Uncategorized

SERUNYA SCHOOL VISIT DI DUA SMAN LUBUK SIKAPING

Pagi hari sembari menghirup udara sejuk, kami memasuki ruangan kelas. Kegiatan kami mulai dengan ice breaking untuk mencairkan suasana canggung yang sudah terasa sejak kedatangan kami. Setelah canda tawa mulai mengisi ruangan kelas, kami pun memulai sesi edukasi. Mengapa konservasi alam penting dan kenapa menjaga kelestarian harimau sumatra menjadi genting sebagai topik untuk kedua Sekolah Menengah Atas yang ada di Lubuk Sikaping, yaitu SMAN 2 pada 24 April dan 27 April kemarin di SMAN 1 Lubuk Sikaping, Sumbar.

Selain itu, kami juga memperkenalkan RIHAS (Ruang Informasi Harimau Sumatera) di Rimbo Panti yang dapat dikunjungi pada hari Sabtu dan Minggu. Agar menambah keseruan kunjungan ini, kami mengajak para murid untuk bermain di luar kelas. Permainan-permainan yang kami pilih untuk sesi bermain bersama ini memiliki makna khusus berkaitan dengan isu kelestarian alam. Kami pun turut senang ketika para murid aktif mengikuti permainan dan dapat memahami makna dibalik permainan yang telah kami siapkan.

Sedikit berbeda dengan kunjungan di SMAN 2, pada kunjungan di SMAN 1 Lubuk Sikaping, kami menyempatkan untuk membuat ‘Pojok Baca’ di pinggir lapangan sekolah. Di Pojok Baca ini kami mempersiapkan beberapa buku menarik terkait satwa liar beserta poster harimau-harimau asal Indonesia dan foto-foto bukti penyalahgunaan satwa liar yang bisa dilihat murid-murid saat waktu istirahat. Seru sekali di sini, kami bisa berdiskusi dengan para murid yang berkunjung dan menjawab pertanyaan-pertanyaan menarik mereka. Melihat ketertarikan mereka yang tinggi, kami pun menjadi semangat memberi pertanyaan-pertanyaan terkait satwa liar berhadiahkan stiker dari COP bertuliskan “Nagari Ramah Harimau”.

Antusiasme yang tinggi dari pemuda-pemudi Lubuk Sikaping ini adalah motivasi bagi kami agar tak henti mengedukasi masyarakat mengenai pelestarian satwa liar terutama harimau sumatra. (Putri Caesaria_orangufriends)

COP KUNJUNGI SMAN 2 LUBUK SIKAPING

“Sikut Ketemu Lutut”, begitulah tim APE Protector COP memulai interaksi dengan anak-anak SMAN 2 Lubuk Sikaping, Sumatra Barat pada 24 April 2024 yang lalu. Sikutmu akan bersentuhan dengan lutut temanmu. Ini adalah pemanasan fisik dan konsentrasi para siswa-siswi kelas 10 yang berjumlah 30 orang. Selama 90 menit ke depan, mereka akan mengenal Centre for Orangutan Protection dan perlindungan Harimau Sumatra.

Harimau Sumatra sebagai predator puncak punya peran penting dalam ekosistem dalam penjelasan Putri Utami Saryanti Caesaria, mahasiswa master Ecology, Evolution and Conservation dari Universitas Potsdam yang disampaikan dengan santai. Putri sendiri adalah relawan COP yang tertarik dengan kegiatan Centre for Orangutan Protection yang seharusnya magang di Kalimantan, namun karena baru saja mengalami kecelakaan, akhirnya lokasi magang dialihkan ke Sumatra Barat.

Kegiatan dilanjutkan dengan pengenalan Ruang Informasi Harimau Sumatra (RIHAS) yang bisa dikunjungi secara umum dan video singkat tentang kondisi habitat satwa liar secara umum. School visit pun diakhiri dengan permainan “Tali Habitat” di luar ruang kelas yang menggambarkan semakin tergerusnya luasan hutan yang menjadi habitat satwa liar maka semakin sedikit pula satwa yang bertahan dari kepunahan. Seiring dengan mengecilnya lingkaran tali sebagai representasi habitat, semakin besar persaingan antar satwa untuk mendapatkan tempat tinggal. “Lalu bisakah kita hidup berdampingan?”. (VID)

TELUR SEMPIDAN BIRU DIMAKAN BERUK

Awal Maret 2024, di tengah rimbunnya hutan, terdapat 6 butir telur di atas serasah yang tersembunyi di antara banir/akar papan milik sebuah pohon yang berada di lokasi sekolah hutan. Telur-telur ini pertama kali ditemukan Saras (animal keeper) saat sedang membawa orangutan Popi. “Aw ada telur”, kata Saras saat pertama kali melihatnya. Saya kemudian mengecek lokasi telur sebut, sambil kemudian cukup kerepotan untuk menghalau orangutan Popi dan Jojo yang juga telah melihat telur tersebut. Mereka terlihat sangat tertarik untuk memakan telur-telur itu.

Sepulang dari kegiatan Sekolah Hutan, saya berangkat kembali dari camp BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance) menuju lokasi penemuan telur tersebut dengan membawa camera trap (kamera jebak), berharap dapat merekam detik-detik menetasnya telur-telur tersebut dengan menggunakan camera trap.

Hari demi hari, kamera tersebut setia merekam segala aktivitas yang terjadi di sekitar sarang burung yang teridentifikasi merupakan burung sempidan biru kalimantan (Lophura ignita).Kamera itu tidak hanya menjadi saksi biru perjalanan hidup yang akan segera bermula dari dalam cangkak telur, tetapi juga interaksi dinamis ekosistem hutan. Sang induk sempidan biru beberapa kali terekam bolak-balik keluar masuk sarang selama masa pengeraman telur.

Namun alam selalu memiliki ceritanya sendiri, tidak selalu seperti yang kita harapkan. Setelah kurang lebih dua minggu sejak pemasangan kamera jebak, suatu pagi terjadi peristiwa yang tak terduga. Seekor beruk (Macaca nemestrina) berukuran besar dan berjenis kelamin jantan mendekati sarang dengan gerakan yang tenang namun pasti. Dengan keahlian mencari makannya, beruk itu memeriksa sarang sempidan biru yang sedang ditinggalkan oleh induknya. Telur-telur itu kemudian menjadi sarapan sang beruk. Dua buah camera trap berhasil merekam detik-detik tersebut secara jarak dekat dan jauh.

Meskipun kejadian ini di luar harapan, tetapi saya sadar bahwa ini adalah bagian dari siklus kehidupan di alam liar. Rekaman ini tidak hanya menjadi dokumentasi tentang kegagalan menetasnya telur burung tersebut, tapi juga pelajaran berharga tentang realitas alam yang tidak selalu berjalan sesuai harapan kita. Pengalaman ini menjadi pelajaran untuk memahami dan menghargai dinamika kehidupan liar di hutan, serta nilai penting setiap makhluk dalam menjaga keseimbangan alam. (RAF)

APE SENTINEL SCHOOL VISIT DI SMAN 5 MEDAN

Hujan deras di Sabtu, 21 Januari pagi tak cukup menyurutkan semangat tim APE Sentinel yang memiliki jadwal berkunjung ke SMA Negeri 5 Medan. Grace yang merupakan dokter hewan Sumatran Rescue Alliance (SRA) jauh-jauh dari Besitang, kabupaten Langkat ikut bergabung menyapa siswa SMA ini. Tepat pukul 09.30 WIB kegiatan school visit pun dimulai.

Tak hanya siswa kelas XII IPA saja yang berkesempatan mendapatkan materi orangutan dan habitatnya. Jurusan IPS pun juga berhak tahu ancaman yang sering terjadi pada orangutan. Kelimapuluh remaja ini juga diperkenalkan dengan kegiatan-kegiatan Centre for Orangutan Protection (COP) yang meliputi penanganan hewan urban diperkotaan dan aktivitas penyadartahuan tentang orangutan di kota Medan. 

“Antusiasnya siswa SMAN 5 Medan ini membuat tim semakin semangat menyebarkan informasi tentang perlindungan orangutan dan satwa liar lainnya. Kami berharap diantara mereka ada yang bergabung menjadi Orangufriends (relawan COP) yang menjadi prajurit garis depan penyadartahuan konservasi Indonesia”, kata Netu Domayni, tim APE Sentinel. (DIT)

PELUK ATAU TOS ORANGUTAN, SEKOLAH ALAM BUKIT HIJAU?

Pagi yang cerah di awal Agustus, APE Sentinel bersama Orangufriends Medan berangkat bersama-sama menuju Sekolah Alam Bukit Hijau untuk school visit. Tepat pukul 08.00 WIB, para siswa berlarian menuju lapangan sekolah untuk senam pagi bersama guru-guru.

Selesai melakukan senam, siswa kelas 1 sampai 6 berkumpul dalam satu ruangan. Kali ini kami menyampaikan materi melalui metode menonton film animasi. Film yang ditonton adalah tentang orangutan yang tinggal di hutan Borneo dan hutan mereka hilang karena pembukaan lahan. Setelah menonton, kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan materi terkait jenis-jenis orangutan, tempat tinggal orangutan dan makanan orangutan.

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Materi pun telah selesai disampaikan. Selanjutnya bermain dan kuis seputar materi yang telah mereka dapatkan dan jika menjawab dengan benar akan mendapatkan hadiah stiker.

Kunjungan kami pun berakhir dengan pelukan boneka orangutan jika anak-anak merasa orangutan perlu dilindungi dan tos jika merasa orangutan itu lucu. “Untung aja kami tak lupa berfoto bersama dengan anak-anak dan guru sebelum bubar kembali ke kelas masing-masing. Senang sekali bisa berbagi dengan sekolahan terdekat dengan Sumatran Rescue Alliance (SRA) dimana lembaga konservasi untuk orangutan dan primata dilindungi lainnya serta beruang madu menjalani rehabilitasi. SRA dalam pengelolaannya merupakan kerja bersama COP dan OIC dengan dukungan dana dari The Orangutan Project. Kalau kamu peluk atau tos?”, tanya Dita, COP Academy yang sedang magang di COP Sumatra. (Dita_COPAcademy)

COP TEMUKAN ORANGUTAN DAN SATWA LIAR LAINNYA, KAWASAN INI PUNYA NILAI KONSERVASI TINGGI

Sepanjang bulan Agustus 2021, tim APE Crusader dari Centre for Orangutan Protection (COP) menerima 10 (sepuluh) laporan orangutan masuk perkebunan, area pertambangan, pemukiman masyarakat dan berada di pinggir jalan atau menyeberang jalan. Beberapa kasus laporan sempat viral di media sosial. Laporan terakhir membawa tim APE Crusader menelusuri informasi di wilayah Jalan Poros Kelay, Kampung Sidobangen, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur pada tanggal 7 September 2021.

“Atas informasi masyarakat, tim mencoba menelusuri dan melakukan pengecekan kebenaran informasi orangutan di pinggir jalan dan masuk kebun warga masyarakat di sekitar Jalan Poros Kelay, Kampung Sidobangen”, ujar Arif Hadiwijaya, kapten APE Crusader COP.

Lokasi Kampung Sidobangen merupakan salah satu kampung yang wilayahnya berbatasan langsung dengan area Hutan Lindung Sungai Lesan (HLSL) yang memiliki peran penting sebagai habitat satwa liar terutama orangutan. Potensi konflik sangat memungkinkan terjadi dengan kondisi seperti sekarang ini. “Sering munculnya orangutan di pinggir jalan maupun menyeberang jalan seperti yang viral beberapa waktu ini, kami menduga jalan poros tersebut menjadi salah satu pemisah antar metapopulasi orangutan yaitu HLSL dan Hutan Lindung Wehea”, jelas Arif.

Banyaknya informasi masuk terkait perjumpaan orangutan di area yang berdampingan dengan aktivitas manusia membuat tim APE Crusader mengintensifkan patroli di area tersebut. “Kami berjumpa dengan satu individu orangutan (pongo pygmaeus morio), lutung dahi putih (presbytis frontata) dan lutung merah (Presbytis rubicunda) yang cukup langka pada kunjungan lapangan tanggal 7 September yang lalu. Ketiganya termasuk satwa liar ikonik Kalimantan yang terancam keberadaannya karena hutan yang merupakan habitatnya beralih fungsi”, Arif Hadiwijaya, kapten APE Crusader.

Centre for Orangutan Protection bersama Balai KSDA Kalimantan Timur terus melakukan upaya preventif terhadap berbagai macam potensi konflik satwa liar yang ada di wilayah ini. Salah satunya dengan pemasangan papan himbauan serta penyadartahuan kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di sekitar area tersebut untuk tidak berburu dan melukai orangutan maupun satwa liar lainnya jika terjadi perjumpaan secara langsung.

Untuk wawancara lebih lanjut, silahkan hubungi:

Arif Hadiwijaya
Kapten APE Crusader COP
HP: 081318702729
Email: info@orangutanprotection.com

REST IN PEACE REINHARD BEHREND, THE RAINFOREST RESCUE FOUNDER

Berita duka cita datang dari LSM Jerman yaitu Rainforest Rescue. Pendiri organisasi Rettet den Regenwald e.V (Penyelamatan Hutan Hujan) meninggal dunia pada 5 Juni 2020 https://www.rainforest-rescue.org/news/9742/rest-in-peace-rainforest-rescue-founder-reinhard-behrend tepat di peringatan Hari Lingkungan Sedunia setelah melalui perjuangan panjang melawan kanker. 

Centre for Orangutan Protection mengucapkan turut berduka dan kehilangan pada sosok Reinhard dengan organisasinya yang telah mendukung COP di tahun-tahun pertamanya berdiri. “Semangat Reinhard Behrend akan terus hidup untuk hutan hujan Kalimantan. Semoga keluarga yang ditinggalkan tetap tabah dan semangat. Terimakasih Reinhard.”, kata Daniek Hendarto, direktur operasional COP.

Tim APE Crusader adalah tim yang berada di garis depan untuk penyelamatan satwa liar khususnya orangutan dan habitat merupakan tim yang didukung oleh Rettet den Regenwald e.V.  Kendaraan double cabin pertama tim APE Crusader berwarna hitam dari organisasi ini telah hilir mudik melalui garis khatulistiwa Kalimantan untuk menyelamatkan orangutan dan mendokumentasikan deforestrasi yang terjadi di Kalimantan Tengah dan Barat. Sekalipun mobil itu sudah berganti dengan kru yang berganti juga, tapi semangat untuk terus menyelamatkan orangutan dan habitatnya tidak pernah berubah. Begitulah semangat.

COP SIAP BANTU ORANGUTAN YKAY

Berita mengejutkan dari Taman Satwa YKAY (Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta) yang telah melakukan rehabilitasi satwa sebanyak 146 satwa liar. Pandemi COVID-19 memaksa YKAY untuk membatalkan program volunteer dari manca negara yang menjadi sumber utama operasional Taman Satwa YKAY. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta meminta COP untuk membantu ketujuh orangutan yang berada di taman satwa tersebut.

Centre for Orangutan Protection menyatakan kesiapannya untuk membantu orangutan yang berada di Taman Satwa YKAY atau yang sering disebut juga Wildlife Rescue Centre Jogja (WRC Jogja). “Pandemi COVID-19 ini tidak hanya memporak-porandakan perekonomian dunia usaha yang bergerak di bidang kuliner, konveksi, properti maupun otomotif yang berkaitan langsung dengan manusia. Tetapi juga dunia konservasi terutama Lembaga Konservasi non profit seperti Pusat Penyelamatan Satwa maupun Pusat Rehabilitasi. COP siap membantu ketujuh orangutan yang berada di Taman Satwa YKAY seperti pemeriksaan kesehatan, pakan, obat dan vitamin serta tenaga untuk ketujuh orangutan tersebut. 

COP memanggil seluruh pendukungnya (Orangufriends) untuk bahu-membahu menyelamatkan orangutan yang berada di Pusat Penyelamatan Satwa Liar Yogyakarta. Bagaimana caranya? Email kami di info@orangutanprotection.com atau langsung donasi lewat kitabisa.com 

Bersama kita bisa!

APAKAH HEWAN BISA MERASA STRES? (1)

Pada tahun 1965 berdasar laporan Brambell mengenai kesejahteraan hewan-hewan yang berada dalam sistem peternakan, pemerintah Inggris menunjuk sebuah Komite untuk mendalami permasalahan kesejahteraan hewan-hewan dalam peternakan. Komite ini kemudian merumuskan konsep lima kebebasan yang harus dimiliki tiap hewan peternakan dan kemudian meluas peruntukkannya dan dipakai untuk mengukur kesejahteraan berbagai spesies satwa di berbagai kondisi.

Pada laporan Brambell, ia mengatakan bahwa setiap hewan harus memiliki kebebasan untuk berdiri, berbaring, berputar, merawat tubuh mereka dan merenggangkan kaki-kaki mereka. Ini diketahui sebagai Lima Kebebasan Brambell dan kemudian berubah menjadi Five Freedom atau Lima Kebebasan yang dideskripsikan sebagai berikut, yaitu terbebas dari rasa lapar dan haus, terbebas dari ketidaknyamanan, terbebas dari rasa sakit, luka atau penyakit, bebas untuk mengekspresikan perilaku normalnya, dan yang terakhir bebas dari rasa takut dan stres.

Rasa takut dan stres disini membuktikan bahwa manusia meyakini bahwa hewan juga bisa merasakan stress dan emosi seperti rasa takut. Lalu apakah benar seperti itu? Selain kemampuan berpikir atau kognisi, kemampuan merasakan emosi seperti rasa takut dan marah yang diproses pada amigdala pada otak manusia ternyata juga ditemukan pada hewan terutama pada mamalia. Meski banyak penelitian masih mengarah pada emosi pada mamalia, saat ini mulai ada juga yang mendalami adanya perubahan emosi pada hewan-hewan kelas lainnya.

Namun tidak seperti manusia yang bisa mengkomunikasikan rasa takut dan stres yang dimilikinya, kita hanya bisa mengindikasikan seekor binatang atau hewan mengalami stres atau takut berdasar pengamatan atas perubahan perilaku dan kondisi tubuhnya. Dimana masing-masing spesies bisa memiliki respon berbeda atas stres atau tekanan yang dialaminya. (LIA)

Sumber :

Thaxton, Y.V., Christensen K., Clark, F.D. (2014). The Five Freedoms for Good Animal 

Welfare. University of Arkansas: Division of Agriculture Research & Extension.

Vargas, J. P., Lopez, J. C., Portavella, M. (2012). Amygdala and Emotional Learning in 

Vertebrates- A Comparative Perspective. University of Sevilla: Intech.