Orangufriends

HIDUP DI CAMP COP BORNEO

“Wow!”. Hidup di hutan itu sangat sederhana. Di pondok kayu rumah panggung beratapkan seng, di bawah rimbunnya pepohonan adalah tempat tinggal kami selama sebulan ke depan. Dan… kebayang ngak, selama sebulan tanpa signal telepon apalagi internet? Mungkin ngak ya?

Keterasingan di tengah hutan memiliki daya tarik tersendiri yaitu bebas dari jaringan internet yang seringkali menjadi ‘distraksi’ terbesar manusia abad ini. Lepas dari kejaran notifikasi social media (facebook, twitter, instagram, path, dst), chat group diaplikasi (whatsapp atau line), email atau hanya sekedar menjelajah internet, game online ataupun menonton youtube yang selalu menyajikan hiburan tiada batas kapan pun dimana pun dan seringkali membuat ketagihan. Baiklah, ‘detox internet’ dimulai. Mencoba kembali ke alam secara harafiah.

Bonusnya, jika kamu mengabaikan cerita ‘tarzan’ dan ‘snow white’ serta kesan horornya hutan belantara dari hewan buas seperti macan dan ular maupun penghuni tak kasat mata lainnya, kesunyian dan oksigen melimpah dengan kualitas udara bersih hutan memberikan kesan dramatis dan membuat saya tak berhenti berdecak kagum. Betapa hidup di hutan memiliki daya tarik tersendiri.

Menjadi relawan COP Borneo di hutan hujan tropis Labanan, Berau, Kalimantan Timur sejak 26 Juni 2017 adalah kesempatan istimewa saya. Kapan lagi diusilin burung rangkong yang suka menganggu di dapur, kancil, anjing hutan, babi hutan dan bahkan landak yang mau mencuri pakan yang tersimpan di gudang buah. Kami pun harus berjaga-jaga sepanjang malam.

Udara di dalam hutan berbeda sekali dengan di luar hutan. Di dalam dengan kesejukan yang lembab, sementara di luar hutan, panas terik yang menyengat. Hujan deras pun sempat membuat kawatir dengan kilat dan suara petir yang membahana.

Saat malam tiba, listrik hanya dipergunakan untuk penerangan dari jam 6 sore hingga 10 malam. Selebihnya, senter dan lilin yang akan menemani. Sumber air hanya berasal dari ‘embung’ yaitu kolam rawa yang ada di dekat camp. Sementara air bersih harus kami beli dari kota. Di sinilah saya belajar hidup sederhana dan efisien untuk menikmati hidup atau berkontempelasi. (A.Gasani_Orangufriends)

SCHOOL VISIT D’ROYAL MOROCCO

Tuesday, July 18th 2017, Orangufriends Jabodetabek team got a chance to fill one of the activities of orientation and student introduction at the school of D’Royal Morocco Integrative Islamic School. This event is planned by Wanda, a member of Orangufriends who is also a teacher at school with full address at Jalan Haji Salim III No.7, North Gandaria, Kebayoran Baru, South Jakarta.

The event which started at 11.00 WIB is attended by about 30 student from grade 7 through 12. This is COP first visit, so we begins with an introduction to the COP vision and mission, activities and programs.

After a few minutes of introduction, three other Orangufriends ; Dhea, Lia, and Kemal continued with the explanation about animal welfare and orangutan conservation in Indonesia. Although some students have kept pets, animal welfare is also a new thing for them. Especially about orangutan conservation. Here Orangufriends team also explained about the condition and role of orangutans in nature, also what the student can do to support orangutan conservation and other endangered wildlife in Indonesia.

When material with pictures and videos about the condition of orangutans was given, some students looked surprised. Those who usually only see wildlife in zoos do not know that there are many problems suffered by wild animals, especially orangutans in nature.

Students’ curiosity was also seen when they asked during material presentation and question and answer session. The students seemed enthusiastic to ask questions to get to know and know more about the existing problems related to the welfare of animals and orangutans. This also makes the obstacle of electricity blackout for a few minutes is not a problem because the students still want to listen to the explanation calmly. Likewise, when the quiz was given by Orangufriends’s , the students looked eager and could give the right answer.

The Orangufriends team visit was fortunate enough that the students had previously been given the assignment by their homeroom teachers to conduct follow-up activities from the material they had received. After this some students have plans to conduct some independent activities in schools with themes related to the welfare of wildlife and the surrounding natural environment.We hope that this activities are working until there is a lot of student could understand and realized how important to kept the wildlife and the environment. Start from small activities near them.

Hopefully this activity plan can really run so that more and more students who understand and realize the importance of preserving nature and all its contents. Starting from simple activities in their surroundings.

Thank you friends of junior high school and senior high school D’Royal Moroco Integrative Islamic School. Congratulations continue the struggle to defend the future of the Indonesian Nature & Wildlife. See you again later. (Dhea_Orangufriends)

Selasa, 18 Juli 2017, tim Orangufriends Jabodetabek mendapat kesempatan untuk mengisi salah satu kegiatan masa orientasi dan pengenalan siswa di sekolah D’Royal Morocco Integrative Islamic School. Kegiatan ini direncanakan oleh Wanda, salah satu anggota Orangufriends yang juga merupakan guru di sekolah yang berada di Jalan Haji Salim III No.7, Gandaria Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tersebut.

Kegiatan yang dimulai pukul 11.00 WIB ini diikuti oleh sekitar 30 siswa yang terdiri dari siswa kelas 7 atau 1 SMP hingga kelas 12 atau 3 SMA. Kunjungan dari tim COP merupakan yang pertama kalinya di sekolah ini, maka kegiatan pun diawali dengan perkenalan mengenai visi misi serta kegiatan dan program-program COP.

Setelah perkenalan selama beberapa menit, 3 orang tim Orangufriends yang terdiri dari Amadhea, Lia dan Kemal melanjutkan dengan materi utama yaitu penjelasan mengenai kesejahteraan satwa dan konservasi orangutan di Indonesia. Meski sebagian siswa pernah memelihara binatang peliharaan namun hal mengenai kesejahteraan satwa juga merupakan hal yang baru bagi mereka. Terlebih mengenai konservasi orangutan. Di sini tim Orangufriends juga menjelaskan mengenai kondisi dan peranan orangutan di alam, juga tak lupa hal-hal yang bisa dilakukan siswa untuk mendukung konservasi orangutan dan satwa liar lainnya yang terancam punah di Indonesia.

Ketika materi yang dilengkapi dengan gambar-gambar dan video mengenai kondisi orangutan diberikan, sebagian siswa terlihat terkejut. Mereka yang biasanya hanya melihat satwa liar di kebun binatang pun tidak mengetahui bahwa ternyata terdapat banyak permasalahan yang diderita oleh satwa-satwa liar khususnya orangutan di alam.

Rasa penasaran para siswa juga terlihat ketika mereka bertanya selama pemaparan materi dan sesi tanya jawab. Para siswa terlihat antusias mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengenal dan mengetahui lebih lanjut mengenai permasalahan yang ada terkait kesejahteraan satwa dan orangutan. Hal ini pun membuat kendala mati lampu selama beberapa menit tidak menjadi masalah karena para siswa tetap mau mendengarkan penjelasan dengan tenang. Begitu juga saat kuis diberikan oleh kakak-kakak Orangufriends, para siswa terlihat bersemangat dan bisa memberikan jawaban yang tepat.

Kunjungan tim Orangufriends kali ini cukup beruntung karena ternyata para siswa sebelumnya telah diberikan tugas oleh para wali kelas mereka untuk mengadakan kegiatan lanjutan dari materi yang sudah mereka terima. Setelah ini beberapa siswa memiliki rencana untuk mengadakan beberapa kegiatan mandiri di sekolah dengan membawa tema terkait dengan kesejahteraan satwa dan lingkungan alam sekitar.

Semoga rencana kegiatan ini benar-benar bisa berjalan sehingga semakin banyak siswa yang paham dan sadar pentingnya menjaga kelestarian alam beserta segala isinya. Dimulai dari kegiatan-kegiatan sederhana di lingkungan sekitar mereka.

Terima kasih teman-teman siswa SMP dan SMA D’Royal Moroco Integrative Islamic School. Selamat melanjutkan perjuangan membela masa depan alam raya Indonesia. Sampai jumpa lagi di lain waktu.(LIA_Orangufriends)

EDUKASI DI SMPN 24 BERAU

Setelah mengajar anak-anak di desa Merasa minggu lalu, kami melanjutkannya ke anak-anak SMP. “Sebenarnya, kami grogi loh. Ngadepin remaja… ini untuk pertama kalinya kami akan ngadepin anak remaja.”, ujar Aga, relawan yang bergabung di COP Borneo setelah mengikuti COP School Batch 7 bulan Mei yang lalu.

Menghadapi remaja tentu saja berbeda dengan anak-anak. Yang pasti kekawatiran kami adalah, saat kami teringat masa peralihan remaja yang sudah kami lalui. Sulit mendengar, dengan emosi yang meluap-luap sampai siapa saja bisa ditantang. Tapi inilah kami, kesulitan yang kami bayangkan tetap harus kami lalui. Saatnya kami berlatih langsung.

Pagi hari, sebelum matahari bersinar di ujung cakrawala, mata kami sudah terlebih dahulu bersinar. Segera kami bangun tidur untuk berangkat ke SMPN 24 yang berada di dekat jembatan sungai Kelay, desa Merasa, Berau. Bapak Junaedi, kepala sekolah menyambut kami dengan senyumannya.

Melalui nyanyian orangutan, permainan tebak gambar dan tebak suara satwa kami memulai school visit ini. Print out foto satwa satu per satu kami tampilkan. “Kami harus menyiasati keterbatasan yang ada. School visit tanpa fasilitas listrik ini harus berjalan. Makanya, kami mencetak slide show dan beberapa foto sebagai gantinya.”, ujar Alfa Gasani.

Di akhir pertemuan, kami merangkum materi dengan sebuah permainan pemburu dan satwa. Siswa membentuk lingkaran besar dengan bergandengan tangan, berperan sebagai pohon. Beberapa siswa, kami minta untuk menjadi satwa liar masuk ke dalam lingkaran. Dan ada siswa yang lain berperan sebagai pemburu, berada di luar lingkaran. Pohon harus berusaha sekuat tenaga melindungi satwa yang berada di dalam lingkaran dari ancaman pemburu. Suasana pun menjadi sangat meriah dan para siswa memerankan perannya dengan baik.

“Kami berharap, para siswa memahami pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, terutama satwa liar agar hutan tetap terjaga. Melindungi satwa liar dan hutan adalah tanggung jawab kita semua. Salam lestari.” (Aga_Orangufriends)

COMBATTING WILDLIFE TRAFFICKING

Raku is Crested serpent eagle (Spilornis cheela bido) who was brought malnourished with a big wound on his chest. Raku must have been kept as a pet, looking at the primaries feathers that has been cut. This is the second day Raku here and don’t even ask if he is okay or if he could already fly, he couldn’t even stand or move his own two feet. That is the story from Grace Tania, member of Orangufriends Malang who is now doing an internship in Pusat Konservasi Elang Kamojang (Eagle Conservation Center, Kamojang).

Conservation world is not an easy world. Time, energy and mental are drain when we have to face the animals. The animals condition must not be in their best. So, are you still going to keep wild animals as a pet? Are you going to join the ‘animal lover’ community? Are you going to still buy wild animals?

Disconecting the circle of wildlife trade is not an easy task to do. For the last seven years Center for Orangutan Protection has been marching on many wars in wildlife trading. The movement of the transaction that is growing larger in Social Media is now happening. The seller can always accessing the transaction from anywhere and anytime. The growing of ‘wild animals lover community’ is also supporting the wildlife trade.

“The concerns and supports from orangufriends (COP supporters) are what keeps us going; fighting the wildlife trade. “, said Hery Susanto. “Their spirit is what keeps us going, that it is not just us insanely dreams wild animals are supposed to be in their habitats.”
(Grace_Orangufriends)

Raku adalah elang ular juvenile. Raku dibawa dalam kondisi malnutrisi dan dengan luka besar di bagian dada. Raku dulunya sudah pasti dipelihara orang, terlihat dari bulu primernya yang dipotong. Ini sudah hari kedua semenjak Raku diantarkan, tidak usah bertanya apa dia bisa sehat dan terbang, untuk berdiri saja dia belum bisa. Itulah cerita Grace Tania, anggota Orangufriends Malang yang saat ini sedang di Pusat Konservasi Elang Kamojang, Garut.

Dunia konservasi adalah dunia yang tidak mudah. Waktu, tenaga dan mental terkuras saat berhadapan langsung dengan satwa. Kondisi satwa yang dihadapi sudah pasti tidak dalam kondisi terbaiknya. Lalu… kamu masih memelihara satwa liar? Lalu kamu tetap bergabung dengan komunitas-komunitas ‘pecinta’ satwa? Kamu masih membeli satwa liar?

Memutus rantai perdagangan satwa liar bukanlah hal yang mudah.
Tujuh tahun terakhir ini, Centre for Orangutan Protection berusaha memerangi perdagangan satwa liar ini. Pergeseran transaksi pedagang mulai dari pasar burung ke dunia media sosial pun terjadi. Perdagangan pun semakin marak dengan semakin mudahnya akses internet di seluruh penjuru bumi. Kemunculan komunitas-komunitas ‘pecinta’ satwa semakin mendukung perdagangan via online ini.

“Kepedulian orangufriends (kelompok pendukung orangutan) memberi semangat baru kepada kami, untuk terus memerangi kejahatan terhadap satwa liar.”, ujar Hery Susanto. “Semangat mereka menjadi semangat kami, bahwa tak hanya kami, yang gila, bermimpi, satwa liar tempatnya di alam.”. (Grace_Orangufriends)

ACKNOWLEDGED ORANGUFRIENDS FOR ‘YEAR OF FREEDOM’ T-SHIRT

The Center for Orangutan Protection proclaims 2017 as years of freedom. COP will relingquish the orangutans in the COP Borneo orangutan rehabilitation center in East Borneo.

Something different with COP release. As a roots organization entering its tenth year, COP invites the whole community to care about orangutans to participate in this activity. Through Orangufriends, an orangutan support groups raise funds from public participation through the sale of years of freedom series shirts. A T-shirt with a support theme for orangutan release in 2017.

“We are very happy to see the response. Seeing the support of Orangufriends is like encouraging us when we’re tired. Very proud, many people are concerned with this activity. We are confident that in the future, more people will participate in buying merchandise for orangutan release,” said Reza Kurniawan, COP APE Defender captain.

The sale of 107 ‘Year of Freedom’ merchandise in a very short time helped us to finance the operation of orangutans feeding on the pre-releae island. “Thanks to you who have donated through the purchase of ‘Year of Freedom’ T-shirts’”, said Weti Nurpiana with emotion. (Dhea_Orangufriends)

TERIMAKASIH ORANGUFRIENDS UNTUK KAOS ‘YEAR OF FREEDOM’
Centre for Orangutan Protection mencanangkan tahun 2017 sebagai years of freedom atau tahun kebebasan bagi orangutan. COP akan melepasliarkan kembali orangutan yang berada di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo di Kalimantan Timur.

Ada yang berbeda dengan pelepasliaran yang dilakukan COP. Sebagai organisasi akar rumput yang memasuki tahun kesepuluhnya, COP mengajak seluruh masyarakat peduli orangutan untuk ikut serta dalam kegiatan ini. Melalui orangufriends, kelompok pendukung orangutan menggalang dana dari partisipasi masyarakat lewat penjualan kaos years of freedom series. Sebuah kaos dengan tema dukungan untuk pelepasliaran orangutan di tahun 2017.

“Kami bahagia sekali melihat respon yang muncul. Melihat dukungan orangufriends seperti memberi semangat saat kami lelah. Bangga sekali, ternyata banyak yang peduli dengan kegiatan ini. Kami yakin, untuk kegiatan ke depannya, akan lebih banyak lagi yang ikut serta membeli merchandise untuk pelepasliaran orangutan.”, ujar Reza Kurniawan, kapten APE Defender COP.

Terjualnya 107 merchandise ‘Year of Freedom’ dalam waktu singkat sangat membantu kami untuk membiayai operasional pemberian pakan orangutan di pulau pra pelepasliaran orangutan. “Terimakasih untuk kamu yang telah berdonasi lewat pembelian kaos ‘Year of Freedom’.”, ujar Weti Nurpiana dengan haru. (WET)

RAMADHAN WITH ORANGUTAN

It has become a yearly agenda in Padang when the month of Ramadhan comes, it is compulsory for all students from 4th grade Elementary School to High School to attend “Pesantren Ramadhan”. A Program from the Education Ministry of Padang that had been legalized under the regulations of the Padang City Government that still in run even though the yearly progress vacation has come. The activities of “Pesantren Ramadhan” for elementary and high school students are handed over to committees formed by mosques scattered in each RT/RW near the area where the students live. Every student who will follow “Pesantren Ramadhan” at the nearest mosque in their living area, must first register for this event. A small difference lies for the high school students as they will be doing the activity in their own schools. “Pesantren Ramadhan” is held for two weeks, starting in the second week of Ramadhan until a week ahead of EID.

The start of the holy month of Ramadhan makes School Visit activities that I do as Orangufriends from Padang so different from the School Visit activites conducted by Orangufriends from other cities. Even so it is not a problem for me to still be able to run fulfill my mission of doing School Visits as Orangufriends. This has challenged me to be able to innovate in preparing a school visit strategy. Having previously conducted a survey first about any material given during the “Pesantren Ramadhan”, I enlisted to be one of the speakers at Baitul Rosyid Mosque, located at Jl. Bronco RT 04 RW 09 Parupuk Tabing Sub-distric of Kecamatan Koto Tengah city of Padang, which is the site of “Pesantren Ramadhan” for more than 50 joint students from several Elementary and High School in Padang. Elementary students enrolled in Ramadhan Islamic Boarding School at Baitul Rosyid Mosque are students form SD Sbbihisma, SD Negeri Percobaan, SD Angkasa, SDN 24 Parupuk Tabing, SDN 6 Ulak Karang and Students from SMPN 13 Tabing, SMPN 25 Belanti, SMPN 29 Dadok, MTSN Model, SMP Angkasa dan SMP Pembangunan.

Not only do i provide materials in the form of knowledge about the introduction of orangutans and their habitat to the santri, but I also gave them some materials about the relationship of religion with the nature surrounding it and it’s current condition. Among them is to review the Surat Ar-Rum verse 41, telling a bit about the story of Prophet Noah’s who made a special deck for the animals in his Ark, and conveyed Thabrani’s HR which reads: “Love the creatures of the earth, then you will be loved by HIM in the sky”. So to lift up the Santri spirits and not to fall asleep in receiving the material, before the activities began I invited them to follow a game of “Gymnastics Numbers” as a warm-up. Also as a bonus to enrich their knowledge, I also played an inspirational movie about animals titled “Piper”, and made a challenge by asking them to be able to tell what lessons learned from the film. For students who is courageous to appear in front of the class to convey their views, they are given stickers as a gift.

For almost 4 hours divided into two sessions (the first 2 hours of the session for the High School and 2 hours of the second session for the elementary students) from 07.30 – 11.30 p.m, I enjoyed the togetherness with the santri as the speakers through the materials which I got from the COP School and also an adaptation of the various sources with an underlying theme of: “Humans, Animals and Their Relation With Natural Balance”. What makes me satisfied is that the whole santri followed the path that I made with passion and the high sense of curiosity about orangutans. The moral
message that I try to give from every review of the presentation material and visualization that I displayed, hopefully is now embedded in them to further expand their views to not undermine nature, no matter how small. Because the ones that will be affected and experience the loss are not actually animals, plants or other inhabitants that live in Nature, but us as Humans.

Thus, though little and small I have at least started. Hopefully this small step I have pioneered will be one day become a real big step to be able to do and directly involved in the forms of orangutan and other wildlife rescue efforts. (Dhea_Orangufriends)

PESANTREN RAMADHAN BERSAMA ORANGUTAN

Sudah menjadi agenda tahunan di kota Padang saat bulan Ramadhan tiba, seluruh siswa SD kelas 4 hingga SMU wajib mengikuti Pesantren Ramadhan. Program tetap Dinas Pendidikan kota Padang yang disahkan dalam Perda PEMKOT Padang tetap dijalankan walaupun waktu libur kenaikan kelas telah tiba. Penyelenggaraan kegiatan Pesantren Ramadhan untuk siswa tingkat SD dan SMP di serahkan kepada panitia yang dibentuk oleh mesjid-mesjid yang tersebar di masing-masing RT/RW tempat domisili siswa. Prosedurnya, setiap siswa yang akan mengikuti Pesantren Ramadhan di Mesjid terdekat tempat tinggal mereka, sebelumnya harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu. Sementara untuk tingkat SMU dilaksanakan di sekolah masing-masing. Pesantren Ramadhan ini dilaksanakan selama dua minggu, dimulai pada minggu ke dua Ramadhan hingga seminggu jelang Idul Fitri.

Masuknya bulan suci Ramadhan membuat kegiatan School Visit yang saya lakukan sebagai orangufriends Padang jadi berbeda dengan kegiatan School Visit yang dilakukan teman-teman orangufriends kota lainnya. Meski begitu tak menjadi masalah bagi saya untuk tetap bisa menjalankan salah satu misi sebagi orangufriends yaitu melakukan School Visit. Justru hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk bisa berinovasi dalam mempersiapkan strategi school visit. Setelah sebelumnya melakukan survei terlebih dahulu tentang materi apa saja yang diberikan selama kegiatan Pesantren Ramadhan, maka saya pun mendaftarkan diri menjadi salah satu pemateri di Mesjid Baitul Rosyid, Jl. Bronco RT 04 RW 09 Kelurahan Parupuk Tabing Kec. Koto Tangah kota Padang, yang menjadi tempat pelaksanaan Pesantren Ramadhan bagi lebih dari 50 siswa gabungan dari beberapa SD dan SMP yang ada kota Padang. Siswa SD yang mendaftar menjadi santri Pesantren Ramadhan di Mesjid Baitul Rosyid ini diantaranya adalah siswa dari SD Sabbihisma, SD Negeri Percobaan, SD Angkasa, SDN 24 Parupuk Tabing, SDN 6 Ulak Karang dan SDN 26 Air Tawar. Sementara siswa SMP yang mendaftar diantaranya adalah siswa dari SMPN 13 Tabing, SMPN 25 Belanti, SMPN 29 Dadok, MTSN Model, SMP Angkasa dan SMP Pembangunan.

Tak sekedar memberikan materi berupa pengetahuan pengenalan tentang orangutan dan habitatnya kepada para santri, tapi saya juga memberikan beberapa materi tentang kaitan agama dengan alam sekitar dan kondisinya saat ini. Diantaranya adalah mengulas Surat Ar-Rum ayat 41, bercerita sedikit tentang kisah nabi Nuh yang membuat Dek khusus untuk satwa di perahunya, dan menyampaikan HR Thabrani yang berbunyi : “Kasihilah makhluk di bumi, nanti engkau akan dikasihi Yang di langit.” Supaya para santri semangat dan tidak mengantuk dalam menerima materi, sebelum kegiatan dimulai santri – santri tersebut saya ajak dulu untuk mengikuti sebuah permainan “Senam Angka” sebagai pemanasan. Dan sebagai selingan untuk memperkaya pengetahuan mereka, saya juga memutarkan sebuah film inspiratif tentang satwa berjudul “PIPER”, dan membuat gimmick dengan meminta santri untuk dapat menceritakan pembelajaran apa yang bisa dipetik dari film tersebut. Bagi siswa yang berani tampil untuk menyampaikan pandangannya, diberi hadiah berupa stiker.

Selama hampir 4 jam di bagi menjadi dua sesi (2 jam pertama sesi untuk siswa SMP dan 2 jam kedua sesi untuk siswa SD) dari jam 07.30 – 11.30 WIB, saya nikmati kebersamaan bersama para santri sebagai pemateri melalui materi – materi yang saya peroleh dari COP School dan juga merupakan saduran dari berbagai sumber yang saya beri tema : “Manusia, Satwa dan Hubungannya Dengan Keseimbangan Alam”. Yang membuat saya puas adalah, seluruh santri mengikuti alur yang saya buat dengan penuh semangat dan rasa keingin tahuan yang tinggi mengenai orangutan. Pesan moral yang coba saya selipkan dari setiap ulasan atas paparan materi dan tampilan visualisasi yang saya tampilkan adalah, semoga sedari sekarang tertanam dalam diri mereka untuk tidak akan melakukan pengrusakan terhadap alam, sekecil apapun. Karena yang akan terkena imbas dan mengalami kerugian itu sebenarnya bukanlah satwa, tumbuhan atau habitat lainnya yang hidup di alam, melainkan adalah kita sebagai manusia.

Demikianlah, meski sedikit dan kecil setidaknya saya sudah memulai. Semoga langkah kecil yang sudah saya rintis ini kelak akan menjadi langkah-langkah besar yang nyata untuk bisa berbuat dan terlibat langsung dalam bentuk-bentuk upaya penyelamatan orangutan dan satwa liar lainnya. (Nova_COPSchool7)

ORANGUTAN DI SD NEGERI 1 PETIR

School Visit kali ini di SD Negeri 1 Petir, Jl. Kalianja No. 1 desa Petir, Kalibagor, Banyumas. Berkolaborasi dengan Agung dan beberapa anggota Himpunan Mahasiswa Bio-Explorer Fakultas Biologi UNSOED yaitu Ganjar, Irda dan Iim, orangufriends Vanny berbagi pengetahuan orangutan di kelas IV dan kelas II SD.

Keriuhan tak bisa dielakkan lagi, saat kostum orangutan memasuki ruangan. Semakin sulit dikendalikan saat Vanny mulai memberi pertanyaan dan reward stiker. Berbeda sekali dengan kunjungan mereka ke TK Pertiwi di kota yang sama dan hari yang sama, 12 Juni 2017 yang lalu. “School Visit selanjutnya dengan murid kelas II dan IV berarti kita harus punya taktik tertentu nih.”, ujar Vanny geleng-geleng kewalahan menghadapi murid-murid yang begitu antusias.

Tak heran, Agung yang mengenakan kostum orangutan sangat senang sekali. Dia menjadi pusat perhatian. “Senang… senang sekali. Aku mau ikutan lagi kalau orangufriends Banyumas bikin kegiatan lagi.”, ujar Agung dengan baju basah karena keringat.

“Bagaimana kalau dilanjutkan dengan school visit ke sekolah lain dan kelas yang lain juga?”, saran kepala sekolah SD Negeri 1 Petir, ibu Purwanti saat school visit berakhir. “Lewat school visit, murid-murid jadi lebih tahu tentang hewan yang dilindungi, kenapa dan bagaimana perlindungan satwa tersebut, terutama orangutan yang ternyata satwa endemik Indonesia.”, lanjut ibu Purwanti.

Ini dia kegiatan orangufriends Banyumas. Walau sedikit dan bekerja sama dengan teman-teman yang lain, ini adalah usaha kami untuk konservasi Indonesia. Kalau kamu? (Vanny_Orangufriends)

SCHOOL VISIT KE TK PERTIWI BANYUMAS

Monday morning, Orangufreinds Banyumas, suported by Agung and several Bio-Explorer Student Council member from Faculty of Biology UNSOED: Ganjar, Iim, and Irda, conducted school visit to Pertiwi Kindergarten, Banyumas. The school visit activity’s objective was to introduce wildlife to kids, to stimulate their interest on Indonesian wilflide, especially Orangutan. Through the wildlife, this will also stimualte their nationalism from early age. “The school visit was a very good chance to educate kids from young age, so they will protect the willdlife when they grow older, especially protecting the orangutans,” stated the Headmaster of the Pertiwi Kindergaten Ani Angoyowati. Vanny, Orangufriends Banyumas, excitedly presented the education material. Started from orangutan’s habitat, their food, and their figure. The kids were excited when the orangutan costume, Pongo, entered the room. The students were played, sang, drew and took pictures with Pongo. Agung, the man beneath Pongo costume, was very excited eventhough the costume was very hot and tiring. “it was so much fun being Pongo and play with them,” stated Agung after the school visit ended. (Zahra_Orangufriends)

Senin pagi, Orangufriends Banyumas dibantu Agung dan beberapa anggota Himpunan Mahasiswa Bio-Explorer Fakultas Biologi UNSOED yaitu Ganjar, Iim dan Irda melakukan school visit ke Taman Kanak-kanak Pertiwi, desa Peter, Kalibagor, Banyumas.

Kegiatan school visit mengenalkan satwa liar pada anak-anak sejak kecil diharapkan bisa semakin menarik mereka untuk lebih peduli pada satwa liar khususnya orangutan. Kebanggaan pada satwa asli atau endemik Indonesia ini mungkin bisa meningkatkan cinta tanah air anak-anak sejak usia dini.

“School visit merupakan pembelajaran yang sangat bagus untuk usia dini, agar nantinya bisa menjaga orangutan untuk kelestarian satwa liar.”, ujar kepala sekolah TK Pertiwi, ibu Ani Angoyowati.

Vanny, orangufriends banyumas dengan semangat berbagi materi tentang orangutan. Dimulai dari habitat orangutan, makanan hingga bentuk orangutan dan kemunculan kostum orangutan semakin menarik perhatian anak-anak.

Bersama si Pongo, siswa-siswi diajak bermain, bernyanyi, menggambar dan foto bersama. Agung yang berperan sebagai Pongo pun menjadi senang walau kepanasan dan lelah mengikuti kelincahan anak-anak TK ini. “Senang sekali bisa jadi Pongo… bermain bersama mereka.”, ujar Agung usai school visit berakhir. (Vanny_Orangufriends)

CERITA YANG TERSISA DARI ART FOR ORANGUTAN (2)

Semangat… semangat… panitia Art For Orangutan 2016 mulai memasang karya. Dengan bermodal petunjuk dari seniman yang mengirim karya tersebut, beberapa karya berhasil dipasang. Namun tak jarang, karya dikirim tanpa petunjuk, sampai akhirnya, panitia menghubungi kembali seniman untuk menanyakannya.

Di sinilah, awal cerita lucu itu mampir. Saat pameran berlangsung, seniman yang mengirimkan karya pada berdatangan dari Jakarta, Ciamis, Bali dan Yogyakarta melihat karya mereka dipajang. Ada satu orang yang lama sekali berada di depan sebuah lukisan. Orangufriends (kelompok pendukung Centre for Orangutan Protection) yang saat itu bertugas menghampirinya. Cerita punya cerita, ternyata itu adalah karyanya. Dan karyanya dipasang terbalik. Glodak!!! Spontan orangufriends meminta maaf atas kesalahan pemasangan. Namun karena pameran sedang berlangsung dan banyaknya pengunjung, kesalahan pemasangan tidak dapat langsung diperbaiki. Panitia pun berjanji untuk memperbaiki seusai acara hari kedua pameran. Malam itu, panitia belajar tentang sebuah karya abstrak. Mungkin AFO berikutnya, seniman wajib mengirimkan posisi karya saat dipasang.

Beberapa panitia tidur di ruang pameran. Pagi ini kebetulan Ramadhani, direktur operasional COP yang bertugas. Sembari olahraga dengan menyapu ruangan, Dhani begitu sapaan sehari-harinya melihat seorang bapak-bapak yang masuk ke ruangan pameran. Mungkin sekitar 50-60 tahun, kakek mungkin tepatnya. Siapakah kakek ini?

Owh, ternyata dia jauh-jauh dari Jawa Barat ke Yogya untuk melihat pameran ini. Tepatnya melihat karya nya berada di pameran Art For Orangutan 2. Ini adalah keikutsertaannya yang kedua kalinya. Karya seni memang menabrak ruang usia. Peduli pada orangutan Indonesia? Ngak cuman seniman muda donk… Usai berkeliling, si kakek pun pamit pulang, mengejar bis siang ke Ciamis.

Siang itu, muncul ibu-ibu paruh baya di ruangan pameran. Dari logat bicaranya, sepertinya orang Jakarta. Wah… pameran Art For Orangutan memang punya magnet tersendiri. Tapi kenapa si cucu yang menemaninya terlihat bingung? O… o… ternyata… si ibu dulunya kuliah di ISI Yogyakarta. Ruang pameran yang digunakan AFO adalah ruang kuliahnya dulu. Si ibu pun bernostalgia. Sementara ruang kuliah Seni Rupa sendiri sudah lama pindah ke gedung yang berbeda.

Sore ini terlihat lebih semarak. Serombongan perempuan cantik masuk ke ruangan pameran. Apa yang menarik? Ternyata karya mereka terpajang di sisi dinding pameran AFO. Ada satu temannya yang terlihat dibully. Ha… ha… ha… dia menghargai karyanya dengan harga yang menurut temannya mahal sekali.

Diiringi musik sayup-sayup, masuk satu keluarga ke dalam ruang pameran. Perempuan dengan rambut panjang menunjuk satu karya pada bapaknya. Owh, karya yang halus sekali. Mereka sekeluarga, datang dari Jakarta untuk melihat karya putrinya dipamerkan.

Art For Orangutan adalah pameran yang muncul dari ekspresi kepedulian seniman pada lingkungannya terutama orangutan. Ancaman orangutan dituangkan pada sebuah karya seni tanpa batas. Seperti karya multi dimensi senapan angin yang dikirimkan. Tak sebatas usia dewasa saja, namun kunjungan anak SD pun menjadi paham setelah melihat hasil karya lintas usia, budaya dan agama dari Art For Orangutan. (bersambung).

CERITA YANG TERSISA DARI ART FOR ORANGUTAN (1)

Art For Orangutan adalah suatu event dari kreatifitas kelompok pendukung Centre for Orangutan Protection (COP). Event yang sudah berlangsung sebanyak dua kali ini meninggalkan cerita menarik yang mengharukan, lucu hingga membuat orang menantikan kapan Art For Orangutan akan dilaksanakan lagi. Ini semua tak lepas dari kerja keras dari Gigi Nyala, I AM Project dan teman-teman seniman lainnya. Tak sekedar pameran karya seni, tapi usaha menjaring kepedulian kita pada lingkungan terutama satwa liar orangutan.

“H-10 nih! Baru 2 karya yang masuk. Gimana nih? Kalau ngak ada karya yang masuk dengan ruangan pameran yang lebih besar dari AFO tahun 2014, akan kita isi apa?”, pikir Ramadhani, direktur operasional COP.

“Tenang-tenang… banyak nih yang belum selesai. Biasanya karya akan datang di hari yang sangat dekat acara. Kebiasaan nih.”, ujar Ivan si punggawa Gigi Nyala.

Benar saja, tujuh hari sebelum acara, satu persatu karya berdatangan dari luar kota. Jakarta, Bali, Makasar, Kalimantan, Sumatera bahkan dari Australia. Rumah tempat mengumpulkan karya pun menjadi penuh dan begitu sibuknya. Panitia yang ikut mengirimkan karya sampai tak punya waktu menyelesaikan karyanya. Sampai ada yang hingga hari akhir pengumpulan, karyanya baru selesai, dengan cat yang masih basah sampai di camp APE Warrior, Yogyakarta.

Sesampainya karya, masih dalam bungkus, satu persatu di foto. Pertama kali dibuka bungkusnya, difoto lagi, hingga akhirnya karya keluar dari bungkusnya, semua terdokumentasi. Sikap profesional Gigi Nyala untuk menghargai setiap karya patut diancungi jempol.

Kehati-hatian para panitia memperlakukan sebuah karya tak lepas dari pengalaman Art For Orangutan pertama. Tak jarang, bingkai kaca yang dikirim peserta hancur selama pengiriman. Kaca yang tipis, pemaketan yang kurang pelindung menjadikan karya tidak sempurna sampai di tangan panitia. Dengan dokumentasi yang detil, panitia akan mengkomunikasikan, kecacatan atau kejanggalan karya, termasuk jika ada yang harus diganti seperti kaca atau bingkai.

Karya yang masuk naik 50% dari tahun 2014. Jenis karya pun semakin bervariasi. Tidak terbatas pada ukuran maupun dimensi. Untuk mengangkut karya ke ruang pameran dari rumah pengumpulan karya, tak cukup satu hari. Hujan pun tak mau kalah untuk semakin merepotkan panitia. Dengan mobil box, dengan penuh kehati-hatian saat menyetirnya, akhirnya karya sampai di ruang pameran. (bersambung).