JANGAN KASIH MAKAN ORANGUTAN DI PINGGIR JALAN!

Sebagian besar dari kita pasti percha memberi makan satsa, bark itu hewan peliharaan di rumah ataupun satwa di tempat-tempat hiburan. Menyenangkan bukan? Tidan ada salahnya untuk membagi kasih sayang dengan sesama mahluk hidup dengen çemberi sedikit makanan. Namun, jika objek yang diberikan pakan adalah satwa liar di alam liarnya, kegiatan menyenangkan tersebut bisa menjadi awal mula kejadian yang menyedihkan.

Bukanlah hal yang mustahil untuk mendapati orangutan, owa atau satwa liar lainnya saat melewati daerah berhutan. Sebaliknya, hal ini justru banyak didapati dan dimanfaatkan oleh beberapa orang sebagai daya tarik tersendiri. Di tahun 2017, tim COP mendapati satu individu orangutan jantan dewasa di pinggir jalan poros antar-provinsi. Orangutan tersebut berdiam dengan santainya di pinggir jalan dan meminta makan pada mobil-mobil yang melewatinya. Terlihat bekas-bekas buah dan makanan berceceran di sekitarnya yang diperkirakan diberikan oleh para penumpang mobil-mobil antar provinsi. Hampir setiap hari orangutan tersebut dijumpai di sana, meminta makan dengan jinaknya meskipun terlihat ada luka bacokan di kepala. Tidak peduli berpa banyak debu yang ia hirup dan kekerasan yang ia dapati di pinggir jalan tersebut. Ia tetap kembali ke titik dimana orang-orang memberinya pakan. Di tahun 2021, tim COP kembali menemukan adanya orangutan di pinggir jalan, tim menemukan adanya bekas kulit durian di bawah pohon tempat mereka bermain.

Lalu apa yang dilakukan jika melihat orangutan di pinggir jalan? Yang pertama adalah jangan dikasih makan! Dengan memberi pakan, kamu telah membantu orangutan tersebut untuk menjadi gelandangan. Mereka akan kehilangan insting liarnya karena terbiasa dengan makanan yang diperoleh dengan mudah dan malas mencari pakan alaminya di hutan. Dan yang kedua, sadari bahwa munculnya orangutan di jalan atau pemukiman merupakan salah satu indikator adanya masalah di habitatnya dan awal dari kejahatan atau kekejaman terhadap orangutan itu sendiri. Oleh karena itu, daripada memberi pakan dan melihatnya menjadi pertunjukan, dokumentasikan dan laporkan setiap temuan kepada pihak-pihak yang berwajib seperti BKSDA atau lembaga penyelamatan satwa terdekat. COP siap membantu! (SAR)

LAGI, DUA ORANGUTAN DITEMUKAN DI SEKITAR PT. GPM

Beberapa hari yang lalu, Tim APE Crusader menemukan adanya satu induk orangutan beserta anaknya bermain di pepohonan yang berada di daerah Amporo yang merupakan jalan poros untuk transportasi antar provinsi. Hal ini bukanlah yang pertama kali terjadi, mengingat pada tahun 2017 silam, tim pernah melakukan translokasi satu individu orangutan dewasa yang turun ke jalan untuk meminta makan hingga masuk ke warung di area yang sama.

Kemunculan orangutan di habitat manusia bukanlah hal yang lazim terjadi. Hal tersebut menjadi lazim saat habitat alaminya terganggu. Dan benar saja, hanya dengan masuk sejauh alaminya terganggu. Dan benar saja, hanya dengan masuk sejauh 500 meter dari tempat ditemukannya dua individu orangutan, area yang awalnya berhutan berganti menjadi bukaan lahan yang luas yang ditanami pohon-pohon sawit kecil berumur kurang lebih satu tahun. Hal ini cukup menjelaskan mengapa banyak laporan terkait orangutan yang muncul di jalan di sekitar Amporo. Perkebunan kelapa sawit milik PT. GPM telah mengubah hutan hujan tropis yang sebelumnya berisi berbagai pohon-pohon untuk pakan dan tempat bersarang menjadi luasan gersang yang berisi barisan tanaman sawit.

Temuan orangutan di da;am dan sekitar konsesi PT. GPM bukan;ah hal yang baru. Sejak PT. GPM memulai aktivitasnya di tahun 2017, tim COP setidaknya telah mendapati satu individu orangutan beserta anaknya di landclearing, translokasi satu individu orangutan dewasa yang mengemis di pinggir jalan raya dalam area konsesi dan menemukan setidaknya dua orangutan betina beserta anaknya berkeliaran di area yang sama. Hingga 2021, laporan serta temuan yang sama masih didapati oleh tim COP. “Temuan demi temuan tiap tahunnya mengidikasikan bahwa areal konsesi PT. GPM memang merupakan areal yang bernilai konservasi tinggi yang penting bagi orangutan. Jika hal ini tidak dianggap serius, keberadaan orangutan dan habitatnya di Kalimantan Timur yang akan menjadi taruhannya,” ujar Sari Fitriani, manajer Perlindungan Habitat COP. (SAR)

HOW IS PALM OIL INDUSTRY DURING THE PANDEMIC?

The covid-19 pandemic has disrupted almost all economic activities in business industries. The restriction on human mobility and social contact has affected many production activities, resulting in supply and demand shock. This is a challenge for the industrial sectors, including palm oil plantation. Then, how is the palm oil plantation going during the pandemic?

According to Indonesian Palm Oil Producers Association (GAPKI) data, there has been a decrease in the statistics of the Indonesian Palm Oil Industry 2020 compared to 2019. Accumulatively, total palm oil production in Jan – May 2020 reduced by 2,936 million tons from the previous year. While total exports and totl domestic consumption from Jan – May 2020 fell by 1,587 million tons and 22 thousand tons, respectively. The decline was largely due to social and mobility restrictions to prevent the spread of covid-19 virus, especially the exports to recipient countries such as China, Africa, India, Europe and Pakistan.

However, APE Crusader team found that land clearing for palm oil plantation extention keep happening. In early 2020, the team found two (2) individual orangutans in a forested area near a palm oil plantation in Seruyan, Central Kalimantan and found out that by June 2020 the area had been cleared. In addition, APE Crusader team also discovered a massive forest clearing for palm oil plantation in West Kutai, East Kalimantan from the beginning of 2020 and still going until now.

Although, covid-19 pandemic has affected production and export activities of palm oil, land clearing activities for plantation keep on happening. “Pandemics do affect many aspects of life, but we must not let our guard down. Do not let our forests and orangutans gone as the pandemic gone.” said Sari Fitriani, manager of COP Orangutan Habitat Protection Program. (SAR)

APA KABAR INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KALA PANDEMI?

Pandemi COVID-19 telah mengakibatkan terganggunya kegiatan ekonomi hampir di semua industri bisnis. Hal ini dikarenakan pembatasan mobilitas manusia mempengaruhi banyak kegiatan produksi, sehingga mengakibatkan penawaran (supply) dan permintaan (demand) mengalami guncangan. Ini menjadi tantangan bagi sektor perindustrian, tidak terkecuali industri perkebunan kelapa sawit. Lalu Bagaimana kabar industri perkebunan kelapa sawit selama pandemi?

Menurut data yang dihimpun oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), terjadi penurunan terhadap angka statistik industri minyak sawit Indonesia tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2019. Secara akumulatif, total produksi minyak sawit bulan Januari-Mei 2020 mengalami penurunan hinga 2,936 juta ton dari total produksi tahun sebelumnya. Sedangkan total ekspor dan total konsumsi domestik Januari-Mei 2020 berturut-turut hingga 1,587 juta ton dan 22.000 ton dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan tersebut banyak diakibatkan oleh pembatasan sosial dan mobilitas yang diberlakukan untuk mencegah penyebaran virus COVID-19, terutama ekspor ke negara-negara penerima minyak sawit Indonesia seperti Cina, Afrika, India, Eropa dan Pakistan.

Meskipun begitu, tim APE Crusader mendapati bahwa pembukaan lahan untuk ekspansi perkebunan kelapa sawit masih terus terjadi. Di awal tahun 2020, tim APE Crusader menemukan adanya dua individu orangutan di area berhutan dekat perkebunan kelapa sawit di Seruyan, Kalimantan Tengah dan mendapati bahwa pada bulan Juni 2020 area berhutan tersebut sudah habis dibuka. Selain itu, di Kutai Barat, Kalimantan Timur tim APE Crusader juga menemukan adanya pembukaan hutan besar-besaran untuk perkebunan kelapa sawit yang tengah. berlangsung dari awal tahun 2020, hingga saat ini.

Meski pandemi memberikan dampak berkurangnya produksi dan ekspor minyak kelapa sawit, aktivitas pemukaan lahan untuk perluasan perkebunan kelapa sawit masih terus berlangsung. “pandemi memang mempengaruhi banyak aspek kehidupan, namun kita tidak boleh lengah. Jangan sampai sat pandemi COVID-19 hilang, kita juga kehilangan lebih banyak lagi hutan an orangutan.”, tegas Sari Fitriani, manajer Perlindungan Habitat Orangutan COP. (SAR)

HABITAT ORANGUTAN KALIMANTAN TERUS TERANCAM KARHUTLA UNTUK KELAPA SAWIT

Periode 2019 hingga pertengahan tahun 2020, habitat orangutan Kalimantan terus terancam, mulai dari kebakaran hutan hingga pembukaan lahan demi ekspansi perkebunan kelapa sawit. APE Crusader memantau adanya titik api (hotspot) serta pembukaan lahan baru yang diduga untuk ekspansi monokultur ini. Area yang menjadi fokus pemantauan ini secara administratif berada di wilayah kecamatan Hanau, kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah.

Berdasarkan peta distribusi orangutan liar, titik api serta pembukaan lahan yang dilakukan merupakan habitat sub spesies orangutan Kalimantan wurmbii (Pongo Pygmaeus Wurmbii) dan berada di dalam kawasan Hutan Produksi Konversi (HPK). Kanal-kanal primer yang membentang dari timur ke barat menuju sungai Seruyan di sebelah barat, memperlihatkan hutan rawa gambut dan termasuk dalam wilayah pengukuran kinerja REDD.

Hutan rawa gambut merupakan habitat penting bagi orangutan Kalimantan. Ditambah sulitnya memadamkan api di rawa gambut, lebih sering api yang ada di atas padam namun bara di dalamnya terus membakar. “Peran serta semua pihak dalam menjaga habitat orangutan sekaligus menyelamatkan hutan rawa gambut adalah tanggung jawab bersama. Tumpang tindih ekspansi perkebunan kelapa sawit tak seharusnya terus menerus ditolerir. Hentikan atau kutukan dunia untuk kita sebagai eksportir asap.”, tegas Sari Fitriani, manajer Perlindungan Habitat Orangutan. (RIF)

RENCANA FOOD ESTATE DAN ANCAMAN TERHADAP ORANGUTAN DI KALIMANTAN TENGAH

Organisasi Pangan Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) telah mengeluarkan peringatan soal krisis pangan akan melanda dunia karena pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan berbagai upaya untuk menghadapi peringatan krisis pangan dengan upaya mencetak sawah baru di Kalimantan Tengah.

Kamis, 9 Juli 2020 yang lalu. Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke lokasi pengembangan Food Estate tersebut, tepatnya di desa Bentuk Jaya, kecamatan Dadahup, kabupaten Kapuas serta di desa Belanti Siam, kecamatan Pandih Batu, kabupaten Pulang Pisau. Presiden Jokowi juga menunjuk Prabowo Subianto selaku Menteri Pertahanan sebagai penanggung jawab program Food Estate.

Rencana pengembangan Food Estate ini berada di kawasan Eks-Pengembangan Lahan Gambut (PLG) yang juga merupakan program lumbung pangan di era Presiden Soeharto. Tahap awal tahun 2020 ini, rencana pengembangan akan dilakukan di dua belas kecamatan yang tersebar di kabupaten Kapuas serta kabupaten Pulang Pisau dengan total lahan seluas 20.000 hektar. Berdasarkan peta kawasan Eks-PLG lokasi pengembangan ini masuk dalam blok A, blok B dan blok D.

Sebagian wilayah blok A dan blok B berdasarkan peta distribusi orangutan liar merupakan habitat sub spesies orangutan Kalimantan. Kedua blok tersebut berbatasan langsung dengan blok E yang merupakan wilayah konservasi orangutan BOS Mawas. “Centre for Orangutan Protection berharap rencana pengembangan Food Estate memaksimalkan lahan yang telah ada/ eksis persawahan tanpa membuka lahan baru yang dapat mengancam hilangnya habitat orangutan Kalimantan.”, kata Sari Fitriani, manajer non habitat COP.

“Tentu saja pengawasan dari semua pihak terkait keberlanjutan program Food Estate ini sangat diperlukan mengingat program lumbung pagan sebelumnya gagal. Pertimbangan dampak sosial dan ekologinya jangan sampai menjadi korban nilai ekonomis yang ternyata tidak berkelanjutan.”. Sari pun mengingatkan, “Kebakaran hutan yang terjadi di Kalimantan Tengah telah menjadi langganan yang tidak bisa ditolerir lagi. Ekspansi prekebunan kelapa sawit yang menjadi dalang tersembunyi sudah sewajarnya berani bertanggung jawab.”. (RIF)

MASUK MASA NEW NORMAL, ORANGUTAN DI KALIMANTAN TENGAH TETAP TERANCAM

Pandemi COVID-19 telah mengubah banyak hal pada kehidupan manusia. Hal ini mengharuskan manusia untuk beradaptasi dengan kebiasaan dan tatanan hidup yang baru yaitu New Normal. New Normal menuntut manusia untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru agar dapat tetap berlanjut, mulai dari kebiasaan menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker hingga pembatasan transportasi. Namun bagaimana dengan perubahan kehidupan orangutan di habitatnya di masa New Normal?

Pada 11 Juli 2020, BKSDA Kalimantan Tengah bersama OFI melakukan penyelamatan dan translokasi satu individu orangutan liar di suatu perkebunan kelapa sawit di kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Pada video yang diunggah di media sosial BKSDA Kalteng, terlihat tim Wildlife Rescue Unit (WRU) BKSDA dan Orangutan Rescue Unit OFI melakukan penyelamatan satu individu orangutan jantan berumur kurang lebih 8 tahun dengan mengenakan pakaian APD lengkap.

Sebelumnya, BKSDA Kalimantan Tengah pernah menangani kasus penyiksaan orangutan di suatu perkebunan kelapa sawit di kabupaten Seruyan pada tanggal 30 November 2019. BKSDA Kalteng bersama OF-UK melakukan penyelamatan orangutan dengan kondisi penuh luka dan empat peluru senapan angin yang bersarang ditubuhnya. Selain itu, pada awal tahun 2020, BKSDA Kalteng juga melakukan penyelamatan dan translokasi dua individu orangutan jantan di dua lokasi berbeda di kabupaten Kotawaringin Barat.

Ancaman terhadap orangutan terus terjadi, meskipun terjadi pandemi ataupun adanya tatanan baru. “Pandemi menjadikan kita mengevaluasi kondisi saat ini. Sementara, tatanan baru seharusnya mendorong kelestarian lingkungan yang lebih baik dengan melindungi habitat orangutan dari segala ancaman.”, kata Sari Fitriani, manajer Perlindungan Habitat Orangutan COP. (SAR)

ADA ORANGUTAN DI SDN 001 MERABU

Siang tadi, ada orangutan bertandang ke SDN 001 Merabu. Jumlah murid yang bergabung di kunjungan sekolah kali ini berjumlah 59 siswa. Cukup riuh susana di luar kelas. Ketika disodorkan pertanyaan, “Hewan apakah ini?”, sembari membawa foto satwa yang ditanyakan. Mayoritas mereka melontarkan nama hewan dengan menggunakan bahasa lokal dan semuanya antusias. Bahkan saling bersahutan menirukan suaranya. Seperti suara owa, orangutan bahkan rangkong.

Dengan kondisi hutan di sekitar kampung Merabu, Kalimantan Timur yang masih bagus, mereka sering menjumpai satwa-satwa liar. Dengan diselipkannya edukasi semacam ini dan dikemas dengan apik, maka anak-anak akan lebih mawas diri terhadap pentingnya menjaga hutan untuk keberlangsungan satwa-satwa.

Centre for Orangutan Protection sejak tahun 2007 telah masuk ke sekolah formal maupun tidak formal untuk terus menerus berbagi cerita dan pengalaman akan pentingnya satwa liar dan hutan untuk kehidupan. Sekolah mu juga mau dikunjungi orangutan? Email kami ya info@orangutanprotection.com (WET)

ORANGUTAN MAMPIR DI SEKOLAH SANGA-SANGA MELAWAN

Sudah lama tim APE Crusader yang merupakan tim yang berada di garis terdepan untuk perlindungan orangutan dan habitatnya tidak berkunjung ke anak-anak sekolah. Hari Minggu yang cerah, 19 Januari 2020, APE Crusader mampir ke Sekolah Sanga-Sanga Melawan. Sekolah yang terletak di RT 24, kelurahan Sanga-Sanga Dalam, kecamatan Sanga-Sanga, kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur menjadi sekolah pertama yang dikunjungi tim orangutan di tahun 2020.

Minggu ini menjadi cerita yang ringan dengan beberapa informasi orangutan dan habitatnya. Jarak tempuh yang cukup jauh dan melelahkan menjadi hilang dengan semangat yang baru. Rasa ingin tahu anak-anak memacu adrenalin kami. “Berbeda sekali saat aku di usia mereka.”, ujar Sari Fitriani, anggota tim APE Crusader. “Aku dulu, ya sibuk dengan diriku sendiri. Sementara mereka, lingkungan adalah tanggung jawab dan masa depan mereka. Peduli tidaknya mereka, menjadi ujung tombak hutan.”.

Kamu juga bisa mendapatkan energi besar untuk peduli dengan sekitar. Jadi tim edukasi orangutan yuk, email ke info@orangutanprotection.com ya. (SAR)

SATWA DI KUM KUM BELUM TERDAMPAK KEBAKARAN LAHAN KALTENG

Kebakaran lahan untuk wilayah Kalimantan Tengah di musim kemarau kembali terjadi. Sudah sebulan terakhir ini, Manggala Agni Palangkaraya bekerja keras memadamkan api. Ini bukan pekerjaan mudah, lahan gambut menyimpan bara di dalamnya. 

Centre for Orangutan Protection dengan tim APE Crusader bergerak cepat ke provinsi Kalimantan Tengah. Tentu saja, keselamatan satwa yang terdampak kebakaran lahan menjadi fokusnya kali ini. “Kondisi asap yang dikawatirkan sampai ke lokasi Taman Wisata Kum Kum, Kalimantan Tengah ternyata tidak begitu berdampak pada satwa. Kum Kum terlihat sepi. Kandang satwa cukup bersih, kecuali kandang elang. Namun sayang miskin enrichment yang dapat membantu satwa berperilaku seperti satwa liarnya.

Dua binturong dan satu elang bondol tercatat sebagai satwa yang dilindungi UU No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dan tiga beruk, satu buaya muara dan satu monyet ekor panjang. Kondisinya masih jauh dari lima kebebasan kesejahteraan satwa. Bantu satwa liar di Taman Satwa Kum Kum yuk. (HER)

SAAT KALTENG BELUM JUGA MERDEKA DARI ASAP

Ada tiga titik panas indikasi api di sekitaran Palangkaraya pada 17 Agustus 2019, tepat saat sebagian besar masyarakat Indonesia sedang memperingati detik-detik kemerdekaan Indonesia 74 tahun yang lalu. “Sayang, Kalimantan Tengah masih harus berjuang memadamkan api. Palangkaraya masih juga belum merdeka dari asap.”, ujar Daniek Hendarto, direktur Centre for Orangutan Protection di lokasi kebakaran lahan.

Jalan Soekarno, Palangkaraya, Kalimantan Tengah dengan dua titik lokasi kebakaran lahan dan satu titik kebakaran lahan di Jalan Mahir Mahar. Dari informasi yang dihimpun, hampir setiap tahun lahan tersebut terbakar. Dan ketika kami berada di lokasi kebakaran terbesar terjadi di Jalan Mahir Mahar dimana api hampir setinggi tiang listrik. 

Bekas lokasi yang terbakar menimbulkan asap yang cukup pekat. Semakin diperburuk dengan arah angin yang berubah-ubah. “Memang bukan di kota Palangkarayanya, lokasi kebakaran lahan menuju arah luar kota dari Palangkaraya. Sebaiknya masker dan pelindung mata tetap dipergunakan. Tapi bagaimana dengan nasib satwa? Untuk satwa yang terdampak, kami, tim APE Crusader berusaha menolong. Jika ada informasi satwa liar yang terdampak kebakaran lahan, mohon untuk menghubungi Cenre for Orangutan Protection melalui media sosialnya.”, ujar Daniek Hendarto lagi. (HER)