WHAT HAPPENED TO SONIA?

Not even a year old, this baby orangutan has to be put under human’s care. Still in Sampit area, Central Borneo. Parenggean, East Kotawaringin district to be exact. According to the keeper, this baby has been under their care for 6 months. What happened to her mother?

Reports have been received by the APE Crusader, COP’s rapid response team. APE Crusader will work to confirm the reports. This time, it’s so heartbreaking. Another baby orangutan. Almost the entire land of Kotawaringin district now have turned into palm plantation. No forest left for orangutan’s habitat.

Sonia’s arrival on human hands represents 2 to 10 other wild orangutan that was killed. Sonia represents her family. What about the other animals?
APA YANG SUDAH TERJADI SONIA?

Belum juga genap usianya satu tahun. Bayi orangutan ini terpaksa diasuh manusia. Masih di seputaran Sampit, Kalimantan Tengah. Tepatnya Parenggean, kabupaten Kotawaringin Timur. Menurut yang mengasuhnya, bayi ini sudah 6 bulan dirawatnya. Bagaimana dengan ibunya?

Laporan demi laporan diterima APE Crusader, tim gerak cepatnya Center for Orangutan Protection. APE Crusader akan segera mengkonfirmasi laporan tersebut. Kali ini, membuat miris. Bayi orangutan lagi. Hampir seluruh lahan kabupaten Kotawaringin beralihfungsi menjadi perkebunan kelapa sawit. Sementara tak ada lagi hutan sebagai habitat orangutan yang tersisa.

Sampainya Sonia (nama bayi orangutan) ke tangan manusia mewakili 2 sampai 10 orangutan liar lainnya yang mati. Sonia mewakili kerabatnya. Bagaimana dengan satwa liar lainnya?

WILD ORANGUTAN WERE FORCED TO EAT PALM PLANTS

Nest is a very crucial resting place for orangutan. Orangutans make their nest twice each day. One for rest in the afternoon, and a larger one for evening until the next morning. On November 7th 2016, COP received a report that two orangutans destroyed palm and pineapple plantations owned by Mr. Bayu. After field review, APE Crusader, COP’s rapid response team, found two newly made nests.
Once again, we found fragmented forest. The forest that stuck between a plantation owned by PT. MAP and villager’s plantation. These orangutans must be distressed, all the food in the forest were gone and forced to enter the plantation owned by Mr. Bayu,
After two days, Mr. Bayu reported that the orangutan destroyed the palm plantation again. APE Crusader along with BKSDA Sampit immediately headed to the location, and tried to chase the orangutan. Wild orangutan was very agile, and the team lost track.
Conflict between orangutan and plantations will never stop, as long as the field used for plantation was orangutan’s habitat.

ORANGUTAN LIAR TERPAKSA MAKAN SAWIT

Sarang adalah tempat istirahat penting bagi orangutan. Dalam kesehariannya, orangutan akan membuat sarang sebanyak dua kali. Satu sarang pada saat istirahat di siang hari, dan satu sarang yang lebih besar pada sore hari untuk tidurnya hingga esok pagi. 7 November 2016, COP mendapat laporan ada dua orangutan merusak perkebunan sawit dan nenas milik pak Bayu. Hasil dari lapangan, APE Crusader, tim gerak cepatnya Center for Orangutan Protection menemukan dua buah sarang yang masih baru.

Sekali lagi kami menemukan hutan yang terfragmentasi. Hutan yang terjepit di antara perkebunan PT. MAP dengan milik masyarakat. Orangutan ini pasti terdesak, pakan di hutan habis dan terpaksa masuk ke perkebunan sawit milik pak Bayu.

Selang dua hari kemudian, pak Bayu melaporkan kembali orangutan tersebut merusak perkebunan sawit lagi. APE Crusader bersama BKSDA Sampit segera menuju lokasi, dan mengejar orangutan tersebut. Orangutan liar memang sangat lincah sekali, tim pun kehilangan jejaknya.

Konflik orangutan dan perkebunan tidak akan pernah berhenti, semasa lahan perkebunan yang digunakan adalah habitat orangutan.

INTEGRATED PATROL FOR FOREST FIRE PREVENTION

Forest fire haunts every dry season. The preparation to face forest fire is always a question APE Crusader which happened to be in Central Kalimantan along with Indonesian Army (TNI), police and local community inspected the potential areas for forest fire.

Socialization of forest fire hazard had been delivered structurally by BKSDA and Manggala Agni in West Baamang. To reach the location, team required to use motorcycle. APE Crusader helped the inspection by operated drone to check the forest fire potential area.

This is the collaboration to prevent forest fire which devastated a lot of parties, including orangutans that must lost their habitat due to forest fire. When they lost their habitat, orangutans will enter villager’s farm or even houses. “It is better to prevent!” stated Satria, APE Crusader captain.

PATROLI TERPADU KEBAKARAN HUTAN

Kebakaran hutan seperti hantu yang selalu muncul saat musim kemarau tiba. Kesiapan menghadapi nya selalu dipertanyakan. APE Crusader yang kebetulan sedang di Kalimantan Tengah bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian dan warga setempat mengecek tempat-tempat yang berpotensi terjadi kebakaran.

Sosialisasi bahaya kebakaran secara terstruktur disampaikan BKSDA dan Manggala Agni di Baamang Barat. untuk mencapat lokasi, tim harus menggunakan sepeda motor. APE Crusader membantu dengan menerbangkan drone untuk memantau kawasan yang berpotensi terbakar lewat udara.

Ini adalah kerja bersama untuk mencegah kebakaran, yang tiap tahunnya merugikan banyak pihak. Termasuk orangutan yang akhirnya harus kehilangan habitatnya. Akibat habitat orangutan terbakar, orangutan terpaksa masuk ke ladang bahkan pemukiman manusia. “Lebih baik mencegah… kan!”, tegas Satria, kapten APE Crusader.

RESCUED TWO ORANGUTAN BABIES TODAY

We have rescued two orangutan babies today. The first one in East Kalimantan and the second one in Central Kalimantan. They are now going to rescue centers. The first one, we named him Happi, is going to our own centre COP Borneo. The second one don’t have name yet, is going to Wildlife Authority Office in Sampit. Let’s hope the authority decide BOSF Nyarumenteng as her new home.
COP thanks to you all for kind support, especially who fund us through With Compassion & Soul ( COP Borneo Centre), The Orangutan Project (Ape Guardian Team) and Orangutan Outreach (The Ape Crusader Team).

BELAJAR DAN BERBAGI DI CEMPAGA HULU

“Masih banyak masyarakat di daerah-daerah hulu yang perlu di beri pengetahuan lebih tentang perlindungan orangutan. Kegiatan-kegiatan seperti ini sangat saya dukung, karena bisa menambah wawasan murid-murid di sini, karena di desa ini sering terjadi konfik antara masyarakat dan orangutan.”, ujar Mila, salah satu guru di SMP.
Maraknya alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit, sangat berpengaruh langsung terhadap kehidupan satwa liar, terutama orangutan. Di Kotawaringin Timur, tepatnya di desa Tumbang Koling dulunya termasuk kantong habitat orangutan Kalimantan Tengah (pongo pygmeus wrumbii). Akan tetapi, sekarang hutan-hutan di sekitar sudah berubah semua menjadi perkebunan kelapa sawit. Lantas kemana orangutan-orangutan itu?
Bulan Juli lalu tim Centre for Orangutan Protection (COP) mengevakuasi 1 individu bayi orangutan tanpa induk, berumur kurang dari sebulan. Satu butir peluru bersarang di bagian punggung bayi ini. Kondisinya sangat lemah dan memaksa tim untuk langsung membawanya ke Pusat Reintroduksi Orangutan BOS Nyarumenteng, Kalimantan Tengah.
Kasus tersebut hanyalah salah satu jawaban dari sekian banyak pertanyan bagaimana nasib orangutan di Kalimantan Tengah. Semakin banyak hutan yang dialih fungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit, menyebabkan orangutan tersebut kehilangan sumber pakan. Beberapa orangutan yang beruntung, mungkin bisa lari dari kondisi ini. Tapi tidak sedikit juga yang masuk ke kebun masyarakat dan menimbulkan konflik baru orangutan dengan masyarakat.
Rabu, 24 Agustus tim COP melakukan kegiatan penyadartahuan perlindungan orangutan di SMPN SATAP Cempaga Hulu. Aga yang merupakan salah satu dari tim COP menjelaskan, “Kegiatan ini adalah lanjutan dari kasus yang kita temukan bulan Juli lalu. Melalui penyadartahuan ini, kami berharap ketika ada orangutan yang masuk ke kebun atau warga maupun anak-anak yang melihat atau memelihara orangutan, baik yang terluka atau tidak. Bisa langsung menghubungi pihak-pihak yang berwenang.”
Metode penyadartahuan tentang perlindungan orangutan disampaikan tim COP kepada siwa dengan media gambar cetak. Kemudian diisi dengan permainan kecil yang banyak mengambil unsur lingkungan. Bersyukur siswa-siswi di SMP ini sangat antusias mengikuti hingga selesai kegiatan.
Tidak banyak kegiatan penyadartahuan tentang perlindungan satwa liar yang dilakukan di daerah hulu. Di samping akses yang susah dan menempuh waktu yang lama menjadi kendalanya. Namun jika tidak ada yang mengambil peran tersebut, satwa-satwa liar yang tersisa tidak akan bertahan lama. Akan terus ada korban-korban berjatuhan akibat dari perburuan maupun pemeliharaan. (SAT)

INTERNATIONAL ORANGUTAN DAY

What can i say?
I’m one of the four orangutan from the illegal trade in Sumatra (26/7). Hunter killed my mom for sure. Plantation grabbed our home.
What can you do?
Save or Delete, You Decide!
Happy International Orangutan Day on August 19, 2016 …
#orangutanday #menolakpunah

CASE OF ORANGUTANS IN AE CORPORATION PALM OIL PLANTATION WORSENS: NATIONAL DOCUMENTS SUSPECTED STOLEN

The Directorate of Criminal Law Enforcement from the Ministry of Environment and Forestry has stated that the party has refused Centre for Orangutan Protection’s request for a copy of the Minutes of Enquiry as it is still under investigation. The refusal letter was numbered S.125/PHP/PPLKKH/GKM.3/8/2016 and dated the 1st of August 2016. These Minutes of Enquiry are in regard to the case of suspected destruction of orangutan habitat by AE Corporation in East Kutai. In this matter, COP staff have been investigated as witnesses. COP greatly appreciates this decision as it is in accordance with Indonesian regulations.

COP is also regretful of the circulation of the Minutes of Enquiry under the name of M Salahudin Aziz, who was investigated as a representative of AE Corporation, and suspects that these national documents have been stolen. These confidential documents were leaked to COP by Golden Agri Resources and Wings Food as buyers of AE Corporation palm oil products. COP has discussed this matter with the East Kalimantan Conservation and Natural Resources Agency (BKSDA) in a meeting on the 18th of July 2016. The Agency has promised to investigate this scandal.

COP is greatly concerned over the development of this case and the fate of the 13 orangutans that have been reported to be impacted by the activities of palm oil company AE Corporation. COP first reported this to Ministry of Environment and Forestry on the 10th of March 2016 and action has since been taken by the East Kalimantan Conservation and Natural Resources Agency to conduct investigations in the field. To this day, COP is yet to see any real rescue efforts. What has happened has been counterproductive. The initial reports from surveys by Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) and the Minutes of Enquiry that are suspected stolen have been used to manipulate the situation.

COP greatly appreciates the policies of GAR/Sinar Mas, Wilmar and Wings Food in suspending their commercial contracts with AE Corporation until this case is declared closed by the authorities. This is hoped to clear their supply chain of the blood of orangutans and the clearing of wildlife habitats. COP is currently considering a national campaign to boycott food products connected to palm oil companies linked to AE Corporation, if the parties involved do not take distinct steps to save the affected orangutans.

For interviews and further information, please contact:
Ramadhani, COP Managing Director.
Phone: 081349271904
Email: dhani@cop.or.id
For photos and videos, please contact:
Wahyuni Mangoensoekardjo, COP Communications Manager.
Phone: 082143671729
Email : yuyun@cop.or.id

Direktorat Penegakan Hukum Pidana dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa pihaknya menolak permintaan Centre for Orangutan Protection untuk mendapatkan salinan Berita Acara Permintaan Keterangan (BAPK) dikarenakan masih dalam proses penyidikan. Surat penolakan tersebut bernomor: S.125/PHP/PPLKKH/GKM.3/8/2016 tertanggal 1 Agustus 2016. BAPK dimaksud adalah kasus dugaan perusakan habitat orangutan oleh PT. AE di Kutai Timur. Dalam hal ini staff COP diperiksa sebagai saksi. COP sangat menghargai keputusan tersebut karena sudah sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia. 

COP juga menyayangkan beredarnya BAKP atas nama M Salahudin Aziz yang diperiksa sebagai wakil perusahaan PT. AE. COP menduga telah terjadi pencurian dokumen negara. COP mendapatkan bocoran dokumen rahasia negara tersebut dari Golden Agri Resources (GAR) dan Wings Food selaku pembeli produk kelapa sawit PT. AE. COP telah mendiskusikan hal ini kepada (BKSDA Kaltim) dalam pertemuan tanggal 18 juli 2016. Pihak BKSDA Kaltim telah berjanji untuk mengusut skandal ini. 

COP sangat prihatin atas perkembangan kasus ini dan khawatir dengan nasib 13 orangutan yang dilaporkan terdampak oleh aktivitas perusahaan kelapa sawit PT. AE. COP pertama kali melaporkannya kepada KLHK pada tanggal 10 Maret 2016 dan telah ditindaklanjuti Balai KSDA Kaltim dengan pemeriksaan ke lapangan. Hingga saat ini COP belum melihat adanya upaya nyata untuk penyelamatan.  Yang terjadi justru kontraproduktif. Laporan Awal hasil survey BOSF dan BAKP yang diduga curian digunakan untuk memanipulasi situasi. 
 
COP sangat menghargai kebijakan GAR / Sinar Mas, Wilmar dan Wings Food untuk memutuskan sementara kontrak dagangnya dengan PT. AE hingga kasus ini dinyatakan selesai oleh otoritas. Kebijakan ini diharapkan dapat membersihkan mata rantai pasokan mereka dari darah orangutan dan pembabatan habitat satwa liar. COP sedang mempertimbangkan kampanye nasional untuk memboikot produk – produk makanan yang terkait dengan perusahaan kelapa sawit yang terkait dengan PT. AE jika para pihak yang terlibat tidak mengambil langkah nyata untuk menyelamatkan orangutan yang terdampak. 

Untuk wawancara dan informasi lebih lanjut, silakan berkomunikasi dengan: 
Ramadhani, Direktur Pelaksana COP. 
Telepon : 081349271904
Email : dhani@cop.or.id

Untuk foto dan video resolusi, silakan berkomunikasi dengan: 
Wahyuni Mangoensoekardjo, Manajer Komunikasi
Telepon : 082143671729
Email : yuyun@cop.or.id

WORLD RANGER DAY

World Ranger Day commemorates rangers killed or injured in the line of duty, and celebrates the work rangers do to protect precious ecosystems and the species within.
World Ranger Day is observed annually on the 31st of July, and is promoted by the 54 member associations of the International Ranger Federation and by individuals, businesses and governments who support the work of rangers and the IRF.
We would like to send a massive thank you to our staff at the Labanan Research Forest where we run Orangutan Rehabilitation Program. They are not just caring orangutan but also bravely protect the forest.
We would also like to thanks the With Compassion and Soul for funding is.
#worldrangerday #protecthabitat

A BABY WITH BULLET IN HIS CHEST?

A baby orangutan, without his mommy… his mommy can be ascertained dead, killed.
Baby Apung/Bumi is a baby orangutan rescued from Tumbang Koling village, Central Kalimantan by APE Crusader team Centre for Orangutan Protection on June 17, 2016 a month ago. When APE Crusader found him, Apung/Bumi is very weak. After passing a medical at the BOS Nyarumenteng, he is known to have a bullet in his chest.

Baby with bullet in the his chest??? Can you imagine it?

Thank you for you support, so that we can save Apung/Bumi or the others.
Bayi orangutan, tanpa induk… dapat dipastikan induknya mati, terbunuh.
Bayi Apung/Bumi adalah bayi orangutan yang diselamatkan dari desa Tumbang Koling oleh tim APE Crusader Centre for Orangutan Protection pada 17 Juni 2016 yang lalu. Pada saat tim menemukannya, Apung/Bumi sangat lemah sekali. Setelah melalui tes kesehatan di BOS Nyarumenteng, diketahui ada sebutir peluru di dadanya.

Bayi dengan sebutir peluru di dada? Apakah kamu bisa membayangkannya? 
Terimakasih atas dukunganmu, sehingga kami bisa menyelamatkan bayi Apung/Bumi ini.

APE CRUSADER HEADING TO THE WEST

It has been almost two years that APE CRUSADER did not range to the west. In the beginning of June, APE Crusader, which is a rapid response team of COP was upset of their findings. They found five orangutans owned illegally. Four of them have been successfully rescued and are waiting to be relocated.

A finding of 18 corpses of pangolins made the journey more challenging. The corpses probably were disposed by pangolin trafficker because they perished. This case is being handled by Polsek Sampit.
Besides, APE Crusader has to go back to the muddy road to defend the orangutan habitat in Central Borneo.

Hampir dua tahun APE Crusader tidak melakukan perjalanan ke barat. Awal bulan Juni 2016 ini, APE Crusader yang merupakan tim gerak cepat Centre for Orangutan Protection ini pun terkejut dengan temuannya. Mereka menemukan lima orangutan yang dipelihara secara illegal dalam sebulan perjalanannya. Empat orangutan berhasil diselamatkan, satu lagi sedang menunggu untuk dipindahkan.

Penemuan delapanbelas bangkai trenggiling membuat perjalanan ke baratnya APE Crusader menjadi semakin menarik. Trenggiling tersebut diduga dibuang oleh pedagang trenggiling karena mulai membusuk. Kasus ini ditangani Polsek Sampit.

Tidak hanya itu saja, APE Crusader pun harus berlumpur lagi mempertahankan hutan habitat orangutan di Kalimantan Tengah.