS)

Jakarta – The spread of a video of alleged orangutan abuse at the Surabaya Zoo (KBS) has raised concerns. In the video it appears that orangutans have experienced acts of violence allegedly by animal keepers.

“We deeply regret the occurrence of alleged orangutan violence inside the enclosure. Orangutans should get good care, protection and treatment, this in fact at the Surabaya Zoo they get acts of violence.”, Hery Susanto, manager of Anti Wildlife Crime of the Center for Orangutan Protection. 

Zoos should play a role as the last sanctuary against animals outside their habitat through the role of conservation, education, research and recreation. But with this incident you have to think again when visiting the zoo. The role that this zoo should have played has been questioned when this violence took place at the Surabaya Zoo.

“Allegations of violence against these orangutans must be a serious concern for the Ministry of Environment and Forestry (KLHK) to carry out detailed investigations regarding this case of violence.”, Hery Susanto, Manager of the Anti Wildlife Crime of COP.

In several media publications, the management confirmed that the orangutans were beaten with hoses due to fighting between orangutans when they were about to enter the cage. The parties concerned can also investigate the cage management pattern and the safety standard for these animals and animal keepers, and why this violence occurred.

“We will wait for the steps from KLHK regarding this case, hopefully there will be decisive action regarding cases of violence that occur in orangutans on KBS. The Ministry of Environment and Forestry as the owner of full authority for animal conservation institutions in Indonesia can conduct a cage management and maintenance audit to ensure that violence against orangutans is resolved is not just news.”, Hery Susanto, COP.

COP MENGUTUK DUGAAN KEKERASAN ORANGUTAN DI KEBUN BINATANG SURABAYA (KBS)Jakarta – Tersebarnya video dugaan penganiayaan orangutan di Kebun Binatang Surabaya (KBS) menimbulkan keprihatinan tersendiri. Dalam video nampak orangutan mengalami tindak kekerasan oleh yang diduga oknum perawat satwa. 

“Kami sangat menyesalkan kejadian dugaan kekerasan orangutan yang ada di dalam kandang tersebut. Seharusnya orangutan mendapatkan perawatan, perlindungan dan perlakuan yang baik, ini malah di Kebun Binatang Surabaya mendapat tindakan kekerasan.”, Hery Susanto, manajer Anti Kejahatan Satwa Centre for Orangutan Protection.

Kebun Binatang seharusnya menjalankan peran sebagai benteng pertahanan terakhir terhadap satwa di luar habitatnya melalui peran konservasi, pendidikan, riset dan penelitian serta rekreasi. Namun dengan adanya kejadian ini harus berpikir ulang ketika mengunjungi kebun binatang. Peran yang seharusnya dilakukan kebun binatang ini menjadi dipertanyakan kembali ketika kekerasan ini terjadi di Kebun Binatang Surabaya.

“Dugaan kekerasan pada orangutan ini wajib menjadi perhatian serius bagi Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk melakukan penelusuran yang mendetil terkait kasus kekerasan ini.”, Hery Susanto, Manajer Anti Kejahatan Satwa COP.

Dalam beberapa publikasi media, pihak manajemen membenarkan jika orangutan dipukuli dengan selang akibat perkelahian sesama orangutan ketika akan masuk kandang tidur. Hal ini juga bisa menjadi penelusuran pihak terkait terhadap pola manajemen kandang dan pola standar keamanan bagi perawat satwa dan satwa tersebut, kenapa kekerasan orangutan ini terjadi.

“Kita akan menunggu langkah dari KLHK terkait kasus ini, semoga ada tindakan tegas terkait kasus kekerasan yang terjadi pada orangutan di KBS. KLHK selaku pemilik otoritas penuh terhadap lembaga konservasi satwa di Indonesia bisa melakukan audit manajemen kandang dan perawatan guna memastikan kekerasan terhadap orangutan mendapat tindakan tegas bukan sekedar berita lalu saja.”, Hery Susanto, Manajer Kejahatan Satwa COP.

Informasi dan wawancara lebih lanjut:

Hery Susanto

Manajer Anti Kejahatan Satwa COP

HP: 081284834363

Email: info@orangutanprotection.com

EARTH DAY WITH ORANGUFRIENDS BANDUNG

World Earth Day which falls on April 22 is a day that reminds us, how the earth is getting older and demands our active role. Orangufriends, which is an orangutan volunteer group, has a cool event to invite their friends to do activities.

Bandung Orangufriends like never run out of ideas to do something for Indonesian orangutans. Orangufriends Bandung, Sisa Puisi with Tambuhak Food and Beverage Garden together at a bazaar and garage sale event at Surya Sumantri street no. 100 Bandung. No half-hearted, 20% of the profits of this event, donated to the COP Borneo orangutan rehabilitation center. For two days (April 20-21) while commemorating Earth Day with items from Pine Niddle, Sunday Sweets, Mojoworking and Bekas Bagoes, shopping for something is an unforgettable experience.

Thank you for bringing your own shopping bag and of course your concern for Indonesian orangutans. (EBO)

HARI BUMI BERSAMA ORANGUFRIENDS BANDUNG

Hari Bumi Sedunia yang jatuh pada tanggal 22 April menjadi hari yang mengingatkan kita, bagaimana bumi semakin tua dan menuntut peran aktif kita. Orangufriends yang merupakan kelompok relawan orangutan punya acara asik untuk mengajak teman-temannya berkegiatan.

Salah satunya, Orangufriends Bandung seperti tak pernah kehabisan ide. Untuk berbuat sesuatu untuk orangutan Indonesia. Orangufriends Bandung, Sisa Puisi bersama Tambuhak Food and Beverage Garden di acara bazar dan garage sale di jl. Surya Sumantri no. 100 Bandung. Tidak tanggung-tanggung, 20% dari keuntungan acara ini, disumbangkan untuk pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Selama dua hari (20-21 April) sembari memperingati Hari Bumi dengan barang-barang dari Pine Niddle, Sunday Sweets, Mojoworking dan Bekas Bagoes, kamu akan mendapatkan pengalaman tak terlupakan. Seru kan!

 

ADA COP DI KELAS PENGGALANGAN DANA MAVERICK

Bagaimana caranya agar penggalangan dana bisa berhasil? Maverick, sebuah perusahaan komunikasi dengan tujuan meningkatkan kapasitas LSM dalam komunikasi menginisiasi kelas ini. Ada Agus Nadi yang merupakan Vice President CSR Bank Permata dan Wicaksono yang merupakan pakar Komunikasi publik serta Hardi Baktiantoro yang merupakan pendiri Centre for Orangutan Protection yang berbagi pengalamannya selama di COP. Kelas diikuti oleh 50 LSM.

Menulis laporan yang komunikatif dan adanya alat pemasaran akan membuka peluang donor lain untuk masuk meskipun tidak langsung berkaitan. Perkembangan dunia komunikasi begitu cepatnya, dengan dasar yang kuat seperti bagaimana sebuah pesan bisa berhasil sampai ke khalayak dengan memperhatikan saluran yang digunakan tentu saja umpan balik yang diterima juga bisa terukur dengan baik.

Yang terutama lagi, pengalaman para praktisi tentu saja tak ada yang seindah teori. 

ORANGUFRIENDS YOGYA IN KINDERSTATION SCHOOL

This is not April Fools’ Day! This is the challenge to become Orangufriends. How can you talk in front of small children. Yes, how can you convey your knowledge about orangutans in an easy language for children under 6 years. OMG !!!

This morning, Yogyakarta Orangufriends was ready at the Kinderstation School which was founded by Cahaya Bangsa Utama Foundation, located in Maguwoharjo, Yogyakarta. Orangufriends has a myriad of ways to steal children’s attention, one of which is through games. Knowledge about orangutans is also inserted through the activities. Through screening films about wildlife, 90 Kiderstation students were invited to care more about wildlife.

“So … kids, Save the Orangutan from Delete! Yes…” (EBO)

ORANGUFRIENDS YOGYA DI KINDERSTATION SCHOOL
Bukan April Mop! Ini dia tantangan jadi Orangufriends. Bagaimana kamu bisa berbicara di depan anak-anak kecil. Iya, bagaimana kamu bisa menyampaikan pengetahuanmu tentang orangutan dengan bahasa yang mudah untuk anak-anak di bawah 6 tahun. OMG!!!

Pagi ini, Orangufriends Yogyakarta sudah bersiap di Kinderstation School yang didirikan Yayasan Cahaya Bangsa Utama yang terletak di Maguwoharjo, Yogyakarta. Orangufriends punya segudang cara mencuri perhatian anak-anak, salah satunya lewat permainan. Selanjutnya pengetahuan tentang orangutan pun diselipkan. Melalui pemutaran film tentang satwa liar, 90 murid Kiderstation diajak untuk lebih peduli pada satwa liar.

“Jadi… anak-anak, Save the Orangutan from Delete! ya…”

ORANGUFRIENDS BALI THWARTED WILDLIFE TRADE

On March 21th 2019, Orangufriends Bali found a post on Facebook which contains an advertisement to sell a protected species. The seller posted the ad in Facebook group for cat lovers for Bali area. In the pictures he shared, there was a forest cat cub. The seller stated that the cub was two months old and a female, and he is selling it for Rp 850,000. On the comment section, some of the group members tried to warn him that forest cat is a protected species therefore it is illegal to put them for sale, but he ignored them.

Promptly, Orangufriends Bali reported the case to the authorities, BKSDA Bali. They responded the report effectively and responsively. However, BKSDA requires the exact location of the seller in order to follow up the report, so Orangufriends Bali pretended to be interested to purchase the cub. Once the seller has agreed on a location and time to meet, Orangufriends bali informed BKSDA team and they went to the location as soon as possible.

When the transaction was happening, BKSDA team ambushed the seller. The seller and BKSDA team had a conversation for a while, and later the seller and the cub was taken to the authorities office. The cub is currently safe at the Animal Rescue Center of Tabanan area where she will be examined and reviewed, and released in the future if possible. The case is currently handled by Polda Bali and the seller is still under police investigation. (Zahra_COPSchool)

ORANGUFRIENDS BALI GAGALKAN PERDAGANGAN SATWA LIAR
Pada tanggal 21 Maret 2019, Orangufriends Bali menemukan penjual satwa dilindungi di Facebook. Penjual tersebut menjajakan dagangannya melalui sebuah grup pecinta kucing di area Bali. Di foto yang penjual berinisial A tersebut bagikan, terdapat seekor kucing hutan yang masih cukup muda. Penjual mengaku bahwa kucing hutan tersebut berumur 2 bulan dan berjenis kelamin betina, dan dijual dengan harga Rp. 850,000 saja. Pada foto kucing hutan tersebut, beberapa anggota grup sudah mengingatkan kepada penjual bahwa kucing hutan adalah satwa yang dilindungi UU sehingga ilegal untuk diperjualbelikan, namun tidak digubris oleh penjual.

Orangufriends Bali kemudian segera melaporkan kejadian tersebut ke BKSDA Bali. Laporan ditanggapi dengan cukup efektif dan responsif. Namun tim BKSDA membutuhkan posisi tepat pelaku agar dapat segera ditindaklanjuti. Setelah terjadi kesepakatan waktu dan tempat untuk transaksi, Orangufriends Bali segera menginformasikan ke tim BKSDA, dan mereka pun bergegas ke tempat yang sudah ditentukan.

Saat transaksi berlangsung antara penjual dan Orangufriends Bali, tim BKSDA langsung melakukan penggerebekan. Sempat terjadi diskusi antara penjual dan tim BKSDA, dan akhirnya pelaku dan 1 ekor kucing hutan diamankan ke kantor BKSDA. Satu ekor kucing hutan tersebut saat ini berada di Pusat Penyelamatan Satwa area Tabanan untuk dilakukan pemeriksaan, kemudian dilepasliarkan di masa mendatang bila memungkinkan. Berkas kasus ini sudah dilimpahkan ke Polda Bali dan pelaku masih dalam pemeriksaan polisi. (Zahra_COPSchool)

SCHOOL VISIT TO SOPHOS SCHOOL TANGERANG

Wednesday morning, March 20th 2019 Jakarta Orangufriends are already at Sophos School BSD, Serpong, Tangerang. The school visit was divided into two sessions, the first for grades 1 to 3, then continued for students from grades 4 to 6.

Orangutans are rare animals in Sumatra and Kalimantan. When trees are cut down, forests disappear, orangutans lose their homes and cannot find food anymore. Orangufriends invited students to prevent the extinction of orangutans. Besides orangutans, other wildlife must also be protected, including not to keep them as pets.

All students were very enthusiastic to listen to the explanations by the volunteers. Almost all children wanted to ask questions, they even come forward to ask. The discussion was exciting. Children shared their opinions on how to save wildlife, including not keeping protected wildlife and not visiting animal circuses.

During discussion, there was one very critical question from a student. “Do those who cut down the forest do not feel guilty for killing orangutans?” This question makes us more convinced that school visits are an important step for conservation because the future is in the hands of these young generations. Therefore, awareness of wildlife must continue to be shared with children so that they can love and look after nature from an early age. (EBO)

SCHOOL VISIT DI SOPHOS SCHOOL TANGERANG
Rabu pagi, 20 Maret 2019 Orangufriends Jakarta sudah berada di Sophos School BSD, Serpong, Tanggerang. School visit kali ini dibagi menjadi dua, yang pertama untuk kelas 1 sampai 3 kemudian dilanjutkan siswa kelas 4 sampai 6.

Orangutan itu hewan langka yang ada di Sumatera dan Kalimantan. Saat pohon ditebang, hutan menghilang, orangutan kehilangan rumahnya dan tidak bisa mencari makanan lagi. Orangufriends mengajak untuk mencegah kepunahan orangutan. Selain orangutan, satwa liar lainnya juga harus dijaga, termasuk untuk tidak dipelihara.

Seluruh siswa sangat antusias mendengarkan penjelasan para relawan. Hampir semua anak ingin bertanya, bahkan berbondong-bondong maju ke depan agar bisa bertanya. Diskusi berlangsung dengan seru. Anak-anak saling berbagi pendapat mengenai cara menyelamatkan satwa liar, antara lain dengan tidak memelihara satwa liar yang dilindungi dan tidak berkunjung ke sirkus satwa.

Saat diskusi, ada satu pertanyaan yang sangat kritis dari seorang siswa. “Apakah mereka yang menebang hutan tidak merasa bersalah karena sudah membunuh orangutan?”. Pertanyaan tersebut membuat kami semakin yakin bahwa school visit merupakan langkah penting untuk konservasi karena masa depan berada di tangan para generasi muda ini. Oleh karena itu, penyadartahuan mengenai satwa liar harus terus dibagikan kepada anak-anak agar mereka bisa mencintai dan menjaga alam sejak usia dini. (IND)

CHILDREN COLORING AND DRAWING COMPETITION FOR INDONESIAN ORANGUTANS

Here it is, young Orangufriends who unknowingly have donated Indonesian orangutans. They participated in the coloring and drawing competition on the last day of the 2018 Art For Orangutan exhibition held by Gigi Nyala with Orangufriends at the Jogja National Museum. Through their interests, they show concern for orangutans. Maximum age for coloring is 7 years old but apparently there was a 2.4 year-old who have participated, Her name was Malika. The registration fee was Rp. 30,003.00, which some of the donations go to orangutans in the rehabilitation center.

Dessy Rachma, who was one of the three judges in the competition, conveyed the lack of abstractive ‘expression skills’ she found in similar events she has been judging, coloring and drawing competition at children level. Because the expression has a subjective judgment, I might like it but not necessarily so to other judges. And in the world of art, expressive works that tend to be abstract must have accountability, at least explaining that red is red and blue is the soul. Thus most scores are usually obtained from the results of the skills or the visible skills on paper. The combination of sad or cheerful color composition is also one of the scoring focus.

After Alfa Gashani, Imam Arifin and Dessy completed assessing and scoring the children work, then the winners of coloring competition category were announced, Tsania Hasna Salsabila (1st Place), Pelangi Widi Prameswari (2nd place) and Syaila Areta G (3rd Places). Winners got cash prizes, certificates and gifts from Gummy Box. 36 children participated in coloring competition, which were dominated by kindergarten children. Meanwhile, the drawing competition category was attended by 24 participants and won by Rayhan Syahrul Bastian (1st Place), Erina Triastuti (2nd Place) and Calista Zahra Diah Pramesty (3rd Place).
Art makes children powerful … (EBO)

LOMBA MEWARNAI DAN MENGGAMBAR ANAK UNTUK ORANGUTAN INDONESIA
Ini dia, orangufriends cilik yang tanpa mereka sadari sudah menyumbang untuk orangutan Indonesia. Mereka adalah yang ikut lomba mewarnai dan menggambar di hari terakhir pameran Art For Orangutan 2018 yang diselenggaran Gigi Nyala bersama Orangufriends di Jogja Nasional Museum. Lewat minatnya, mereka menunjukkan kepeduliannya pada orangutan loh. Usia maksimal untuk mewarnai 7 tahun tapi ternyata ada yang baru berusia 2,4 tahun sudah ikut berpartisipasi, Malika namanya. Karena dari biaya pendaftaran sebesar Rp 30.003,00 sebagian menjadi donasi untuk orangutan yang berada di pusat rehabilitasi.

Dessy Rachma yang menjadi satu di antara tiga juri lomba menyampaikan minimnya ‘skill ekspresi’ yang abstraktif di ajang yang sama sepanjang dia menjadi juri lomba mewarnai dan menggambar tingkat anak-anak. Karena ekspresi itu memiliki sifat penilaian yang subjektif, aku bisa saja suka tapi juri yang lain belum tentu. Dan dalam dunia seni rupa, karya ekspresif yang cenderung abstrak itu harus memiliki pertanggungjawaban, setidaknya menjelaskan merah adalah merah dan biru adalah kalbu. Sehingga skor terbanyak biasanya diperoleh dari hasil olah skill atau keterampilan yang kelihatan di atas kertas. Perpaduan warna yang dimasukkan menjadi komposisi yang sendu atau ceria juga menjadi salah satu fokus penilaian.

Setelah Alfa Gashani, Imam Arifin dan Dessy menyelesaikan penilaian terhadap karya anak-anak yang mengikuti lomba maka diputuskanlah pemenang untuk kategori lomba mewarnai, Tsania Hasna Salsabila (Juara 1), Pelangi Widi Prameswari dan Syaila Areta G (Juara 3). Pemenang mendapatkan hadiah uang tunai, piagam dan bingkisan dari Gummy Box. Peserta mewarnai diikuti 36 anak yang didominasi anak-anak TK. Sementara itu, kategori lomba menggambar diikuti 24 peserta dan dimenangkan oleh Rayhan Syahrul Bastian (Juara 1), Erina Triastuti (Juara 2) dan Calista Zahra Diah Pramesty (Juara 3).

Art make children powerfull…

BATALKAN LOMBA BERBURU SATWA LIAR DI PADANG DAN BANDUNG

Jakarta – Belum lepas dari ingatan kita akan kejahatan terhadap satwa liar menggunakan senapan angin, beberapa kota di Indonesia malah mengadakan lomba berburu satwa liar kembali dengan senapan angin. Kegiatan lomba berburu satwa liar digelar di kota Padang Pariaman, Sumatera Barat dan dusun Cikoranji, Bandung, Jawa Barat. Penggiat olahraga berburu memasang sejumlah publikasi perihal acara ini. Ajakan pendaftaran dan sejumlah hadiah ada dalam acara berburu ini.

“Sangat disayangkan kenapa lomba berburu satwa liar dengan senapan angin kembali digelar dan kali ini akan dilakukan di Padang pariaman, Sumatera Barat dan dusun Cikoranji, Bandung, Jawa Barat. Dimana kejadian demi kejadian penyalahgunaan senapan angin terhadap satwa liar di Indonesia smasih sering terjadi dan ini malah membuat acara berburu dengan sejumlah hadiah dengan dalih mengurangi hama tupai tentunya ini sangat miris sekali.”, Hery Susanto, kordinator Anti Wildlife Crime COP.

Peraturan Kapolri No. 8/2012 tentang Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api untuk Kepentingan Olahraga. Sudah jelas diatur dimana pistol angin (air Pistol) dan senapan angin (air Rifle) digunakan untuk kepentingan olahraga menembak sasaran atau target. Jadi sudah jelas dalam pengaturan ini tentang penggunaan senapan angin dan bukan untuk berburu bebas seperti agenda lomba berburu yang akan dilakukan di kota Padang Pariaman dan Bandung. Selain itu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengeluarkan surat dengan Nomor S.31/PHLHK/PPH/GKM.2/3/2018 tertanggal 16 Maret 2018 perihal Penggunaan Senapan Angin dalam Tindak Pidana Kehutanan. Jadi sudah jelas, Menembak Satwa dengan senapan angin di luar arena menembak adalah melanggar aturan hukum.

“Para panitia dan peserta berburu satwa ini jelas akan melanggar Peraturan Kapolri No 8/2012 dan kami, Centre for Orangutan Protection (COP) menolak lomba berburu yang dilakukan di kota Padang Pariaman dan Bandung. Kami memohon pihak Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan tindakan tegas untuk menyetop rencana lomba berburu ini.”, Hery Susanto, kordinator Anti Wildlife Crime COP.

Untuk informasi dan wawancara bisa menghubungi:

Hery Susanto
kordinator Anti Wildlife Crime COP
HP: 081284834363
email: info@orangutanprotection.com

STOP TOURISM HUNTING IN PADANG PARIAMAN!

The Center for Orangutan Protection again calls all Orangufriends wherever you are to stop “Tourism Hunting” in Padang Pariaman, West Sumatra.

Again and again! Hunting events with air rifles aimed at squirrels and other pests (excluding protected animals) will be held at SMK 1 Aur Malintang in Padang Pariaman. The event which is organized by Pariaman Sniper Club in Nagari III Koto Aur Malintang Selatan sub-district IV Koto Aur Malintang offers door prizes in the form of LED TVs, Refrigerators, PCP Rifles and other attractive prizes. With only Rp. 20,000.00 registration fee per person, that includes lunch and 1 door prize coupon.
“COP refused and asked the shooting committee, South Malintang Nagari III Koto Aur, to cancel this event!”, Said Hery Susanto, coordinator of COP Anti Wildlife Crime.

Perbakin Pariaman city did not heed the Perbakin letter number 257 / SEKJEN / PB / III / 2018 for all Perbakin administrators that contain not to shoot animals with air rifles.
Pariaman Club Sniper also plans to violate Head of Police Regulation No. 8/2012 concerning Supervision and Control of Firearms for Sport Interest.

We request that the Director General of the Ministry of Environment and Forestry who has issued letter S.31 / PHLHK / PPH / GKM.2 / 3/2018 to enforce the rules of the National Police above.
Shooting animals with air rifles outside the shooting arena is against the law. (EBO)

BATALKAN BERBURU WISATA DI PADANG PARIAMAN
Centre for Orangutan Protection kembali memanggil seluruh Orangufriends dimana pun kamu berada untuk membatalkan “Berburu Wisata” di Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Lagi dan lagi! Acara berburu dengan senapan angin dengan sasaran tupai dan hama lainnya (tidak termasuk hewan yang dilindungi) akan dilaksanakan di SMKN 1 Aur Malintang Padang Pariaman. Acara yang diselenggarakan Club Sniper Pariaman di Nagari III Koto Aur Malintang Selatan kecamatan IV Koto Aur Malintang ini berhadiah doorprize berupa TV LED, Kulkas, Senapan PCP dan hadiah menarik lainnya. Hanya dengan Rp 20.000,00 per orang, itu juga sudah termasuk makan siang dan 1 kupon doorprize.

“COP menolak dan meminta panitia pelaksana tembak tupai wisata Nagari III Koto Aur Malintang Selatan untuk membatalkan acara ini!”, tegas Hery Susanto, kordinator Anti Wildlife Crime COP.

Perbakin kota Pariaman tidak mengindahkan surat edaran Perbakin nomer 257/SEKJEN/PB/III/2018 untuk seluruh Pengurus Perbakin yang berisi untuk tidak menembak satwa dengan senapan angin.

Club Sniper Pariaman juga berencana melanggar Peraturan Kapolri No 8/2012 tentang Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api untuk Kepentingan Olahraga.

Kami memohon Dirjen Gakkum KLHK tidak lupa telah mengeluarkan surat S.31/PHLHK/PPH/GKM.2/3/2018 untuk menegakkan aturan Kapolri di atas.

Menembak satwa dengan senapan angin di luar arena menembak adalah melanggar aturan hukum.

SCHOOL VISIT TO SMAN 1 BANGUNTAPAN

A month has passed since the COP School Batch 9. Campus activities are busy, but it does not mean neglecting assignments, visits to schools. Alfikri, Aulia, Elsa, Wulan and Wildan together with DigiYouth #BhayPlastik and Gajahwong School shared their knowledge to SMAN 1 Banguntapan, Ngentak, Bantul, Yogyakarta. “Oops … back to school? Yes, but not in hisghscool uniform anymore. In the past I was in high school uniform but this time I came to share about orangutans.”, Alfikri said.

There were 53 students who had gathered in the school hall. Ms. Nurul Supriyanti who represented the Head of SMAN 1 Banguntapan appreciated this ‘school visit’ activity because it can enrich students’ knowledge. Wulan (COP School Batch 9) continued the session with information on animal welfare that can be assessed from animal stereotypic behavior. Furthermore, to avoid these behavioral aberrations, animals must be given enrichment.

Students were also invited to play the Kahoot! Game. There were nine questions about the material presented earlier. Who are the orangutans, what are the threats, and the results 68.06% of the questions are answered correctly. “Not bad …a two hour-session mixed with plastic hazard information, the insistent information can be digested by the students of SMAN 1 Banguntapan.”, Said Wulan relieved, after the school visit was over.

For those who want to be visited by the COP, please contact info@orangutanprotection.com or leave a message on COP’s social media directly. (EBO)

SCHOOL VISIT KE SMAN 1 BANGUNTAPAN

Sebulan sudah COP School Batch 9 berlalu. Aktivitas kampus juga padat-padatnya. Tapi tak berarti abai pada tugas, kunjungan ke sekolah-sekolah. Alfikri, Aulia, Elsa, Wulan dan Wildan bersama DigiYouth #BhayPlastik dan Sekolah Gajahwong berbagi pengetahuan ke SMAN 1 Banguntapan, Ngentak, Bantul, Yogyakarta. “Ups… balik lagi ke sekolah? Iya, tapi tidak dengan seragam sekolah lagi. Kalau dulu aku yang berseragam SMA kali ini aku datang untuk berbagi tentang orangutan.”, ujar Alfikri.

Ada 53 murid yang sudah berkumpul di aula sekolah. Ibu Nurul Supriyanti yang mewakili Kepala SMAN 1 Banguntapan mengapresiasi kegiatan ’school visit’ ini karena dapat menambah pengetahuan. Wulan (COP School Batch 9) melanjutkan informasi tentang kesejahteraan satwa yang bisa dinilai dari stereotypic behavior satwa. Selanjutnya untuk menghindari penyimpangan prilaku tersebut, satwa harus diberi ‘enrichment’.

Tak lupa, murid-murid diajak bermain game Kahoot!. Ada sembilan pertanyaan tentang materi yang disampaikan tadi. Siapakah orangutan, apa saja ancamannya dan hasilnya 68,06% pertanyaan dijawab dengan benar. “Not bad lah… dua jam penuh bercampur dengan informasi bahaya plastik, informasi yang bertubi-tubi tersebut bisa dicerna adik-adik SMAN 1 Banguntapan.”, kata Wulan lega, setelah school visit usai.

Untuk yang sekolahnya mau dikunjungi COP langsung hubungi info@orangutanprotection.com atau bisa langsung tinggalkan pesan di media sosial COP.