KATA JHONY TENTANG UCI

Uci itu cukup rajin dibandingkan teman-temannya. Uci akan senang sekali bermain di atas pepohonan. Dia selalu berada di ketinggian 20 sampai 50 meter dari tanah. Kalau sedang berayun dari satu pohon ke pohon yang lain, dia masih di sekitaran 35 meter, belum jauh memang.

Uci tergolong pintar mencari makanan hutan seperti buah hutan, rayap, daun muda dan kambium. Usai bermain, makan dan Uci pun bersantai di atas dengan membuat sarang. Uci pun bermain di sarangnya hampir 2 jam, tepatnya bermalas-malasan hingga tertidur.

Uci sudah bukan bayi lagi. Dia ‘bocah’ yang mulai suka bermain fisik. Keisengannya melihat teman-temannya yang lain berada di lantai utan membuatnya ingin menunjukkan bahwa dia lebih kuat walau tubuhnya ramping di bandingkan yang lain. Dengan kekuatan penuh menghantam temannya yang lain. Berjungkir balik dan sengaja mengenai tubuh teman-temannya yang sedang bermain.

Tapi Uci adalah orangutan yang penurut. Saat sore tiba, Uci akan segera turun karena dia tahu itu adalah waktunya pulang ke kandang. Kamu akan langsung mengenalnya, Uci yang lincah, dengan rambutnya yang lebat dan gigi ompongnya.

HAPPI DIMATA LOLY

Siapa sih Happi? Dan siapa Loly? Kenalan dengan keduanya yuk. Loly adalah animal keeper yang akan menceritakan orangutan Happi. Kenapa Happi? Kenapa Loly yang menceritakan Happi.

Happi adalah siswa yang berada di Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo. Orangutan Happi masih berumur dua tahun dan berjenis kelamin jantan. Sangat lucu, nakal dan agak cengeng atau bahasa lainnya manja. Sebelum menjadi siswa sekolah hutan di COP Borneo, Happi adalah orangutan yang berasal dari kota Bontang. Happi merupaka satwa titipan BKSDA Seksi II Tenggarong yang kemudian diselamatkan (rescue) APE Guardian, tim malaikatnya Centre for Orangutan Protection.

Setelah melalui masa karantina dimana Happi tidak boleh bercampur dengan orangutan yang lainnya dan harus menjalani rangkaian pemeriksaan kesehatan, Happi bergabung dengan kedua teman yang seusianya, kebetulan masih bayi juga yaitu orangutan Bonti dan orangutan Owi. Diantaranya mereka bertiga, Happi selalu paling terakhir yang keluar dari kandang. Ini karena sifatnya yang cengeng dan manja, Keeper harus berusaha membujuknya dengan makanan agar dia mau bergegas keluar kandang untuk ke sekolah hutan. Akibatnya, mereka bertiga sering terlambat sekolah hutan.

Ketiga serangkai ini selalu bermain bersama. Namun Happi sangat menyukai pohon-pohon tertinggi. Kalau sudah begitu, saat jam sekolah usai, Happi tidak langsung turun. Happi hanya memelototi keeper dari atas. Happi adalah siswa yang paling susah untuk diajak kembali ke kandang jika jam sekolah berakhir. (LOLY_Animal Keeper)

LECI MOVED TO ORANGUTAN ISLAND

An orangutan’s wilderness is one of the thing that needs to be maintained. “Yes, orangutan Leci that has been with us since April 2nd 2016, when the first time handed to us he was afraid of human. He refused to eat when human still around. He was always hanging out on the top. When he managed to run away, we struggled to put him back into the enclosure,” stated Daniel, COP Borneo’s animal keeper.

After a series of medical examination, in mid-November 2016, orangutan Leci was moved to orangutan pre-release-island. Leci prefers to stay alone. When animal keeper brought food to shelter, he would not immediately take the food. After a while when animal keeper and other orangutans had left the shelter…..Leci started to eat.

Fortunately, Leci is a male, and right now COP Borneo owns a pre-release island only for males. So Leci doesn’t need to wait inside the enclosure, which might turn him to be dependent and get accustomed to be around humans. Pre-release island is an island that purchased by the supporters of COP or Orangufriends through various charity events they organized. Next, COP Borneo needs 2 more islands for the female orangutans and a forever home for orangutan Ambon. Could you help them?

LECI PINDAH KE PULAU ORANGUTAN

Keliaran orangutan adalah satu yang harus dipertahankan. “Ya, orangutan Leci adalah orangutan yang semenjak 2 April 2016 saat diserahkan terlihat takut pada manusia. Dia tidak mau makan kalau masih ada orang. Dia juga selalu berada di atas. Saat dia berhasil melarikan diri, kami semua kesulitan untuk membawanya kembali ke kandang.”, ujar Daniel, animal keeper COP Borneo.

Setelah melalui rangkaian pemeriksaan kesehatan, pertengahan November 2016, orangutan Leci dipindahkan ke pulau pra-pelepasliaran orangutan. Leci memang lebih suka menyendiri. Saat animal keeper mengantarkan makanan ke shelter, dia memilih untuk tidak langsung mengambilnya. Beberapa waktu kemudian, ketika animal keeper tidak terlihat dan orangutan lainnya mulai meninggalkan shelter… Leci mulai makan.

Untunglah, Leci adalah orangutan jantan yang saat ini COP Borneo memang memiliki pulau pra-pelepasliaran untuk orangutan jantan. Sehingga, Leci tidak perlu lebih lama lagi di kandang, yang bisa membuatnya malas dan terbiasa dengan manusia. Pulau pra-pelepasliaran ini adalah pulau yang dibeli para pendukung COP atau orangufriends lewat berbagai acara amal yang mereka koordinir. Selanjutnya, COP Borneo membutuhkan dua pulau lagi untuk orangutan betina dan pulau selamanya untuk orangutan Ambon. Bisakah kamu membantunya? info@orangutanprotection.com

PINGPONG MOVED TO THE UNIVERSITY ISLAND

Pingpong is going to University Island
Yipiee… akhirnya Pingpong pindah ke pulau. COP mengenal Pingpong sejak 26 Agustus 2010. Saat itu, tak ada yang mau menerima Pingpong, dia pindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Seperti olahraga tenis meja, tepatnya bola pingpong. Begitulah akhirnya menjadi namanya.
Kini nasibnya penuh harapan. Kesukaannya memakan daun kering sepertinya sulit berubah. Namun memanjat, daya jelajah, kemampuan membuat sarang, mencari makanan di sekolah hutan membuatnya harus naik ke kelas selanjutnya.
Tidakkah kamu ingin mengadopsinya. Mewujudkan mimpi Pingpong untuk kembali ke hutan sesungguhnya?
ADOPT link : http://goo.gl/dqPVx0 The adoption fee annually is AUS$100 (£40/ USD75/ €64)

BORNEO KU BERPIJAK

Perjalanan pertama ke pulau Kalimantan atau Borneo adalah sebuah pengalaman yang mungkin paling berkesan dari perjalanan-perjalanan berpetualang lainnya. Jumat 18 Juni 2016 saya berkesempatan tuk singgah di pulau nan kaya akan hasil hutannya yang sangat berlimpah, khususnya Kalimantan Timur. Tepatnya di Pusat Perlidungan Orangutan COP Borneo di KHDTK Labanan, Kabupaten Berau – Kalimantan Timur. Setelah kegiatan COP School di bulan Mei 2016 kemarin, selama lima hari di Yogyakarta yang menjadi daerah pusat COP School dan selebihnya selama satu bulan masih menetap di Jogja. Saya memang berniat untuk menjadi Volunteer dan berbekal materi yang diberikan sewaktu COP School mengenai konservasi Orangutan dan satwa liar serta konflik lapangan yang terjadi, pengalaman di sinilah yang menjadi pembelajaran sebenarnya, karena langsung bersentuhan dengan kegiatan yang hanya disampaikan pada saat COP School saja. Keberangkatan saya ditemani dengan seorang rekan bernama Vian asal Yogyakarta. Setiba di Berau, kami dijemput siswa COP School Batch #6 yang tingel di Berau. COP School menjadikan kami punya keluarga dimana-mana.

Minggu pagi 19 Juni 2016, pukul 05.30 WITA terdengar hembusan angin dan suara kicauan burung yang saling bersautan dengan berbagai suara-suara yang sangat indah serta matahari yang masih belum menampakkan sinarnya hanya bias cahaya yang terselip dari tingginya rerimbunan pohon yang di sekitaran camp.

Setelah kesibukan pagi membereskan camp sekitar 08.00 WITA kami sempatkan untuk berbincang sejenak untuk pembagian kinerja dalam aktivitas di COP Borneo. Saya mendapatkan tugas sebagai teknisi yang menjalankan pembuatan enrichment, kebersihan kandang 1 dan 2, jadwal disinfestasi kandang, kebersihan klinik dan gudang pakan, serta beberapa kinerja lainnya di area COP Borneo. Vian mendapatkan pembagian kinerja sebagai keeper yang bertugas untuk membawa Orangutan ke Sekolah Hutan dan menyiapkan susu serta pakan Orangutan.

Seperti kata keeper Jeuri dan Rosel, orangutan Michelle dan Pingpong lebih agresif bila ada orang baru yang datang, lain halnya dengan orangutan Uci. Beda lagi dengan Owi, bayi yang masih berumur sekitar satu tahunan, ingin selalu dipeluk. Aku menjadi ibu untuknya. (PETz)

KUKANG, NEW COMER AT COP BORNEO

New comer at the COP Borneo. It has big wound in the hand, and it is very skinny and looked very stressed. The Wildlife Authority confiscated him from trader couple days ago.
Pendatang baru di COP Borneo. Dia memiliki luka besar di tangannya, sangat kurus dan terlihart stress. BKSDA menyitanya dari seorang pedagang satwa.

PULSEOXIMETER FROM OVAID

PULSEOXIMETER is an equipment to monitor heartbeat and also oxygen level in the blood. It is a kind of portable Electro Cardio Graph (ECG). Thanks to OVAID for providing most of our medical equipments. Also thanks to Compassion and Soul for funding the development of our clinic. Your support through these two groups have saved many orangutans life.
PUlseoxymeter adalah alat untuk memantau detak jantung dan juga kadar oksigen dalam darah. Semacam EKG portabel. Terima kasih pada OVAID yang telah menyediakan hampir seluruh perlengkapan medis kami dan juga pada WC&S yang telah membangunkan klinik. Dukungan anda melalui kedua organisasi tersebut telah menyelamatkan banyak nyawa.

UCI SUFFERS PROLAPSE RECTAL

Last week, May 19,2016 the little Leci was got a fever dan she is now recovered. Uci currently suffers from prolapse rectal (the rectum slides out of place and usually sticks out of the anus) and need to have a rest from forest school. Such a hectic weeks in the clinic of COP Borneo. Thank you With Compassion & Soul that has built this clinic and Orangutan Veterinary Aid – OVAID that has completed the equipments.
Seminggu yang lalu, si mungil Leci sakit demam dan sudah pulih kembali. Sekarang Uci sakit prolaps rektal dan harus istirahat dari sekolah hutan. Minggu-minggu yang sibuk di klinik COP Borneo. Terimakasih With Compassion & Soul yang telah membangun klinik ini dan Orangutan Veterinary Aid – OVAID yang telah mengisi peralatan medisnya.

GET WELL SOON LECI

Orangutan Leci was evacuated by APE Defender (rapid response team of COP) from Kebon Agung Village, Sangatta, East Kutai, East Kalimantan on April 3, 2016. Leci was found by a farmer in a farm, separated from its mother. Orangutans get to the farms because the forest has been cleared for oil palm plantations.
Just like other ordinary kid, May 12, 2016 orangutan Leci also needs to be treated at the clinic of COP Borneo because of fever. Fortunately, Leci still has a will to eat so she does not need an IV. Get well soon, Leci.. hopefully the quarantine period will end very soon.
‪#‎forestwars‬
Orangutan Leci adalah orangutan yang dievakuasi APE Defender (tim gerak cepat COP) dari desa Kebon Agung, Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur pada 3 April 2016 yang lalu. Leci ditemukan seorang petani di kebunnya sendirian, terpisah dari induknya. Orangutan terpaksa mendatangi kebun masyarakat karena hutan sebagai habitatnya habis dibabat untuk perkebunan kelapa sawit. ‪#‎conflictpalmoil‬
Seperti anak kecil pada umumnya, saat ini 12 Mei 2016, orangutan Leci pun harus dirawat di klinik COP Borneo karena demam. Untungnya, Leci masih semangat untuk makan sehingga tidak perlu diinfus. Animal keeper dan paramedis menjadi ibu penggantinya. Cepat pulih ya Leci… semoga masa karantina cepat berakhir.