Uncategorized

ONE MONTH LEFT FOR HAPPI TO ENTER THE FOREST SCHOOL

One month left for Happi to be able to join her foru seniors that play in forest school. This afternoon Happi came back to her enclosure to take a nap..

Happi is one of the orangutan rescued back in August 29th 2016. She’s not more than 1 year old. She is very young. Orangutan babies resembles very much to human babies, very dependent to their mothers. It’s so tragic, Happi lost her mom and ends up in COP Borneo’s clinic, East Borneo. Where did her mother go?

Since the beginning of September, Centre for Orangutan Protection started a campaign ‘Terror of Air Riffles’ through petition on https://www.change.org/p/kapolri-hapuskan-perburuan-dengan-senapan-angin-terorsenapanangin-divhumaspolri

How easy it is to purchase an air-riffle and how common it is used to injure or even kill wild life especially orangutan was the background of the campaign.

SEBULAN LAGI HAPPI MASUK SEKOLAH HUTAN

Masih sebulan lagi, Happi baru bisa bergabung dengan keempat seniornya yang bermain di sekolah hutan. Siang ini Happi kembali ke kandang untuk tidur siang…
Happi adalah orangutan yang diselamatkan pada 29 Agustus 2016 yang lalu. Usianya tidak lebih satu tahun. Masih sangat kecil sekali. Bayi orangutan sangat mirip dengan bayi manusia, sangat tergantung sekali dengan ibunya. Sungguh tragis, Happi harus kehilangan ibunya dan berakhir di kandang klinik COP Borneo, Kalimantan Timur. Kemana ibunya?

Sejak awal September Centre for Orangutan Protection memulai kampanye Senapan Angin adalah teror satwa liar lewat petisi https://www.change.org/p/kapolri-hapuskan-perburuan-dengan-senapan-angin-terorsenapanangin-divhumaspolri
Keprihatinan begitu mudahnya senapan angin diperoleh dan dipergunakan untuk melukai bahkan membunuh satwa liar khususnya orangutan merupakan landasan kampanye #antisenapanangin di tahun 2014. Jika kamu tidak menginginkan, orangutan menjadi yatim dan terpaksa masuk ke pusat rehabilitasi, segera tanda tangani petisi tersebut. Save or Delete, You Decide!

SIGN IN PETITION TEROR OF AIR RIFLE

Untuk mendapatkan bayi orangutan, pemburu harus membunuh ibunya. Bayi yang berhasil direbut dari ibunya seringkali tewas juga karena ikut tertembak. Bayi yang tidak kena tembak akhirnya mati karena perawatan yang buruk dan salah. Bayi orangutan kurang lebih sama dengan bayi manusia yang butuh perhatian penuh. Sebagian lagi mati karena transportasi yang buruk. Dalam banyak kasus, bayi ini dimasukkan dalam karung untuk menyembunyikannya dari polisi. Bayangkan, andai ada bayi yang dimasukkan dalam karung, bagaimana perasaanmu?
Lalu para pemburu, yang terdaftar dalam klub menyatakan,”Itu bukan kami. Kami memang pembunuh, tapi punya aturan dan bertanggung.”
Pertanyaannya: berapakah pemburu yang terdaftar dan memiliki ilmu yang memadai sebagai pemburu bertanggung jawab, dan berapa banyak yang tidak?
Senapan dan peluru memang buta. Tidak kenal siapa yang menembak dan ditembak. Tidak peduli anggota klub atau bukan, tidak peduli babi atau macan. Daripada jatuh lebih banyak korban sia – sia, hapuskan saja senapan angin sebagai senjata buru. Kandangkan semua senapan angin di arena latihan sesuai Peraturan Kapolri.
Sampaikan ke Kapolri melalui petisi ini. Ayo jangan diam saja. Dunia ini rusak bukan karena ulah orang jahat, tetapi karena orang – orang baik mendiamkan kejahatan itu. Ayo bertindak.
https://www.change.org/p/kepala-kepolisian-republik-indonesia-hapuskan-perburuan-dengan-senapan-angin?recruiter=9870059&utm_source=petitions_show_components_action_panel_wrapper&utm_medium=copylink

ART FOR ORANGUTAN KIDS JAKARTA

Orangufriends Jakarta seperti tidak mau kalah dengan orangufriends lainnya. Kelompok pendukung Centre for Orangutan Protection, yang biasanya merupakan alumni siswa COP School dengan pembekalan sebelumnya membuat acara yang bisa mendukung dan membantu kegiatan COP. Mereka tahu, betapa sedikitnya staf yang bekerja. Mereka menggali kemampuan setiap orangufriends yang ada. Mereka semua ingin berbuat.

Jadilah event untuk anak-anak ini. Event yang akan diadakan pada tanggal 20 Agustus sekalian memperingati hari Orangutan Internasional. Yuk yang punya anak, keponakan atau tetangga ikut kegiatannya. Ada Danilla juga loh. Lomba mewarnai dan menggambar, mendongeng atau bahasa kerennya story telling, disemarakkan tarian tradisional, pameran lukisan dan foto.
Jangan lupa ya, itu hari Sabtu di Taman Kodok Menteng, Jakarta. Mulai dari jam 8.30 WIB… sampai ketemu.

FOREST WAR BEGINS

The first days of our trips were tragic. We arrived at Muara Wahau, witnessed how orangutans were displaced by the opening of palm oil plantations.

We found 9 orangutans, 2 of them are infants, trapped in a fragmented forests. We also found a lot of uprooted young palm trees, eaten by the orangutans. It’s only a matter of time until they die of starvation or killed on the sly.

Ironically, they all have scientific and legal documents which confirmed that there was nothing wrong with their plantations. Ironically, they all have a nature conservation programs with governments, universities and NGOs. This further reinforces our determination to embarrass them all in order to stop all this organized crime.

Forest war has begun. APE Crusader has returned. Stay updated of our latest news, share and disseminate. Don’t forget to leave a comment to get them insulted.

 

PERANG HUTAN DIMULAI

Hari – hari pertama perjalanan kami sangat menyedihkan. Kami tiba di Muara Wahau, menyaksikan bagaimana orangutan tergusur oleh pembukaan perkebunan kelapa sawit.

Kami menemukan 9 orangutan, 2 diantaranya bayi, terjebak dalam hutan – hutan yang terfrgamentasi. Kami menemukan banyak sekali pohon sawit muda yang tercabut, dimakan tunasnya oleh orangutan. Ini hanya soal waktu bagaimana mereka mati kelaparan atau dibunuh diam – diam.

Ironisnya, mereka semua memiliki dokumen ilmiah dan dokumen legal yang mengkonfirmasikan bahwa tidak ada yang salah dengan perkebunan mereka. Ironisnya, mereka semua memiliki program konservasi alam bersama dengan pemerintah, universitas dan LSM. Ini semakin menguatkan tekad kami untuk mempermalukan mereka semua guna menghentikan semua kejahatan yang terorganisir ini.

Perang hutan telah dimulai. APE Crusader telah kembali. Pantau terus berita terbaru dari kami, bagikan dan sebarluaskan. Jangan lupa membuat komentar agar telinga mereka semakin panas.

CHAIN OFF OF GIBBON, WHEN WE CARE

Elin Alvita is a member of Orangufriends Banjarbaru who is also an alumni of COP School Batch #5. Seeing the three long-tailed monkeys, two monkeys, a bornean gibbon and the Tongtong stork which lived in a low welfare at Van Der Pijl Park Banjarbabaru, Elin took the initiative to make improvements. It was not easy, but the Orangufriends and she got a huge support and were finally able to help the animals to get a better life.

Getting license from the Department of Sanitary and Landscaping Banjarbaru, Elin made a huge effort to raise fund by selling bornean gibbon t-shirt and organizing music concerts Fund for Park on September 26, 2015. In this fund-raising, Elin got both moral and material support from various communities and bands that toned up this event. The communities that have helped Elin were Morning Art Media Creative, WALHI South Kalimantan, Mapala Piranha, and Butze Tako. Meanwhile, the bands that have enliven the Fund for Park were Soul Cry, Sunday High Club, Hello Kitty Berkumis, Jokes of Superboys, Dreamtree Reggae, Seven Ways To Sunday and Buddy Guy Project. Aside from the community and the band, Elin also got financial support from Rumah Makan Semua Senang, Oasis Adventurous Stuff, and the donors who have bought the bornean gibbon t-shirts. From the donations and activities, Rp 8,923,800.00 where collected to be used in repairing the animal enclosure at Park Van der Pijl Banjarbaru.

The enclosure repairing was done in in October and December. The intentions were to remove the chain on animals’ stomachs and to better the animals’ life. In addition to fixing the cage, information boards about animals were also added to enrich the visitor information about the animals. This effort really helped the animals in the Van Der Pijl park to get its’ welfare. This couldn’t be done without the support of various parties mentioned above. Therefore, Elin and Orangufriends Banjarbaru would like to thank them all. (KIA)

RANTAI PUN LEPAS DARI OWA, SAAT KITA PEDULI

Elin Alvita adalah anggota Orangufriends Banjarbaru yang juga merupakan alumni COP School Batch #5. Berangkat dari keprihatinannya melihat rendahnya kesejahteraan tiga monyet ekor panjang, dua beruk, satu Owa Kalimantan dan satu bangau Tongtong di Taman Van Der Pijl Banjarbabaru, Elin berinisiatif melakukan perbaikan. Hal ini tidak mudah dilakukan. Akan tetapi berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya Elin bersama Orangufriends Banjarbaru yang lain berhasil membantu satwa-satwa tersebut untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak.

Setelah selesai mengurus perijinan ke Dinas Kebersihan dan Pertamanan Banjarbaru, Elin melakukan penggalangan dana dengan menjual kaos bergambar Owa Kalimantan dan menyelenggarakan konser music Fund for Park pada tanggal 26 September 2015. Dalam penggalangan dana ini, Elin banyak mendapatkan dukungan baik moral maupun material dari berbagai komunitas dan band-band yang mengisi acara ini. Komunitas bekerja suka rela membantu Elin adalah Morning Art Media Creative, Walhi Kalsel, Mapala Piranha, dan Butze Tako. Sementara itu, band yang memeriahkan acara Fund for Park di antaranya Soul Cry, Sunday High Club, Hello Kitty Berkumis, Jokes of Superboys, Dreamtree Reggae, Seven  Ways To Sunday dan Buddy Guy Project. Selain dari komunitas dan band, Elin juga mendapatkan bantuan material dari Rumah Makan Semua Senang, Oasis Adventurous Stuff, dan donator-donatur yang membeli kaos Owa. Dari donasi dan kegiatan tersebut, terkumpul dana sebesar Rp 8.923.800,00 yang kemudian digunakan untuk memperbaiki kandang satwa di Taman Van der Pijl Banjarbaru.

Perbaikan kandang dilakukan dalam dua bulan, yaitu pada bulan Oktober dan Desember dengan target satwa yang dirantai di perut bisa dilepaskan dan satwa bisa lebih nyaman di dalam kandang. Selain memperbaiki kandang, papan informasi mengenai satwa juga ditambahkan untuk memperkaya informasi pengunjung mengenai satwa-satwa yang ada di Taman Van Der Pijl. Berkat inisiatif Elin tersebut, satwa-satwa di Taman Van Der Pijl dapat hidup lebih sejahtera. Keberhasilan Elin dalam menggerakkan Orangufriends Banjarbaru untuk memperbaiki kesejahteraan satwa-satwa tersebut tentunya tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak yang telah disebutkan di atas. Oleh karena itu, Elin dan Orangufriends Banjarbaru mengucapkan terima kasih kepada semua pihak ikut peduli tersebut. (KIA)

PROSECUTORS PLAY A KEY ROLE IN WILDLIFE CONSERVATION

Why do criminals receive light sentences?  Because prosecutors demand light sentences. Since the 5th Laws in 1990 were enforced, not one person who has committed crimes against wild life has received more than a 2 year jail term. In general, they only serve 8 months in jail, however there are those that receive only 3 months probation. This means that the criminal is never actually incarcerated, but merely monitored for 3 months. If they are found to sell again in that 3 month period, then officials can put them into jail. This is the reason why crimes against wildlife continue to occur in Indonesia. Those who have been incarcerated, return to sell again and even to challenge BKSDA through social networking

Because of this experience, the COP started to focus on the Attorney General.  On the 7th of September 2015 the COP delivered a formal letter to the Attorney Generals office.  The COP requested that the Attorney General oversee legal proceedings in the case of the trading of 3 infant orangutans in Aceh. This was aimed to demand the maximum penalty so that the heaviest sentence would be given and the work of the police and BKSDA would not be in vain. So that the community support would not be in vain. So that the criminal would truly be punished and wildlife would no longer be threatened.

Come on prosecutors, play your part in the conservation of wildlife in Indonesia.

 

JAKSA MAINKAN PERAN KUNCI DALAM KONSERVASI SATWA LIAR

Mengapa penjahat dihukum ringan? Karena Jaksa menuntutnya ringan. Sejak Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1990 diberlakukan, tidak ada satupun pelaku kejahatan terhadap satwa liar dihukum penjara lebih dari 2 tahun. Umumnya hanya diganjar 8 bulan penjara, bahkan ada yang dihukum 3 bulan masa percobaan. Artinya, si penjahat tidak pernah benar – benar dipenjara. Dia hanya diawasi selama 3 bulan. Kalau dia ketahuan jualan lagi dalam 3 bulan tersebut, maka petugas bisa langsung menjebloskannya. Inilah sebabnya kenapa kejahatan terhadap satwa liar semakin menjadi – jadi di Indonesia. Yang sudah pernah dihukum penjara, langsung jualan lagi dan bahkan menantang BKSDA di jejaring sosial.

Berangkat dari pengalaman tersebut, COP mulai memfokuskan diri ke Kejaksaan. Pada tanggal 7 September 2015 COP melayangkan surat resmi ke Kejaksaan Agung. COP meminta agar Kejaksaan Agung mengawasi proses hukum kasus perdagangan 3 bayi orangutan di Aceh. Ini bertujuan agar tuntutan hukum bisa maksimal. Agar hukuman yang dijatuhkan bisa seberat – beratnya. Agar kerja polisi dan BKSDA tidak sia – sia. Agar dukungan masyarakat tidak sia – sia. Agar para penjahat benar – benar kapok, sehingga satwa liar tidak lagi terancam.

Ayo para Jaksa, mainkan peran anda dalam konservasi satwa liar Indonesia.

APE WARRIOR DEPARTS TO SUMATRA TO SUPPORT OPERATION NOCTURNO

After succeeding to catch a trader in Aceh and rescue 3 infant orangutans on the first of August 2015, the COP continues to fight against wildlife trade in Sumatra. Today, the APE warrior team departed to Sumatra with teams from Animals Indonesia. They will travel to south Sumatra, Bengkulu and west Sumatra. They will build the basic facilities of the Sumatra Wildlife Rescue Centre in Palembang and evacuate several species of wildlife so that they have a second opportunity for a better life.

Palembang is a point of contact for the wildlife trade in Indonesia, in the western part along with Pontianak and Medan.  The focus of the teams work is nocturnal wildlife, especially pangolins and lemurs. Because of this, #sumatramission this year has been labelled #operationnocturno .

Follow the latest developments on the website and through social media. Don’t forget to contribute. The success of this operation depends on the support of all of you.

 

APE WARRIOR DIBERANGKATKAN KE SUMATERA GUNA MENDUKUNG OPERASI NOCTURNO

Setelah berhasil membekuk seorang pedagang di Aceh dan menyelamatkan 3 bayi orangutan pada tanggal 1 Agustus 2015, COP terus bergerak memerangi perdagangan satwa liar di Sumatra. Pada hari ini, tim APE Warrior diberangkatkan ke Sumatra bersama dengan tim Animals Indonesia. Mereka akan menjelajahi Sumatra Selatan, Bengkulu dan Sumatra Barat. Mereka akan membangun fasilitas dasar Pusat Penyelamatan Satwa Liar Sumatra / Sumatra Wildlife Rescue Centre di Palembang dan mengevakuasi beberapa jenis satwa liar agar mereka memiliki kesempatan ke dua dalam hidupnya untuk hidup yang lebih baik.

Palembang adalah titik hubung perdagangan satwa liar di Indonesia bagian barat bersama dengan Pontianak dan Medan. Fokus kerja tim saat ini adalah satwa liar malam atau nokturnal, terutama trenggiling dan kukang. Karenanya, #sumatramission tahun ini dilabeli dengan #operationnocturno .
Ikuti terus perkembangan terbaru di website dan jejaring sosial. Jangan lupa untuk menyumbang. Kesuksesan operasi ini bergantung pada dukungan anda semua.

COP LAUNCH SUMATRA MISSION #3

image001

Today, the Centre for Orangutan Protection dispatched 2 members of the APE Warrior team to Sumatra. The aim of this journey is gather public support in the fight against poaching and wild life trade along with helping zoo officials to achieve ex situ conservation goals which are mandated by The Ministry of Forestry especially in regards to the welfare of wildlife and education of society.

APE Warrior, Daniek Hendarto, who lead this Sumatran mission provided and the following statement:

“This is our 3rd routine mission. The first was undertaken at the start of 2013. In the first mission, we helped 4 zoos with handling 6 orangutans and several other species of primates. We also will campaign to close zoos which cannot be improved and relocate the animals to other zoos. In our second mission, we focussed on Aceh, helping local authorities relocate orang-utans and a diverse variety of other animals which were illegally kept’.

“This mission is quite unique because we are partnering with other organisations such as Animals Indonesia. This mission is titled Operation Nocturno. The aim is to fight crime against nocturnal animals especially lemurs and pangolins. The second APE Warrior team will depart in on the second of August.”

“The team will also visit schools and community groups to galvanise support in the fight against poaching and wild life trade. A large proportion of animals in Sumatran zoos are donated from the community. This means they are victims of poaching, trade and the illegal pet industry. There needs to be joint efforts to end this cycle.

The Sumatran mission will last for 30 days and will go to south Sumatra, Riau and North Sumatra. The Centre for Orangutan Protection thanks the Orangutan Information Centre for its support.

 

Centre for Orangutan Protection pada hari memberangkatkan 2 anggota tim APE Warrior ke Sumatra. Misi dari perjalanan ini adalah menggalang dukungan publik untuk memerangi perburuan dan perdagangan satwa liar serta membantu para pengelola kebun binatang untuk mencapai tujuan – tujuan lembaga konservasi ex situ yang diamanatkan oleh Kementerian Kehutanan, terutama dalam hal kesejahteraan satwa liar dan pendidikan masyarakat.

Daniek Hendarto, kapten APE Warrior yang memimpin Misi Sumatra ini memberikan pernyataan sebagai berikut:

“ Ini adalah misi rutin kami yang ke 3. Yang pertama dijalankan di awal tahun 2013. Dalam misi pertama tersebut kami membantu 4 kebun binatang dengan jumlah total orangutan yang  ditangani adalah 6 orangutan dan beberapa jenis primata lainnya. Kami juga akan mengkampanyekan penutupan kebun – kebun binatang yang secara teknis tidak mungkin diperbaiki. Satwanya harus dievakuasi ke kebun binatang lain. Dalam misi kami yang ke 2, kami memfokuskan diri di Aceh, membantu otoritas setempat mengevakuasi orangutan dan beragam jenis liar lainnya yang dipelihara illegal.”

“Misi kali sangat unik karena kami bermitra dengan organisasi lain, yakni Animals Indonesia. Misi ini bertajuk Operation Nocturno. Bertujuan memerangi kejahatan terhadap satwa liar nokturnal terutama kukang dan trenggiling. Tim ke 2 APE Warrior akan diberangkatkan pada minggu ke 2 Agustus.”

“ Tim juga akan berkunjung ke sekolah – sekolah dan kelompok swadaya masyarakat untuk menggalang dukungan pada perang melawan perburuan dan perdagangan satwa liar. Sebagian besar koleksi kebun binatang yang ada di Sumatra adalah sumbangan masyarakat, artinya mereka adalah korban dari perburuan, perdagangan dan pemeliharaan illegal. Harus ada upaya bersama untuk menghentikan siklus ini. “

Misi Sumatra akan berlangsung selama 30 hari, menyinggahi Sumatra Selatan, Riau dan Sumatra Utara. Centre for Orangutan Protection mengucapkan terima kasih atas dukungan Orangutan Information Centre.