Jumat pagi di bulan Juni, enam individu orangutan dibawa keluar kandang oleh perawat satwa untuk mengikuti sekolah hutan di lokasi ketiga. Keenam individu tersebut adalah Berani, Jainul, Aman, Happi dan Mary.
Setiba kami di lokasi sekolah hutan 3, Berani langsung menikmati sebatang jagung dengan damai sendirian di bawah pohon. Tidak lama kemudian, Jainul yang baru saja tiba di lokasi langsung berlari dan memeluk orangutan Berani, seperti seorang anak yang memeluk induknya. Ekspresi heran dan bingung terpancar dari wajah Berani. Seolah tidak tahu harus berbuat apa, Berani mencoba menyingkirkan Jainul, namun Jainul tidak mau melepaskan pelukannya dari Berani.
Selain memeluk dan tidak mau lepas dari Berani, Jainul pun berusaha merebut jagung dari tangan Berani. Padahal, orangutan jantan lainnya seperti Annie dan Happi (yang jauh lebih besar dari Jainul) tidak berani untuk mencoba merebut makanan dari Berani atau mereka akan dihajar oleh Berani. Tidak seagresif biasanya, Berani seakan kebingungan saat Jainul mencoba merebut jagung dari tangannya. Ia pun hanya pasrah dengan ekspresi heran.
Perilaku Jainul dan Berani pagi itu membuat para perawat satwa tertawa dan sedikit was-was. “Khawatir Berani bersikap agresif hingga Jainul terluka. Tapi ternyata malah sebaliknya. Tentu saja ini tidak lazim. Dan baru kali ini kami menemui kondisi seperti ini. Prihatin sekali dengan nasib orangutan Jainul yang sangat bergantung pada orangutan lain, pada perawat satwa juga. Bayi seusianya memang paling nyaman bersama induknya”, ujar Raffi, asisten manajer BORA. (RAF)