GEMPA MAMUJU: HOME FEEDING

Agak susah menjelaskan bagaimana home feeding ini. Sederhananya, kami memberi makan kucing-kucing dan anjing yang tertinggal di rumah-rumah. Terutama yang berada di perumahan. Satu komplek perumahan, kami bisa menemukan antara sepuluh hingga 20 kucing. Mereka berkeliaran mencari makan di bak sampah.

Gempa yang mengguncang Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat yang terjadi sebelum subuh 6,2 SR pada Jumat, 15 Januari membuat warga panik dan trauma berada di dalam rumah. Gempa tidak hanya sekali tapi juga disambung dengan gempa susulan yang terjadi hampir tiap hari hingga beberapa hari. Akhirnya masyarakat Mamuju yang didominasi oleh warga pendatang dari kota lain di Sulawesi memilih ‘mudik’. Segera pergi menjauhi kota Mamuju.

Karena tergesa-gesa meninggalkan rumah akhirnya lupa dengan hewan peliharaan. Ada yang masih di dalam kandang, ada yang terjebak dalam rumah karena pemiliknya lupa membuka satu celah untuk kucing bisa keluar rumah. Tapi ada juga yang sempat membuka sedikit jendela agar kucingnya bisa keluar dan masuk.

Akhirnya, nomor kontak Posko Kesehatan Hewan yang dibangun oleh PDHI Sulawesi Selatan dan Barat di Mamuju banyak mendapatkan laporan oleh pemiliknya diminta untuk diperiksakan rumahnya. Apakah hewan kesayangan mereka yang berkaki empatnya aman-aman saja.

Tim relawan yang salah satunya dari Centre for Orangutan Protection melakukan pencarian rumah-rumah tersebut. Sesampainya di depan rumah, biasanya langsung melakukan video call whatsapp ke pemiliknya. Menjelaskan bahwa tim sudah berada di depan rumah. Dengan video call tersebut memberikan rasa aman kepada tim bahwa tim relawan satwa datang untuk memeriksa dan menghindari kecurigaan masyarakat sekitar.

Dengan dipandu pemilik rumah yang berada di luar kota Mamuju, video call terus berjalan dan tim relawan terus memanggil kucingnya. Melalui celah jendela yang terbuka tim memperlihatkan kondisi dalam rumah. Kemudian tiba-tiba satu kucing muncul di balik kursi. Sang pemilik kucing yang jauh di luar kota histeris mengucapkan syukur bahwa kucingnya masih hidup dan sehat. Tim relawan satwa kemudian memberikan makanan kering yang bisa untuk dua hari dan menuangkan air minum di teras.

Inilah salah satu jawaban dari banyak pertanyaan kenapa diperlukan posko kesehatan hewan di pasca bencana. Karena setiap nyawa berharga. (DAN)

PERKEMBANGAN TIM MERAPI DI AKHIR JANUARI 2021

Hari Minggu tanggal 24 Januari akan dilakukan pemulangan ternak sapi masyarakat ke dusun Kalitengah Lor, Cangkringan, kabupaten Sleman, DI. Yogyakarta. Pemulangan dilakukan mengacu pada laporan BPPTKG yang menyatakan penurunan aktivitas Merapi dan berubahnya potensi bahaya luncuran lava pijar yang mengarah ke sektor Barat daya-Selatan, tepatnya melalui jalur hulu sungai Krasak.

Tim APE Warrior memantau pemulangan ternak karena status gunung Merapi yang masih di level III atau Siaga. Tim berencana untuk membantu teknis pembersihan shelter Banjarsari pada 25-26 Januari. “Kami berharap ini adalah keputusan yang tepat dan terbaik untuk peternak dan ternaknya. Kami berusaha untuk lakukan yang terbaik yang kami bisa,” ujar Satria Wardhana, kapten APE Warrior COP.

Pemantauan aktivitas vulkani Gunung Merapi akan tetap dilakukan. Selama seminggu kedepan , tim Animal Rescue akan melakukan feeding street untuk hewan peliharaan seperti kucing dan anjing di sekitaran Gunung Merapi. Tim juga melakukan assessment singkat daerah yang kemungkinan akan terdampak dengan berpindahnya arah potensi bahaya luncuran lava pijar. (SAT)

LANGGAR ZONA MERAH DEMI TANGGUNG JAWAB

Zona merah, 5 km dari kawah Gunung Merapi diminta untuk mengungsi, tak hanya manusia, hewan peliharaan juga. Ternak sapi sudah diamankan tapi mengarit rumput tetap di kawasan zona merah karena rumputnya lebih baik. Begitulah tanggung jawab sebagai peternak dan kepala keluarga, masuk zona merah pun dilakukan. Modalnya cuman handy talkie alias HT. Dari HT inilah masyarakat lereng Gunung Merapi bisa mengetahui aktivitas Merapi, mulai dari kegempaan sampai letusan.

Seminggu di awal tahun 2021, aktivitas Gunung Merapi semakin meningkat tajam. Bahkan dua hari terakhir terlihat lava pijar keluar dari bibir kawah. Hujan yang turun semakin membuat kawatir lahar dingin yang akan mengisi aliran lahar. Pagi ini baru saja awan panas (wedhus gembel) meluncur. HT pun menjerit-jerit dengan nada terputus-putus. Guguran yang cukup panjang. Tim APE Warrior mempercepat gerakannya. Keselamatan adalah yang utama.

Tim APE Warrior bersama Orangufriends (relawan satwa) sudah dua bulan ini membantu para peternak untuk mengangkut pakan hijau ke tempat pengungsian. Jarak 5-7 km dengan dua ikat pakan hijau cukup berbahaya jika dibawa dengan sepeda motor. Belum lagi harus naik-turun karena dua ikat tadi hanya cukup untuk dua sapi, sementara peternak tersebut memiliki 5 sapi.

Inilah tanggung jawab dan tugas sebagai laki-laki yang bisa dilihat dari motor yang terparkir di shelter Banjarsari, Yogyakarta. Ada HT sebagai standar, tali ban bekas untuk mengikat rumput. “Kami, tim APE Warrior yang telah turun sejak Gunung Merapi meletus di tahun 2010 berusaha menyelamatkan satwa yang membutuhkan. Sedikit meringankan beban peternak karena berada di pengungsian bukanlah hal yang mudah. Ternak adalah harapan, kehidupan yang tidak terpisahkan dari peternak. Setiap nyawa sangat berarti.”, ujar Satria Wardhana, kapten APE Warrior di sela-sela mengangkat pakan hijau ke atas mobil pikap. (DAN)

MERAIH IMPIAN UCOKWATI UNTUK KEMBALI KE RUMAHNYA

Berteman satu lutung jawa yang terikat di lantai dengan tali pendek di perutnya, itulah pertemuan COP pertama kali bersama orangutan yang bernama Ucokwati. Ramadhani, senior staf Centre for Orangutan Protection membawa kenangan orangutan Ucokwati dan Joko kembali. Juni 2011 bertempat di Taman Rekreasi Pabelan Kartasura atau lebih dikenal dengan Kolam Renang Rominsy, tim APE Warrior mendokumentasikan perawatan sangat tidak layak pada kedua orangutan tersebut. Tak hanya itu, kandang tanpa atap dan pemberian makanan yang berupa nasi dicampur dengan kecap manis pun menjadi sorotan tim ini. Empat bulan kemudian, akhirnya keduanya diselamatkan dan dititipkan ke Wildlife Rescue Centre (WRC) Jogja.

Dua tahun kemudian, lahirlah orangutan bernama Mungil. Ucokwati membesarkan Mungil dengan baik. Mungil yang kini berusia 7 tahunan semakin sulit untuk terus berada di WRC Jogja. Seperti anak orangutan di usia 7-8 tahun lainnya, disaat memulai kehidupan mandiri, Mungil menunjukkan kebiasaan baik nya, lebih banyak menghabiskan waktunya di atas, bergelantungan dan makan sambil memanjat.

“COP berusaha memberikan kesempatan kedua untuk orangutan kembali ke habitatnya. Syukurlah BKSDA Yogyakarta juga berpendapat sama dan menyetujui memindahkan orangutan Ucokwati dan Mungil ke Pusat Rehabilitasi Orangutan yang dikelolah COP di Berau, Kalimantan Timur. Minggu depan bersama tim YKAY (Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta) akan melakukan pemeriksaan medis secara menyeluruh. Semoga dapat berjalan dengan lancar dan hasilnya baik.”, jelas Daniek Hendarti, direktur COP.

Orangutan adalah satwa endemik kebanggan Indonesia. Keberadaannya di alam terancam alih fungsi hutan, perburuan dan perdagangan. Entah bagaimana Ucokwati maupun Joko sampai berada di tempat rekreasi. Setidaknya Ucokwati bersama anaknya masih memiliki harapan untuk kembali ke alam untuk menjalani perannya di tempat semestinya. Terimakasih International Fund Animal Welfare (IFAW) yang telah mendukung proses ini. Mimpi hanya akan jadi bunga tidur saja jika tidak ada usaha untuk mewujudkannya. (DAN)

HT ANDALAN RELAWAN SATWA

Dusun Kalitengah Lor berjarak sekitar 4,48 kilometer dari puncak kawah Gunung Merapi. Dengan ditingkatkannya status Merapi dari Level 2 (Waspada) ke Level 3 (Siaga), Pemerintah Kabupaten Sleman melalui SK Bupati menginstruksikan evakuasi terhadap kelompok rentan (manula dan bayi) beserta hewan ternak milik warga yang berada dalam radius 5 km dari kawah Gunung Merapi.

Sudah enam minggu Tim APE Warrior turut membantu distribusi pakan ternak. Pada awalnya, para warga pemilik ternak mengumpulkan pakan hijauan di satu titik yaitu Bukit Klangon. Tim APE Warrior mengangkut pakan hijauan yang dikumpulkan warga di Bukit Klangon ke lokasi-lokasi pengungsian ternak.

Pakan hijauan yang dikumpulkan pemilik ternak tidaklah sedikit. Hasil merumput setiap pagi digunakan untuk dua kali makan sapi dalam sehari. Dengan mempertimbangkan jarak dan beban yang harus ditempuh warga jika harus naik ke Bukit Klangon, titik penjemputan pakan hijauan diperbanyak di beberapa area Dusun Kalitengah Lor. Setiap hari Tim APE Warrior mengelilingi Dusun Kalitengah Lor untuk mengangkut rumput.

Mengingat Merapi sedang dalam status Siaga, relawan satwa yang naik ke Kalitengah Lor harus tetap waspada akan bahaya sewaktu-waktu adanya erupsi atau gempa. Dalam bekerja, tim APE Warrior bersama relawan satwa yang naik ke Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Merapi dibekali dengan handy talky (HT) yang terhubung langsung dengan frekuensi pemantauan Gunung Merapi milik Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Sinyal Merapi ini berbunyi satu nada yang datar dan landai untuk kondisi normal. Apabila ada perubahan suara yang menandakan peningkatan aktivitas gunung, tim APE Warrior diharuskan lebih waspada dan sebisa mungkin menjauhi Kawasan Rawan Bencana. (Inez_Orangufriends)

DITO, SUPIR ANGKUT RUMPUT DARI RUSIA

Selama tanggap bencana Siaga Merapi 2020, tim APE Warrior dari Centre for Orangutan Protection turut menolong satwa terdampak bencana. Bersama dengan para relawannya, tim APE Warrior membantu distribusi pakan ternak hijau setiap hari dan tambahan konsetrat serta mineral untuk ternak sapi.

Relawan satwa yang membantu APE Warrior berasal dari beragam latar belakang usia dan pekerjaan. Beberapa di antara para relawan merupakan mahasiswa aktif dari berbagai jurusan. Salah seorang relawan, Achmad Anandito Haryo Prastoro (22) atau akrab dipanggil Dito sedang berkuliah jurursan arsitektur di Rusia dan saat ini pulang kampung ke Yogya. Ia mengaku bergabung sebagai relawan satwa untuk mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang bermanfaat.

Dito sudah bergabung sebagai relawan satwa selama hampir sebulan. Selama bergabung, ia membantu mengangkut rumput untuk ternak, terutama posisi supir. DIto juga membangun shelter untuk pengungsian anjing, kucing dan berbagai kegiatan lain yang menjadi pekerjaan APE Warrior. Menurut Dito, hewan sering kali diabaikan dalam kondisi bencana. “Manusia kan sudah jelas banyak dibantu lembaga yang lebih ahli dalam bidangnya. Nah yang peduli dengan hewan atau ternak itu jarang”, ungkapnya.

“Secara tidak langsung, kan kegiatan ini juga bermanfaat buat masyarakat atau peternak. Kalau harus ngangkut sendiri pasti berat buat warga karena banyak yang tidak punya kendaraan dan jaraknya jauh. Jadi lumayanlah kegiatan ini bisa meringankan beban peternak sapi”, Dito menambahkan. Selain bermanfaat bagi masyarakat menurut Dito dengan bergabung dalam kegiatan ini, ia juga mendapat manfaat tersendiri. “Dari gabung di sini aku jadi dapat relasi baru, teman-teman baru, pengalaman baru, tambah happy dan tambah sehat juga pastinya”, paparnya. (Inez_Orangufriends)

WARGA DUSUN KALITENGAH LOR CEMAS AKAN TERNAKNYA

Jam menunjukkan pukul 11.00 WIB. Tim APE Warrior baru saja selesai mengangkut rumput dari Dusun Kalitengah Lor ke lokasi pengungsian ternak di Lapangan Banjarsari. Beberapa warga sudah menunggu di depan kandang ternak. Setelah menurunkan pakan dari mobil pikap, para relawan Satwa beristirahat di pos sembari mengobrol dengan warga setempat.

“Yang ini namanya rumput pebe, yang ini namanya rumput kepyuran, ada juga rumput kalanjana, macam-macam mbak. Tapi seringnya yang mbak bantu angkat itu rumput pebe”, kata Bu Narti. Bu Narti adalah pemilik dua ekor sapi di shelter ternak Banjarsari. Ia bercerita bahwa salah satu sapinya baru saja melahirkan, namun anak sapi yang baru lahir tersebut tidak tertolong karena induknya mengalami kelainan pinggul sempit, sehingga jalan lahirnya harus dipotong.

Bu Narti mengatakan masih ada ternak yang belum diungsikan ke shelter ternak karena beberapa warga masih diperbolehkan tinggal di rumahnya. “Kalau yang diungsikan ke sini itu biasanya yang dulu punya pengalaman kena dampak letusan Gunung Merapi 2010. Saya juga mengalami. Jadi kalau disuruh mengungsi, ya lebih baik mengungsi”, jelasnya diantara suara lenguhan sapi.

Bu Narti sendiri sudah memelihara sapi sejak lama. namun, sapi-sapinya tidak pernah dijual karena menurutnya akan rugi kalau tidak sedang benar-benar butuh uang. Dari obrolan bersama Bu Narti, terlihat bahwa beternak sapi merupakan bagian penting dari kehidupan warga disekitar lereng Gunung Merapi. Beberapa warga mengaku akan tetap menitipkan hewan ternaknya di lokasi pengungsian ternak selama mendapatkan bantuan dari Pemerintah dan relawan dalam hal pengangkutan pakan setiap harinya. (Inez_Orangufriends)

ANJING-ANJING TERLANTAR DITINGGAL WARGA MENGUNGSI

Hari ini Kamis, 10 Desember 2020, pukul 07.45 WIB dua mobil Centre for Orangutan Protection berangkat meninggalkan camp APE Warrior untuk menjemput pakan ternak yang sudah dikumpulkan oleh para peternak. Ada sekitar lima titik penjemputan di Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo. Perjalanan ditempuh sekitar 26 km, terus ke utara menuju kaki Gunung Merapi. Seperti biasa, tim APE Warrior membantu menaikkan pakan hijauan ke atas mobil pikap dan diantarkan ke lokasi pengungsian ternak. Selepas mengantar rumput ke lokasi pengungsian ternak, tim kembali mendatangi ke lima titik penjemputan hingga semua pakan hijauan selesai diangkut.

Setelah selesai mengangkut pakan ternak, tim APE Warrior berhenti di Posko Relawan Tim Kesehatan Hewan milik Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman. Tim beristirahat sejenak dan berbicang dengan ibu Eci, ketua posko, mengenai perkembangan terkini dari hewan ternak di lokasi pengungsian. Dengan membawa makanan anjing, tim kemudian melanjutkan perjalanan memutari Dusun Petung dan Turgo untuk melakukan feeding (pemberian makan) kepada anjing-anjing yang berkeliaran.

Selama feeding hari ini, terdapat tiga lokasi di mana Tim APE Warrior menemukan anjing liar yang perlu diberi makan. Bahkan, Tim APE Warrior menjumpai lima ekor anak anjing di salah satu titik. Selama Gunung Merapi dalam status Siaga dan warga diharuskan mengungsi akan banyak hewan-hewan yang terlantar. Untuk sementara, Tim APE Warrior berusaha untuk menjaga kesehatan dan keamanan hewan-hewan terlantar ini dengan melakukan kunjungan harian ke desa-desa yang sudah ditinggalkan warganya untuk memberi makan hewan-hewan tersebut. Nantinya, tempat singgah hewan sementara (temporary pet shelter) yang sedang dibangun oleh TIM APE Warrior akan menjadi tempat pemeliharaan hewan peliharaan yang terlantar karena ditinggal warga yang mengungsi. (Inez_Orangufriends)

SINGLAR DAN BANJARSARI, TEMPAT PENGUNGSIAN SAPI DI DESA GELAGAHARJO

Selama masa tanggap darurat bencana Gunung Merapi, terdapat dua titik pengungsian besar untuk ternak di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Selaman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kedua lokasi pengungsian ternak (shelter ternak) tersebut yaitu shelter ternak Singlar dan shelter ternak Banjarsari.

Shelter ternak Singlar didominasi oleh sapi perah. Hal ini dikarenakan shelter Singlar memiliki kebersihan yang baik. Kebersihan penting diperhatikan karena dalam kegiatan pemeliharaan sapi baik sapi, kandang maupun badan pemerah harus dalam keadaan bersih. Shelter singlar memiliki sumber air yang melimpah dari alam, sanitasi yang bagus dan pengelolaan kotoran sapi yang baik. Di shelter ini, kotoran sapi diambil oleh teman-teman koperasi untuk dijadikan pupuk kompos.

Pada awalnya, shelter Singlar dibagun atas evaluasi erupsi Gunung Merapi tahun 2010. Sapi-sapi yang ditinggal pemiliknya tidak pernah diperah hingga mengalami radang ambing. Ambing (kantong susu) sapi perah yang tidak diperah dalam kurun beberapa hari bisa mengalami radang sehingga tidak bisa memproduksi susu. Lebih lanjut lagi, sapi yang mengalami radang bisa sakit, kemudian mati. Oleh karena itu, selama bencana para peternak sapi perah perlu rutin memerah sapinya agar tidak sakit. Shelter Singlar dibuat untuk menampung sapi perah selama masa tanggap darurat bencana.

Berbeda dari shelter ternak Singlar, shelter ternak Banjarsari didominasi oleh sapi potong. Shelter Banjarsari tidak hanya terdiri pengungsian ternak, tetapi juga pengungsian manusia. Karena difokuskan untuk manusia, maka kandang ternak di Shelter Banjarsari hanya beratap seng, bertiang bambu dan beralaskan tanah lapangan. KOndisi ini tidak mendukung untuk melakukan pemerahan sapi perah, sehingga lebih digunakan untuk memelihara sapi potong.

Meskipun kondisi kedua shelter tadi berbeda, keduanya memiliki peran masing-masing dalam pengungsian ternak pada masa tanggap darurat Gunung Merapi. Tim APE Warrior beranggapan bahwa baik sapi perah maupun sapi potong merupakan bagian penting dari kehidupan warga di Glagaharjo, sehingga sama-sama harus menjadi perhatian. Memasuki minggu keempat tanggap bencana Siaga Merapi 2020, tim APE Warrior membantu pakan hijau dan tambahan konsentrat dan mineral untuk ternak. (Inez_relawan satwa)

PUSAT PERLINDUNGAN ORANGUTAN BANTU SATWA BENCANA ALAM

Organisasi orangutan kok bantu sapi, anjing, kucing dan lainnya? Nyinyiran itu selalu datang kalo bencana datang. Nama lembaga kami, Pusat Perlindungan Orangutan atau lebih sering disebut Centre for Orangutan Protection (COP) memang memiliki tim khusus bantuan satwa bencana. Tim ini bernama APE Warrior yang sudah bekerja sejak tahun 2010 membantu satwa yang terdampak bencana alam.

Tahun 2010 tepat saat Gunung Merapi erupsi besar, tim ini menyelamatkan satwa yang membutuhkan pertolongan seperti ternak dan hewan peliharaan yang ditinggal pemiliknya mengungsi. Erupsi Gunung Agung, Gunung Sinabung, Gunung Kelud, gempa Aceh, tsunami Banten bahkan likuifaksi dan tsunami Palu, tim ini dengan cepat memberi bantuan. Tim ini di dukung penuh para relawan orangutan yang tergabung di Orangufriends baik secara fisik maupun finansial.

Apa saja yang dikerjakan APE Warrior? Setiap nyawa sangat berarti! Penyelamatan satwa yang terkurung tanpa pakan maupun minum yang cukup, ada yang dibawa ke pengungsian satwa, ada juga pemberian pakan dan minum di tempat, pengecekkan kesehatan satwa, apakah ada yang membutuhkan perlakuan khusus seperti operasi. APE Warrior membangun tempat penampungan sementara yang sering disebut shelter. “Karena jamak terjadi ketika bencana terjadi di Indonesia bantuan pertolongan manusia adalah utama. Kekosongan bantuan satwa bencana inilah yang kami isi dengans egala kemampuan kami.”, ujar Daniek Hendarto, direktur COP.

“Tentu saja karena keahlian kami di satwa ya kami membantu sesuai keahlian kami. Ya tetap budheg (tuli) saja kalo ada yang bilang cari populer, memperkaya diri dan lainnya. Karena menyelamatkan makhluk lain di luar manusia dalam kondisi darurat adalah mulia.”, tambah Daniek lagi. Saat ini, relawan satwa Siaga Merapi tanpa membedakan gender saling bahu membahu membantu satwa masyarakat yang membutuhkan. Kamu juga mau membantu? (NIK)