UNTUNG PULLED FROM ORANGUTAN ISLAND

Today, February 28, 2018, Untung will be withdrawn from the orangutan island. After 2 more years of inhabiting orangutan island, Untung will undergo a medical examination to meet the release requirements.

Untung is the orangutans from the zoo. COP knew Untung in 2010 when he was still 1 year old. It was still timid when we took him to the forest to climb trees. We were surprised to learn that his fingers were incomplete. Was pessimistic, could he climb a tree with incomplete fingers. And it turns out … Untung managed to climb a tree with banana lure on a tree that accidentally placed animal keeper.

Eight years of knowing Untung, with his improving progress makes us more optimistic. Competition in orangutan island successfully overcome. Instead of clashing with Nigel, Untung chose to always avoid Nigel. When Nigel and Oki are drawn to the quarantine cage, Fortunately it is the most prominent on the island. He freely explored the island. Lucky to look alone, he seems to prefer to be alone.

His body is not small anymore, the team that will move Untung back and forth when must gave him sedation. Even Untung had time to issue a threat with his voice. “Thank Goodness, you will soon be released in the forest. But you have to go back to the stable first. And a little checking, okay!”, said Danel Jemy. “His screams shook his knees.”, he added. (LSX)

UNTUNG DITARIK DARI PULAU ORANGUTAN
Hari ini, 28 Februari 2018, orangutan Untung akan ditarik dari pulau orangutan. Setelah 2 tahun lebih menghuni pulau orangutan, Untung akan menjalani pemeriksaan medis untuk memenuhi persyaratan pelepasliarannya.

Untung adalah orangutan dari kebun binatang. COP mengenal Untung pada tahun 2010 saat usianya masih 1 tahun. Saat itu masih takut-takut saat kami membawanya ke hutan untuk memanjat pohon. Kami pun terkejut saat mengetahui jari-jarinya tak lengkap. Sempat pesimis, mampukah dia memanjat pohon dengan jari-jari yang tak lengkap. Dan ternyata… Untung berhasil memanjat pohon dengan iming-iming pisang di atas pohon yang sengaja diletakkan animal keeper.

Delapan tahun mengenal Untung, dengan perkembangannya yang semakin membaik membuat kami semakin optimis. Persaingan di pulau orangutan berhasil diatasinya. Daripada bentrok dengan Nigel, Untung memilih untuk selalu menghindar dari Nigel. Saat Nigel dan Oki ditarik ke kandang karantina, Untunglah yang paling menonjol di pulau. Dia dengan bebasnya menjelajah pulau. Untung terlihat selalu sendiri, sepertinya dia lebih suka menyendiri.

Ukuran tubuhnya tak kecil lagi, tim yang akan memindahkan Untung maju mundur saat harus membiusnya. Bahkan Untung sempat mengeluarkan ancaman dengan suaranya. “Ampun Untung, kamu akan segera kami lepaskan di hutan. Tapi kamu harus kembali ke kandang dulu ya. Dan sedikit pemeriksaan ya!”, ujar Danel Jemy. “Teriakannya menggetarkan lutut.”, tambahnya lagi.

AMBON ACHIEVE HIS DREAM

Extraordinary! If it was Didik, the teenage orangutan was at the Jurug Solo Zoo or the Taru Jurug Animal Park took two weeks to finally climb the first tree. It was contrast to Ambon. The decades-old Ambonese orangutan in the Samarinda Botanical Garden only takes three hours to finally climb the tree.

“I was worried … Ambon can not climb trees. During this time he just climbed the iron bars to get to his hammock. We also preparation may be more than two weeks for Ambon can climb trees. Incredible … our forecast misses all. This is very encouraging.”, said Daniek Hendarto, COP’s ex-situ program manager.

Exactly 1 March 2018 ago, the 25-year-old Ambon orangutan was transferred to an island with an area of about 2 ha. This island will be the last home for him to considering the length of Ambon was in the cage so far. Shortly after the transit enclosure opened, Ambon was seen quickly outside the cage. Dwell while looking around. Shortly afterwards, Ambon was seen running towards the trees. Hiding … or maybe more closely watching if he’s being chased or not. Ambon looks to peek … observe the island situation … but not yet seen tree fence.

“Exactly three hours since the transit enclosure opened, Ambon began to touch the tree and climb it. But they are still not so far from the transit enclosure, “said Reza Kurniawan, manager of COP Borneo rehabilitation center and a primate anthropologist. “We are all happy to see this freedom!”. (LSX)

AMBON MERAIH IMPIANNYA
Luar biasa! Kalau dulu Didik, orangutan yang belasan tahun berada di kandang Kebun Binatang Jurug Solo atau Taman Satwa Taru Jurug butuh waktu 2 minggu untuk akhirnya memanjat pohon pertamanya. Berbeda dengan Ambon. Orangutan Ambon yang telah puluhan tahun berada di kandang Kebun Raya Samarinda hanya butuh waktu tiga jam untuk akhirnya memanjat pohon.

“Sempat kawatir… Ambon tidak bisa memanjat pohon. Selama ini dia hanya memanjat jeruji besi untuk menuju hammock nya. Kita juga persiapan mungkin akan lebih dari dua minggu untuk Ambon bisa memanjat pohon. Luar biasa… perkiraan kami meleset semua. Ini sangat menggembirakan.”, ujar Daniek Hendarto, manajer program ex-situ COP.

Tepat 1 Maret 2018 yang lalu, orangutan Ambon yang telah berusia 25 tahun dipindahkan ke sebuah pulau dengan luas sekitar 2 ha. Pulau ini akan menjadi rumah terakhir untuknya mengingat lamanya Ambon berada di kandang selama ini. Sesaat setelah pintu kandang transit dibuka, Ambon terlihat dengan cepat ke luar kandang. Berdiam sambil melihat sekitar. Tak lama kemudian, Ambon terlihat berlari ke arah pepohonan. Bersembunyi… atau mungkin lebih tepatnya mengamati apakah dia dikejar atau tidak. Ambon terlihat mengintip… mengamati situasi pulau… namun belum terlihat manaiki pohon.

“Tepat tiga jam semenjak kandang transit dibuka, Ambon mulai menyentuh pohon dan memanjatnya. Tapi mereka masih belum begitu jauh dari kandang transit.”, ujar Reza Kurniawan, manajer pusat rehabilitasi COP Borneo dan seorang antropolog primata. “Kami semua bahagia melihat kebebasan ini.!”. (EJA)

HUNTING TOGETHER PESTS IN PAGUYANGAN, VOID!

Once again the Center for Orangutan Protection would like to thank all the Orangufriends who have participated in disseminating and texting the Hunting Bareng committee organized by Rang Rang Community in Paguyangan, Brebes, Central Java. The HUNBAR event was canceled!

“HUNBAR event which is a gathering event that violates the Chief of Police Regulation no. 8 Year 2012. Air rifles are only used for target shooting practice in the arena.”, said Hery Susanto, Coordinator of Anti Wildlife Crime COP.

“Is it true that squirrels and wild boars become hunting animals as pest in Brebes? Let’s convey information about human conflict with wildlife to SMS and Call Center Natural Resource Conservation Center (BKSDA) Central Java 082299351705.”, invite Hery Susanto again.

Abilawa, HUNBAR event organizer finally came to the BKSDA office of Central Java and Pemalang informed that hunting pests can not be held. There should be a review first and restrictions on the pest. The committee also canceled the March 4 of Hunting event.

COP is proud of Orangufriends. “Orangufriends’ concern can not be said anymore. You guys are great! “, Added Hery Susanto with pride. (LSX)
Sekali lagi Centre for Orangutan Protection mengucapkan terimakasih pada seluruh orangufriends yang telah ikut menyebarluaskan dan mengirim SMS pada panitia Hunting Bareng yang diselenggarakan Rang Rang Community di Paguyangan, Brebes, Jateng. Acara Hunbar dibatalkan! (LSX)

HUNBAR HAMA DI PAGUYANGAN, BATAL!
“Acara Hunbar yang merupakan acara silaturahmi itu melanggar Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2012. Senapan angin hanya digunakan untuk latihan menembak sasaran di arena.”, tegas Hery Susanto, kordinator Anti Wildlife Crime COP.

“Benarkah tupai dan babi hutan yang menjadi hewan buruan merupakan hama di Brebes? Mari sampaikan informasi konflik manusia dengan satwa liar kepada SMS dan Call Center Balai Konsevasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jateng 082299351705.”, ajak Hery Susanto lagi.

Abilawa, panitia acara Hunbar akhirnya mendatangi kantor BKSDA Jateng wilayah Pemalang dan diinformasikan kalau berburu hama tidak dapat diadakan. Harus ada kajian terlebih dahulu serta pembatasan tentang hama tersebut. Panitia pun membatalkan acara Hunting Bareng tanggal 4 Maret itu.

COP bangga dengan para orangufriends nya. “Kepedulian orangufriends tak bisa dikatakan isapan jempol lagi. Kalian memang hebat!”, tambah Hery Susanto dengan bangga.

ORANGUFRIENDS: ELEVEN OUTSTANDING YEARS

It’s began when I’m still wearing the White-Gray Uniform
(Indonesian High School Uniform Color is white top and gray skirt/pants- read),
Far beyond COP, fourteen years ago innocently, approaching one of three COP founder, “What can I do for Orangutans?”.

Since then, I, who can only help from behind a computer and makeshift mobile phone. From setting aside a little of the allowance, take to the streets for a campaign. Until finally I had to split up with my beloved country also COP and had to study to neighboring country. The Jakarta-Sydney line for two years did not escape an all day event with COP. An annual Charity concert Sound for Orangutan or Wild Trip. Up to monitoring friends from the other side of Mount Merapi (Mt. Merapi Eruption 2011). Until I returned to my homeland and again I asked, “ What can I do as a Graphic Designer for Orangutans?”

I was finally called to join COP School in 2016. Meeting new friends from all around the country and abroad with different backgrounds. Learn from the coolest and great mentors/people and you can not possibly get a lesson in any textbook. Although I had not had chance to go to Kalimantan, one day it will happen.

Not Stopping there, my job just started. And will continue to support COP as Orangufriends. I am not alone… I have new friends and family who care for orangutan and conservation.

I am Amadhea Widoretno Kaslan. I’m a Graphic Designer and Artist, Orangufriends from Jakarta, and COP School Batch#6 Alumni wishing Center for Orangutan Protection its 11th Annivesary and thank you for this eleven outsanding years.

Keep on.. Fighting, Protecting.. Never Stop, Never Give Up… One APE One Sound.(Dhea_Orangufriends)

ORANGUFRIENDS: SEBELAS TAHUN YANG LUAR BIASA
Saya memulainya saat saya masih mengenakan seragam putih abu-abu. Jauh sebelum COP berdiri, 14 tahun yang lalu dengan lugu menghampiri salah satu dari tiga pendiri COP, “Apa sih yang bisa saya lakukan untuk orangutan?”.

Semenjak itu, saya hanya bisa bantu dari balik komputer dan handphone seadanya. Dari menyisihkan sedikit dari uang jajan, turun ke jalan untuk kampanye. Sampai akhirnya saya harus berpisah sementara dengan negara tercinta juga COP dan harus berkelana ke negeri tetangga. Jalur Jakarta-Sydney selama dua tahun tak luput dari waktu seharian bersama COP. Acara tahunanan Sound for Orangutan atau kegiatan Wild Trip. Sampai memantau teman dari sisi lain gunung Merapi. Hingga saya kembali ke tanah air dan kembali saya bertanya, “Apa sih yang bisa saya lakukan sebagai Graphic Designer untuk Orangutan?”.

Saya akhirnya terpanggil untuk ikut COP School di tahun 2016. Bertemu teman-teman baru dari penjuru tanah air dan mancanegara yang berlatar belakang berbeda-beda. Belajar dari mentor-mentor yang paling keren di bidangnya, belajar dari orang-orang hebat di lapangan dan tidak mungkin kalian dapat di buku teks pelajaran mana pun. Walaupun belum sempat ke Kalimantan, suatu saat nanti pasti terlaksana.

Tidak berhenti di sana, tugas saya baru mulai. Dan akan terus mendukung COP sebagai Orangufriends. Saya tidak sendiri… saya memiliki sahabat dan keluarga baru yang ikut peduli terhadap orangutan dan konservasi.

Saya Amadhea Widoretno Kaslan. Saya Graphic Designer dan Artist, Orangufriend Jakarta, Alumni COP School Batch 6 mengucapkan Selamat Ulang Tahun Centre for Orangutan Protection ke-11 dan terimakasih untuk 11 tahun yang luar biasa ini.

Keep on, Fighting, Protecting… Never stop, Never give up… One APE One Sound. (Dhea_Orangufriends)

THE SPIRIT OF ELEVEN COP

Today, just eleven years ago, three young Indonesians poured their concerns on the growing number of orangutans suffering from the loss habitat as their home and life. Capitalize the determination that they do is true and continue to spread it until 2018.

Hardi Baktiantoro, COP’s founder said, “Hardi, Yuyun and Hery established COP as an emergency response to stop orangutans massacre in Central Kalimantan. Over time, this native Indonesian organization grew stronger, becoming one of the most active orangutan conservation organizations in the world. All can happen because of the support of militant volunteers like you. Just one word, THANK! “.

Here are the comments of the Orangufriends who milling about in cyberspace.

“Eleven years, being an inhibitor between orangutans and extinction. Unravel the problem from its roots by strengthening the roots of its members. Go forward, ride it up and there COP Stepping. Eight Spirit! Stay crazy and spit madness! Anniversary Center for Orangutan Protection!”, said Kemal, orangufriends of Jakarta who is an alumni of COP School 7.

Saifullah, alumni of COP School Batch 1, after getting the internet signal just say, “Happy Birthday COP… Great in jungle, victorious in the city. Cheers…”. Ipul has followed Sumatran Mission, a tour on the island of Sumatra starting from school visit to accompany the zoo to make enrichment for the animals. Currently Ipul is in the rehabilitation center of orangutan COP Borneo to build the orangutan quarantine cage that will be released back to nature.

Meanwhile, Imam Arifin, one of the veterinarians who once joined the COP, said, “Happy birthday COP, where we all learn, stay victorious and understated.”.

Even Riastri did not hesitate to pray, “May more and more imprison the animal criminals.”. Including Risma who expressed his hope, “The spirit of timelessness. Stay solid!”. (LSX)

SEMANGAT SEBELAS COP!
Hari ini, tepat sebelas tahun yang lalu, tiga orang anak muda Indonesia menuangkan keprihatinnya pada semakin banyaknya orangutan menderita karena kehilangan habitat sebagai rumah dan hidupnya. Bermodal tekad yang mereka lakukan adalah benar dan terus menularkannya hingga 2018 ini.

Hardi Baktiantoro, pendiri COP menyampaikan, “Hardi, Yuyun dan Hery mendirikan COP sebagai respon darurat untuk menghentikan pembantaian orangutan di Kalimantan Tengah. Seiring waktu, organisasi asli Indonesia ini tumbuh semakin kuat, menjadi salah satu organisasi koservasi orangutan paling aktif di dunia. Semua bisa terjadi karena dukungan para relawan militan seperti anda.Hanya satu kata, TERIMAKASIH!”.

Berikut komentar para orangufriends yang berseliweran di dunia maya.

“Sebelas tahun, menjadi inhibitor antara orangutan dan kepunahan. Mengurai masalah dari akarnya dengan menguatkan akar dari anggota-anggotanya. Maju itu ke depan, naik itu ke atas dan ke sana COP Melangkah. Semangat Sebelas! Tetaplah gila dan tularkan kegilaan! Dirgahayu Centre for Orangutan Protection!”, ujar Kemal, orangufriends Jakarta yang merupakan alumni COP School 7.

Saifullah, alumni COP School Batch 1, setelah mendapatkan signal internet langsung saja mengucapkan, “ Selamat Ulang Tahun COP… Jaya di rimba, jaya di kota. Cheers…”. Ipul panggilan akrabnya telah mengikuti Sumatran Mission, suatu tour di pulau Sumatera mulai dari school visit sampai mendampingi kebun binatang membuat enrichment bagi satwanya. Saat ini Ipul berada di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo untuk membangun kandang karantina orangutan yang akan dilepasliarkan kembali ke alam.

Sementara itu Imam Arifin, salah satu dokter hewan yang pernah bergabung di COP mengucapkan, “Selamat ulang tahun COP, tempat belajar kita semua, tetap jaya, tambah sangar dan bersahaja.”.

Bahkan Riastri tak segan-segan memanjatkan doa, “Semoga makin banyak memenjarakan animal criminals.”. Termasuk Risma yang mengucapkan harapannya, “Semangat tak lekang waktu. Tetap solid!”.

AMBON OUT OF CAGE COP BORNEO

Thursday, March 1st 2018 at the same time with Center for Orangutan Protection (COP) 11th anniversary, Ambon the orangutan, an adult male who he spent twenty years of live inside the cage has been transferred to the island. Physical check up to Ambon run smoothly even the cloudy and showered rain made us more aware.

The dose should be appropriate. The distance of quarantine cage to orangutan island is quite far. The path to transit cage quite difficult. When rain the path is slippery, although previously the transport team had had enough physically training with afternoon workout, but still, Ambon gained weight makes the team stagger.

Not only stopping there… Ambon has entered the transit cage.. then? Let’s carry the transit cage again plus Ambon weight… This time should be foursome, Get the spirit!!! under the dock, the ‘ Way Back Home’ boat the result of orangufriends concern awaited. This boat brought Ambon to feel his new home.

Arriving at orangutan island… let’s lift the cage again. Ambon is still sleeping, though we began to see movement toward consciousness. When all is ready to get away, the cage is slowly opened .. Ambon!! Yes, Ambon ran to the forest.. is he hiding? Observe us to be exact. We also decided to step back from him… took a long time to be able to capture this photo. Ambon steps in to the grass… in land without human!

AMBON KELUAR KANDANG COP BORNEO
Kamis, 1 Maret 2018 bertepatan dengan ulang tahun Centre for Orangutan Protection (COP) yang ke-11, orangutan Ambon, jantan dewasa yang telah puluhan tahun hidup di dalam kandang telah dipindahkan ke pulau. Pemeriksaan fisik terhadap orangutan Ambon pun berjalan lancar walaupun cuaca mendung dan gerimis membuat kami lebih waspada.

Ukuran dosis bius harus tepat. Lumayan jauh jarak kandang karantina ke pulau orangutan. Perjalanan dari kandang karantina untuk ke kandang transit cukup sulit. Jalanannya menjadi licin saat gerimis, walau sebelumnya tim pemindahan sudah cukup berlatih fisik dengan olahraga di sore hari, namun tetap saja, ketambahan berat badan Ambon bikin tim jalan sempoyongan.

Tak hanya sampai di situ saja… Ambon sudah masuk kandang transit… lalu? Yuk gotong lagi berat kandang transit plus berat badan Ambon… kali ini harus berempat. Semangat… semangat!!! Di bawah dermaga, perahu ‘Way Back Home’ hasil dari kepedulian Orangufriends sudah menanti. Perahu ini mengantarkan Ambon merasakan rumah barunya.

Sesampai di pulau orangutan… angkat kandang transit lagi. Ambon masih tidur, walau mulai terlihat gerakan-gerakan menuju kesadaran. Saat semua sudah bersiap untuk menjauh, kandang secara perlahan dibuka… Ambon!!! Ya, Ambon berlari ke hutan… bersembunyi? Mengamati kami tepatnya. Kami pun memutuskan menjauh darinya… lama sekali hingga akhirnya kani bisa mendapatkan foto ini. Ambon menginjakkan kaki di rumput… di tanah tanpa manusia!