URGENT: COP BORNEO NEED MORE DART SYIRINGES

Could you help us to get them? For those who travel to Indonesia in the near future, please bring us more dart syiringes.

COP BORNEO BUTUH DART
Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo sedang melakukan beberapa tahapan proses pelepasliaran orangutan. Beberapa orangutan remaja sudah tidak bisa ditangani secara manual lagi. Proses penanganan orangutan remaja semi liar ini adalah dengan cara bius dengan tulup atau dengan tembak bius.

Seperti proses pemindahan orangutan dari pulau pra-pelepasliaran menuju kandang karantina yang cukup rumit karena persentase orangutan gagal terbius cukup tinggi. Cadangan drat (selongsong peluru bius) yang COP Borneo miliki sudah sangat menipis.

Kami sangat senang jika ada yang berkenan, donasi untuk alat ini. Kamisangat memerlukan dart dalam jumlah cukup untuk saat ini. Email kami di info@orangutanprotection.com

DEBBIE’S CAGE FLOOR FIXED

Debbie is a smart adult female orangutan. Her fad was using branches to ruin the cage floor on Block 1 in orangutan rehabilitation center at COP Borneo. Initially there was a rift on the floor because it’s had been aged for more than two years and the condition of the soil was eroded by water. This makes cleaning effort not at the maximal.

In the meantime, fixing the floor not an easy task, as Debbie became more nosy as we worked on it. Our equipment is taken by her, how to quickly fix finishing the cage floor ? Not only that, Debbie also pelted us with the remaining small branches she made for the nest. Until finally, one of us invited her to play and communicate to distract her.

Nothing new about Debbie’s mischief. How many time have the hose to clean the cage become her victim. Pulling the animal keeper who was on duty was often done by her. Every animal keeper always keep their distance, because Debbie’s power is very strong. Even the keeper had to take off his shirt when he was pulled by Debbie.

Yes, Debbie, we know, you want to get out of the quarantine cage. Free to move wherever you like. Maybe your support can help Debbie. Contact us at info@orangutanprotection.com for your help to get to Debbie. (Dhea_Orangufriends)

LANTAI KANDANG DEBBIE DIPERBAIKI

Debbie adalah orangutan betina dewasa yang pintar. Keisengannya menggunakan rating kayu hingga merusak lantai kandang blok 1 pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Awalnya memang terjadi keretakan pada lantai karena usia yang sudah lebih dari dua tahun dan kondisi tanah yang tergerus air. Ini membuat pembersihan kandang menjadi tidak maksimal.

Sementara itu, untuk memperbaiki lantai bukanlah hal yang mudah, karena Debbie menjadi lebih usil saat kami bekerja memperbaiki lantai. Peralatan kami direbut, bagaimana bisa menyelesaikan perbaikan lantai kandang dengan cepat? Tak hanya itu, Debbie juga melempari kami dengan ranting-ranting kecil sisa dia membuat sarang. Sampai akhirnya, salah satu dari kami mengajaknya bermain dan berkomunikasi untuk mengalihkan perhatiannya.

Bukan hal baru lagi tentang kejahilan Debbie. Selang untuk membersihkan kandang, entah sudah berapa kali menjadi korban. Menarik animal keeper yang sedang bertugas pun sering dilakukannya. Setiap animal keeper selalu menjaga jarak padanya, karena tenaga Debbie yang sangat kuat sekali. Bahkan animal keeper sampai harus melepaskan bajunya saat ditarik Debbie.

Ya Debbie, kami tahu, kamu pasti ingin lepas dari kandang karantina. Bebas bergerak kemana pun kamu suka. Mungkin dukunganmu bisa membantu Debbie. Hubungi info@orangutanprotection.com agar bantuanmu sampai pada Debbie.

APE DEFENDER MASUK DESA

“Ada dua pasien dilaporkan sakit. Kasus penyakitnya gatal sepertinya penyakit kulit.”, begitu laporan sampai ke pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo yang bersebelahan dengan desa Merasa, Kalimantan Timur. Kebetulan sekali, dokter hewan di COP Borneo punya program sosial untuk hewan peliharaan dan ternak secara berkala untuk desa terdekat. Pertengahan Juni 2017, sesuai jadwal kosong, drh. Rian Winardi lengkap dengan peralatan dan obat-obatan mendatangi desa yang berjarak 15 km dari pusat rehabilitasi tersebut. 

Usai pemeriksaan, Rian melanjutkannya dengan tindakan injeksi dan pemberian salep. Ternyata kunjungan ke desa ini tak hanya karena ada laporan hewan yang sakit, tetapi merupakan kegiatan terjadwal tim medis satu kali dalam seminggu pada setiap hari Sabtu. Setiap pasien juga memiliki kartu periksa untuk kontrol kesehatan minggu berikutnya. 

“Pantas saja anjing-anjing langsung berkumpul saat drh. Rian menghampiri mereka. Ternyata pemberian makanan tambahan dan vitamin juga membuat merek bertambah nyaman.”, ujar Daniek Hendarto. (NIK)

MIMPI ANAK PUNK UNTUK ORANGUTAN

Dia adalah Inoy, staf COP Borneo. Inoy bukanlah orang baru di COP karena sejak 2010, dia adalah salah satu relawan awal yang ikut membesarkan APE Warrior di Yogyakarta. Edukasi, penanganan bencana, kampanye hingga penyelamatan orangutan yang dipelihara secara ilegal pernah dikerjakannya secara sukarela di APE Warrior. Inoy juga seorang musisi beraliran punk yang tergabung di band Miskin Porno. Komunitas punk telah membesarkan seorang Inoy dan mengenalkannya pada dunia perlindungan satwa liar.

Sejak Januari 2017, Inoy memulai karirnya menjadi animal keeper di pusat rehabilitasi orangutan yang dikelola Centre for Orangutan Protection di Kalimantan Timur. Enam bulan ini, membersihkan kandang, memberi makan dan sekolah hutan menjadi awal masa belajar bekerja di COP Borneo.

“Awal kecintaan saya untuk orangutan adalah ketika menjadi relawan COP. Saya bertemu teman-teman yang punya dedikasi tinggi untuk satwa liar.”, ujar Inoy. Kecintaan dia terhadap dunia perlindungan satwa merambah ke dunia musik yang dia cintai. Membuat lagu tentang lingkungan dan satwa liar serta kampanye perlindungan satwa liar, dia lakukan bersama bandnya saat tampil di panggung. Saat ini, dia meninggalkan segala kesenangannya, menuju hal yang lebih membahagiakan dirinya, terjun langsung menyelamatkan satwa liar.

Pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo berada jauh dari keramaian. Sinyal telekomunikasi di dapat setelah bergeser sekitar 5 km. Update status di facebook dan media sosial lainnya sangat sulit. “Saya menikmati proses ini untuk belajar dan berguru termasuk dari masyarakat lokal di sekitar pusat rehabilitasi COP Borneo. Saya punya mimpi sederhana untuk membantu orangutan-orangutan di sini. Kelak, orangutan-orangutan di sini bisa pulang kembali ke hutan dengan kemampuan saya yang terbatas ini. Tapi saya optimis mimpi ini akan berjalan jika ada kerja keras dari saya dan tim di sini tentunya.”, semangat Inoy.

Kalau kamu? (NIK)

THE GREEDY BONTI

There is one baby orangutan at the COP Borneo orangutan rehabilitation center who eats the most and likes to take other orangutan food. He is Bonti. This information is not only according to orangutan nurses but also from veterinarians and COP Borneo manager who study orangutan behavior at the COP Borneo.

All fruits prepared by the animal keeper are always eaten until finished by Bonti. Additional food was soon consumed by him. “Bonti will soon finish the milk and … rob the rest of the milk belonging to the others”, said drh. Rian Winardi. “Even Pingpong, who is older than Bonti, also had to give up his milk to the greedy Bonti” added Rian.

Could it be that Bonti became the dominant orangutan later? “It’s too early to conclude that,” said Reza. “This is still an orangutan baby delinquency stage. Physical and behavioral development will continue to be monitored. This will be a note to move to a higher level.”

COP Borneo is an orangutan rehabilitation center established and run by the best Indonesian. Give your best support for the orangutan conservation and their habitat through Center for Orangutan Protection. (IND)

BONTI SI RAKUS
Ada satu bayi orangutan di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo yang paling banyak makan dan suka merebut makanan orangutan lainnya. Dia adalah Bonti. Informasi ini tak hanya menurut para perawat orangutan, tapi dari dokter hewan dan manajer COP Borneo yang mempelajari tingkah laku orangutan di COP Borneo.

Semua buah yang dipersiapkan animal keeper selalu dimakan sampai habis oleh Bonti. Makanan tambahan pun segera habis olehnya. “Bonti akan segera menghabiskan susunya dan… merampok jatah susu milik yang lainnya.”, ujar drh. Rian Winardi. “Bahkan Pingpong yang berumur lebih tua darinya, juga dirampas susu jatahnya.”, tambah Rian.

Mungkinkah Bonti menjadi orangutan dominan nantinya? “Masih terlalu dini menyimpulkan itu.”, ujar Reza. Ini masih tahap kenakalan bayi orangutan. Perkembangan fisik dan tingkah laku akan terus dipantau. Ini akan menjadi catatan untuk pindah ketingkat yang lebih tinggi lagi.

COP Borneo adalah pusat rehabilitasi orangutan yang didirikan dan dijalankan oleh putra putri terbaik Indonesia. Berikan dukungan terbaikmu untuk kelestarian orangutan dan habitatnya lewat Centre for Orangutan Protection.

POPI, ORANGUTAN PALING KECIL DI COP BORNEO

Popi namanya. Dia adalah orangutan paling muda di COP Borneo. Popi masih tinggal di klinik dan kandang karantina pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo, terpisah dengan bayi orangutan lainnya. Pemisahan ini agar Popi mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

Wety dan drh. Rian Winardi adalah orang yang selalu mengontrol kondisi Popi setiap saat. Kontrol pakan, kebersihan kandang, susu dan kebutuhan lainnya dikerjakan secara intensif oleh mereka berdua.

Sesekali, Popi dibawa ke sekolah hutan dan belajar bersama Owi, Bonti dan Happi di program sekolah hutan. Prestasi terbaik Popi ada pada tanggal 10 Juni 2017. Dimana Popi memanjat pohon sampai pada ketinggian 25-30 meter. Popi memanjat pohon dengan memanfaatkan akar dan ranting kecil yang menempel di pohon.

Popi juga sempat terpantau meminum air hujan yang terjebak di lubang pohon dan sesekali mengambil daun untuk dimakan. “Sebelumnya Popi kalau sekolah hutan, memanjat pohon namun tidak terlalu tinggi. Kalau memanjat pun, dia tidak berani turun, hingga para animal keeeper terpaksa memanjat pohon tersebut dan menggendongnya turun. Hari ini, Popi luar biasa. Dia memanjat pohon yang tinggi dan turun sendiri, tanpa bantuan siapa pun.”, ujar Wety Rupiana, baby sister Popi dengan haru. (NIK)

SELAMAT BERGABUNG DI COP BORNEO, RIAN

Empat tahun lamanya Rian membantu kegiatan COP sebagai orangufriends (relawan orangutan). Dari pulau Dewata, Rian melakukan aksi tunggal menolak kekejaman perkebunan kelapa sawit pada orangutan Indonesia. Edukasi ke sekolah-sekolah di pulau Bali pun dia lakukan. Berlatar belakang pendidikan kedokteran hewan Udayana, drh. Rian Winardi akhirnya bergabung di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo sejak April 2017.

Kesehatan orangutan di pusat rehabilitasi ini akan menjadi fokus Rian. Pemberian nutrisi dan tambahan susu formula untuk bayi orangutan dengan pemeriksaan berkala akan memantau tumbuh kembang orangutan Bonti, Owi, Happi dan Popi.

Pada kesempatan ini, Popi dipasang microchip, sebagai tanda pengenalnya. Ya, ini adalah pengalaman pertamanya. Banyak hal dari teori yang tidak pernah dipraktekkan di lapangan. Tapi lebih banyak lagi ilmu yang bertebaran tanpa teorinya.

“Ini adalah tantangan besar buat saya. Melepasliarkan kembali orangutan yang saat ini berada di COP Borneo adalah mimpi saya.”, ujar Rian dengan semangat. Tahun 2017 adalah tahun kebebasan untuk orangutan-orangutan COP Borneo yang sudah siap dilepasliarkan. Dalam waktu dekat ini ada dua orangutan yang akan kembali ke habitatnya. Dukungan anda semua sangat kami butuhkan. Hubungi email COP di info@orangutanprotection.com

 

 

 

 


Terimakasih para pendukung, donatur dan adopter orangutan COP Borneo.

ENRICHMENT PAKAN GANTUNG

Hujan deras mengguyur pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Sekolah hutan gagal dilaksanakan lagi. “Padahal tadi pagi cerah.”, ujar Jefri, animal keeper yang hari ini bertugas.

Cuaca cepat sekali berubah, pagi cerah, dua jam kemudian mendadak mendung dan hujan deras. Kilat dan suara petir membuat orangutan yang seharusnya berada di sekolah hutan ketakutan.

Tak habis ide untuk membunuh kejenuhan. Pakan orangutan yang seharusnya diletakkan di atas pohon pada saat sekolah hutan, dimodifikasi oleh Danel, animal keeper yang seharusnya memanjat pohon saat sekolah hutan. “Bayi orangutan ini harus sering-sering memanjat, walaupun di dalam kandang. Mereka tak boleh malas, dan makan begitu saja.”, pikir Danel.

Orangutan adalah satwa aboreal. Hampir sepanjang waktu, orangutan beraktivitas di atas pohon. Mulai dari bermain, istirahat, makan maupun minum tetap di atas pohon. Orangutan akan memanfaatkan semua yang berada di pohon untuk kelangsungan hidupnya.

Jadilah enrichment pakan gantung. Kuaci yang merupakan salah satu pengalih stres dan juga mengandung antioksidan ini dibungkus daun dan diikat akar gantung. Sedikit madu untuk menguatkan aroma menjadikan pakan kali ini lebih istimewa. Tidak hanya itu, pakan ini digantung di atas kandang. “Ayo Owi, Bonti, Happi… naik!”, teriak Jefri.

MARI MENGENAL DEBBIE

Saat ini, Debbie lebih dikenal dengan si nakal nan licik. Debbie adalah orangutan betina yang berada di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo, Kalimantan Timur. Pertengahan April 2015, Debbie dipindahkan dari Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS). Saat di KRUS, Debbie ditempatkan satu kandang dengan orangutan jantan dewasa lainnya yang bernama Ambon. Dalam kesehariannya, Debbie terlihat tertekan dengan kehadiran Ambon. Luka gigitan dan memar terlihat di tubuh Debbie. Sejak pindah ke COP Borneo, Debbie sudah berbeda kandang dengan Ambon.

Akhir-akhir ini sifat agresif Debbie muncul. Kandang karantina mungkin menjadi penghalang untuknya berekspresi. Saat animal keeper memberi makanan atau membersihkan kandang, mereka harus ekstra hati-hati. “Menjaga jarak aman itu harus, kalau tidak, Debbie akan menarik bagian tubuh atau pakaian kita.” kata Ubang. “Selang air entah sudah berapa kali diambil Debbie. Tenaganya kuat dan selalu memenangkan perebutan tarik menarik selang. Jangan biarkan apapun dalam jangkauan tangannya.”, tambah Ubang.

Debbie mungkin harus menghabiskan sisa hidupnya di kandang. Untuk itulah kami membuthkan bantuan anda semua untuk membantu kami merawatnya. Kirimkan bantuanmu ke email info@orangutanprotection.com Kami mengharapkan Debbie pun memiliki kesempatan keduanya untuk hidup lebih baik lagi.

MEMO NEEDS YOUR HELP

Memo was found on January 5, 2011 in a wooden cage. Memo also befriends with a long-tailed monkey. Every afternoon, the resident who illegally kept her took Memo to ride a motorcycle. Finally, in March 2011, Memo was rescued and taken to the Mulawarman University Botanical Garden Samarinda, East Kalimantan to be treated with assistance from Center for Orangutan Protection.

Like other orangutans entering the KRUS, COP conducted a health check. At that time, the results of laboratory tests stated that Memo had hepatitis B. We made an enclosure, a cage without a barrier. The hard work of orangufriends (orangutan support groups) and funding from Orangutan Appeal finally succeeded to give Memo freedom although in an enclosure version.

Until finally the COP had to move to Berau, to the north of East Kalimantan. Memo was forced to enter the quarantine cage. Because until now, COP Borneo has not yet built an enclosure for orangutans that are not likely to be released back into the forest. COP Borneo is running with funding support from With Compassion and Soul. You can also help Memo. Contact our email, info@orangutanprotection.com for more information.

MEMO BUTUH BANTUANMU
Memo adalah orangutan yang sangat aktif. Ada kebiasaannya yang cukup unik, yaitu menepuk tangan. Memo adalah orangutan betina berusia 18 tahun. Masuk Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo yang berada di Labanan pada 11 April 2015. Di COP Borneo, Memo hampir tidak pernah berjumpa dengan manusia, selain animal keeper yang bertugas membersihkan kandang dan memberikan makanannya. Sangat disayangkan… Memo adalah orangutan yang akan menghabiskan hidupnya dalam kandang karantina.

Bertemu Memo pada 5 Januari 2011 dalam kandang kayu. Memo juga berteman dengan seekor monyet ekor panjang. Setiap sore, pemeliharanya mengajaknya naik sepeda motor. Akhirnya, Maret 2011, Memo diselamatkan dan dibawa ke Kebun Raya Universitas Mulawarman Samarinda, Kalimantan Timur untuk dirawat dengan bantuan dari Centre for Orangutan Protection.

Seperti orangutan lainnya yang masuk ke KRUS, COP melakukan pemeriksaan kesehatan. Pada saat itu, hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan, Memo menderita hepatitis B. Kami pun membuatkannya enclosure, sebuah kandang tanpa penghalang. Kerja keras para orangufriends (kelompok pendukung orangutan) dan bantuan dana dari Orangutan Appeal akhirnya Memo berhasil merasakan kebebasan versi enclosure.

Sampai akhirnya COP harus pindah ke Berau, ke utaranya Kalimantan Timur. Memo pun terpaksa masuk kandang karantina. Karena hingga saat ini, COP Borneo belum membangun enclosure untuk orangutan-orangutan yang tidak mungkin dilepasliarkan kembali ke hutan. COP Borneo berjalan dengan dukungan pendanaan dari With Compassion and Soul. Kamu pun bisa membantu Memo. Hubungi email kami, info@orangutanprotection.com untuk informasi lebih lanjut.