PERKEMBANGAN ARTO DAN HARAPI DI PERTENGAHAN TAHUN 2025

BORA (Borneo Orangutan Rescue Alliance) di bulan Juli 2025 penuh dengan cerita-cerita kecil yang hangat dari dua orangutan mudanya, Arto dan Harapi. Keduanya menjalani hari-hari sibuk dengan penuh warna, baik saat berada di dalam kandang maupun ketika menjelajah alam di sekolah hutan. Arto seperti biasanya, tampil percaya diri, naik ke akar gantung, bergelantungan di pohon dan sesekali mengintip ke arah baby sitter seolah ingin memastikan ia masih jadi pusat perhatian. Di sisi lain, Harapi terlihat makin berani. Meski masih sering menoleh ke arah babysitter untuk mencari rasa aman. Harapi kini sudah mulai aktif bermain dengan teman-temannya dan bahkan memanjat hingga enam meter ke atas, sesuatu yang dulu ia lakukan dengan ragu-ragu.

Keduanya mememiliki kepribadian yang sangat berbeda. Arto ekspresif, terkadang sedikit usil, dan penuh rasa ingin tahu. Harapi lebih pendiam tapi punya keteguhan tersendiri. Saat Arto mencoba mengambil makanan enrichment milik Harapi, Harapi tidak tinggal diam. Ia mempertahankannya, menghabiskannya dengan tenang, sebuah tanda kecil tapi penting bahwa ia semakin percaya diri. Ada juga momen menyentuh saat mereka bermain bersama di dinding kandang dan bergelantungan, lalu tiba-tiba saling berpelukan ketika kaget melihat tim medis membawa boneka-boneka. Reaksi spontan itu menunjukkan betapa kuatnya ikatan emosional di antara mereka, serta bagaimana mereka saling memberi rasa aman saat menghadapi hal baru.

Di sekolah hutan, Arto dan Harapi sama-sama belajar banyak hal, mengenali makanan alami, berlatih memanjat, serta memahami dinamika sosial antar siswa sekolah hutan. Mereka mulai membentuk relasi dengan orangutan lain seperti Jainul, Ochre, dan Cinta. Tak jarang mereka terlihat duduk berdekatan di atas pohon, menikmati buah san (Dracontomelon dao) sambil mengamati lingkungan di sekitar. Meskipun ada hari-hari ketika mereka lebih mendekati babysitter dibanding memanjat tinggi, waktu demi waktu keberanian itu terus tumbuh. Bahkan, pernah suatu pagi keduanya sempat memanjat sampai ke ketinggian 15 meter untuk mencari makan bersama, sebuah pencapaian yang membuat tim babysitter tersenyum puas.

Enrchment masih menjadi salah satu bagian favorit mereka dalam keseharian. Baik itu selang isi sayuran, pipa berisi buah, atau umbut rotan segar, semuanya disambut dengan antusias. Aktivitas-aktivitas ini tidak hanya menyenangkan tapi juga penting untuk mengasah kemampuan alami mereka, menggigit, mengupas, membongkar, dan mencari solusi. Arto cenderung menyelesaikannya dengan cepat, sementara Harapi lebih pelan, menikmati setiap prosesnya.

Ada hari-hari ketika mereka lebih memilik untuk berisitrahat dan itu tak apa. Sama seperti anak-anak pada umumnya, energi dan suasana hati bisa berubah-ubah. Tim babysitter BORA akan selalu memberi ruang bagi mereka untuk pulih, berkembang, dan merasa nyaman. Yang terpenting, setiap langkah kecil mereka, setiap lompatan, setiap makanan yang berhasil dikupas sendiri, setiap pertemanan yang terbentuk, adalah bagian dari proses yang berarti. Kami percaya, dengan cinta dan kesabaran, suatu hari nanti mereka akan benar-benar siap kembali ke rumah mereka yang sesungguhnya, hutan Kalimantan yang liar. (RAF)

FELIX: LEARNING TO NAVIGATE THE WORLD AROUND HIM

Felix, a young orangutan who is sensitive yet full of potential, spent the month of July 2025 navigating a range of emotions and making encouraging progress. He showed significant development in his forest school exploration, climbing trees up to 15 meters high and beginning to venture out with friends like Ochre and Jainul. Sometimes, he even approached other orangutans to forage together, like when he joined Eboni and shared in eating bark that had already been peeled.

However, Felix is still learning to overcome fear and uncertainty. On several occasions, he was seen crying when struggling to move from one tree to another, or when he felt left out by a babysitter. But during such moments, support from other orangutans, like Eboni helping him cross a branch, showed that Felix is growing up in a socially supportive environment.

During enrichment activities, Felix was sometimes less enthusiastic about his own items and preferred collecting leftovers from Pansy. Still, he demonstrated intelligence and perseverance, such as when he completed a honey-filled wood challenge in just 20 minutes. He also became more skilled at climbing and swinging, clearly enjoying his time in the trees, although he occasionally came down to play on the ground with Jainul and Bagus.

Socially, Felix is still learning to set boundaries. In the cage, he was able to play with Pansy and keep up with her more dominant energy. Yet when Pansy approached to take his food, Felix still tended to yield. Even so, when given an enrichment item like a coconut, he focused on finishing it by himself, a sign that his confidence is beginning to grow.

This month showed that Felix is learning to balance curiosity, the need for safety, and the drive for independence. Behind all his emotional expressions lies a natural and complete learning process. With ongoing support, Felix is laying an important foundation for his future life in the wild. (RAF)

FELIX: BELAJAR MENGIMBANGI DUNIA DI SEKELILINGNYA

Felix, orangutan muda yang sensitif, namun penuh potensi, menjalani bulan Juli 2025 dengan berbagai dinamika emosi dan kemajuan yang menggembirakan. Ia menunjukkan banyak kemajuan dalam eksplorasi di sekolah hutan, memanjat pohon hingga 15 meter dan mulai menjelajah bersama teman-temannya seperti Ochre dan Jainul. Kadang ia juga mendekati orangutan lain untuk mencari makan bersama, seperti saat ia menghampiri Eboni dan ikut menikmati kulit kayu yang sudah dikupas.

Namun, Felix juga masih belajar mengatasi rasa takut dan ketidakpastian. Beberapa kali ia terlihat menangis saat kesulitan berpindah dari satu pohon ke pohon lain atau saat merasa diabaikan oleh babysitter. Tapi dalam momen seperti ini, perhatian dari orangutan lain seperti Eboni yang membantunya menyeberang cabang, menunjukkan bahwa Felix sedang tumbuh di lingkungan yang penuh dukungan sosial.

Dalam berbagai aktivitas enrichment, Felix kadang terlihat kurang antusias dengan miliknya sendiri dan lebih memilih memungut sisa milik Pansy. Tapi ia tetap menunjukkan kecerdasan dan ketekunan, seperti saat menyelesaikan kayu isi madu dalam waktu 20 menit. Ia juga semakin mahir memanjat dan berayun, dan terlihat sangat menikmati waktunya di atas pohon, meskipun sesekali turun untuk bermain bersama Jainul dan Bagus di tanah.

Secara sosial, Felix masih dalam proses belajar menetapkan batas. Di kandang, ia bisa bermain dengan Pansy dan mengimbangi energi Pansy yang lebih dominan. Tapi saat Pansy mendekat untuk mengambil makanannya, Felix masih cenderung mengalah. Meski begitu, saat diberi enrichment berupa kelapa, ia fokus menyelesaikannya sendiri, tanda bahwa kepercayaan dirinya mulai tumbuh.

Bulan ini menunjukkan bahwa Felix sedang melatih keseimbangan antara rasa ingin tahu, kebutuhan akan rasa aman, dan dorongan untuk mandiri. Di balik semua ekspresi emosionalnya, ada proses pembelajaran yang utuh dan alami. Dengan dukungan yang terus-menerus, Felix sedang membangun fondasi penting untuk hidupnya di alam liar nanti. (RAF)

PANSY: GROWING MORE CONFIDENT AND INDEPENDENT

July 2025 was a colorful chapter for Pansy at the BORA rehabilitation center. Almost every day, she showed renewed enthusiasm, climbing higher and exploring further in forest school. At the beginning of the month, Pansy still appeared cautious, often observing from a distance, especially when the sound of an excavator from the island enclosure construction site could be heard. However, after being moved to a quieter location, Pansy began to reveal her more explorative side, climbing up to 20 meters high and joining other orangutans to eat san fruit (Dracontomelon dao) in the treetops.

As the days passed, Pansy became increasingly active in social interactions, particularly with Cinta and Mabel. She often followed them while foraging and traveling through the canopy, as if she found a sense of safety and comfort in their presence. She also began to show curiosity toward Ruby from a distance and made a few attempts to approach, though she still kept some space. This interest is an important sign that Pansy is beginning to understand and build healthy social relationships within her environment.

Pansy also became more skilled in identifying and utilizing natural food sources. She ate bark, san fruit, as well as shoots and wild flowers. When a light rain fell in mid-month, Pansy even broke off branches and leaves to cover herself, a simple act, yet one that reflected her growing natural adaptability.

Outside of forest school hours, Pansy also showed great interest in the enrichment activities provided. She was enthusiastic in solving small challenges and occasionally competed with Felix for her favorite treats. Even though she sometimes took items from Felix, Pansy wasn’t aggressive, it showed that she had the courage to stand her ground for what she wanted.

In her social interactions, Pansy began to show that she was not only independent, but also capable of becoming part of a group. She no longer simply avoided others, but started opening herself up to their presence. These small daily steps form a crucial foundation for her future in the forests of Borneo. (RAF)

PANSY: SEMAKIN PERCAYA DIRI, SEMAKIN MANDIRI
Bulan Juli 2025 menjadi babak penuh warna bagi Pansy di pusat rehabilitasi BORA. Hampir setiap hari ia menunjukkan semangat baru, memanjat lebih tinggi, dan menjelajah lebih jauh di sekolah hutan. Di awal bulan, Pansy masih terlihat berhati-hati dan lebih sering mengamati dari kejauhan, terutama ketika suara ekskavator dari tempat pembangunan pulau enclosure terdengar. Namun, setelah dipindahkan ke lokasi yang lebih tenang, Pansy mulai menunjukkan sisi eksploratif nya, memanjat hingga ketinggian 20 meter dan bergabung dengan orangutan lain untuk makan buah san (Dracontomelon dao) di atas pohon.
Semakin hari, Pansy terlihat makin aktif berinteraksi, terutama dengan Cinta dan Mabel. Ia sering mengikuti keduanya saat mencari makan dan berpindah-pindah di kanopi, seolah menemukan rasa aman dan kenyamanan dalam kebersamaan itu. Ia juga mulai tertarik mengamati Ruby dari kejauhan dan beberapa kali mencoba mendekat, walau tetap menjaga jarak. Ketertarikan ini adalah sinyal penting bahwa Pansy mulai belajar memahami dan membentuk hubungan sosial yang sehat di lingkungannya.
Pansy juga terlihat semakin mahir dalam mengenali dan memanfaatkan sumber pakan alami. Ia memakan kulit kayu, buah san, hingga tunas dan bunga liar. Saat gerimis turun di pertengahan bulan, Pansy bahkan mematahkan ranting dan dedaunan untuk melindungi dirinya, tindakan sederhana, namun menggambarkan kemampuan adaptasi alaminya yang terus berkembang.
Di luar waktu sekolah hutan, Pansy juga menunjukkan ketertarikan besar terhadap enrichment yang diberikan. Ia antusias menyelesaikan tantangan-tantangan kecil, dan kadang berebut dengan Felix untuk mendapatkan makanan favorit. Meskipun kadang merebut milik Felix, Pansy tidak agresif, lebih menunjukkan bahwa ia punya keberanian untuk mempertahankan keinginannya.
Dalam interaksi sosialnya, Pansy mulai menunjukkan bahwa ia tidak hanya mandiri, tetapi juga bisa menjadi bagian dari kelompok. Ia tidak lagi sekadar menghindar, tetapi mulai membuka diri terhadap kehadiran individu lain. Langkah-langkah kecil yang ia ambil setiap hari adalah fondasi penting menuju masa depannya di hutan Kalimantan. (RAF)

KABAR CERIA DARI BABY HOUSE: PETUALANGAN KECIL PARA ORANGUTAN MUDA

Sabtu pagi di Baby House BORA kembali dipenuhi semangat belajar dari para orangutan muda yang sedang menapaki tahap awal kehidupan liar. Di bawah pengawasan penuh kasih dari babysitter Rara dan Fara, mereka menunjukkan perkembangan perilaku yang menjanjikan. Mulai dari eksplorasi, interaksi sosial, hingga kemampuan mencari makan sendiri.

Felix menjadi bintang hari ini. Ia mengikuti sesi sekolah hutan pagi sendirian dan menunjukkan jiwa eksplorasinya yang semakin kuat. Tanpa kehadiran orangutan lain yang lebih dominan ataupun stimulasi intensif dari babysitter, Felix mulai lebih percaya diri menjelajahi area hutan di barat daya karantina. Ia memanjat sendiri di pohon-pohon rendah, mencari makan dari pohon mati, daun, hingga buah kopi mentah. Meski sempat tampak cuek, suara dari animal keeper lain yang sedang memantau sekolah hutan membuatnya tertarik, ia langsung mengamati dan mendekati babysitter.

Sementara itu, di dalam kandang, Arto dan Harapi menunjukkan interaksi sosial yang erat. Mereka saling membersihkan diri dan makan bersama. Arto tampak banyak belajar dari Harapi, dari jenis daun yang bisa dimakan hingga mengamati proses makan daun langsung dari mulut Harapi. Momen ini menjadi cerminan proses belajar sosial yang sangat penting bagi orangutan muda.

Ochre mengisi waktunya dengan bermain ranting dan daun. Ia tertarik pada batang berlumut dan mencoba mengupas kulitnya perlahan, menunjukkan rasa ingin tahu serta perkembangan motorik halus yang baik. Ketiganya juga mendapatkan rasa ingin tahu serta perkembangan motorik halus yang baik. Ketiganya juga mendapatkan enrichment berupa bola berisi potongan sayuran yang mendorong mereka untuk berpikir dan mencari solusi.

Siangnya, giliran Harapi yang mengikuti sesi sekolah hutan sendiri. Ia tampak senang mengunyah kulit kayu dan kambium, baik dari atas pohon maupun yang ia jatuhkan ke lantai hutan. Menariknya, kemampuan berpindah antar pohonya kini semakin baik. Ia bisa membedakan mana batang yang kuat, mana yang rapuh, menunjukkan kemajuan dalam penilaian risiko. Saat turun ke tanah pun, Harapi tak lagi meluncur sembarangan, melainkan memanjat turun dengan aman.

Di area kandang baby house, Arto yang biasanya rewel jika ditinggal Harapi, siang ini tampil lebih tenang. Di area playground baby house, Pansy dan Felix sibuk menjelajah dan mencari makan, sambil sesekali mengamati gerak-gerik babysitter. Pansy pun tampak nyaman dengan lingkungannya, bergerak aktif dan menjelajahi area sekitar dengan percaya diri.

Dari interaksi sosial yang hangat hingga keberanian menjelajah hutan, anak-anak orangutan penghuni baby house terus memperlihatkan kemajuan yang membanggakan. Setiap daun yang dicicipi dan setiap dahan yang dipanjat menjadi bagian dari proses panjang mereka menuju kehidupan liar yang mandiri. (RAF,FAR,RAR)

PENANAMAN DI BORNEO ORANGUTAN RESCUE ALLIANCE

Penghijauan dan pengayaan pohon pakan alami di sekitar area rehabilitasi orangutan Borneo Orangutan Rescue Alliance (BORA) merupakan perbaikan kualitas lingkungan sekitarnya, tidak hanya sebagai langkah pelestarian lingkungan, tetapi juga sebagai bentuk dukungan langsung terhadap kebutuhan ekologis orangutan yang tengah menjalani proses rehabilitasi. Tidak hanya animal keeper tetapi tim COP (Centre for Orangutan Protection) lainnya yang sedang mampir di BORA ikut terlibat.

Proses penanaman diawali dengan pembuatan lubang tanam di titik-titik yang telah direncanakan. Setelah itu, bibit-bibit pohon ditanam secara bersama-sama. Setiap bibit kemudian diberi pupuk kompos yang berasal dari hasil olahan sampah organik kandang orangutan. Penggunaan kompos ini merupakan bagian dari strategi berkelanjutan dalam pengelolaan limbah organik di BORA, sekaligus sebagai cara alami untuk memperkaya nutrisi tanah di lokasi penanaman.

Penanaman berjalan dengan lancar dan penuh semangat. Cuaca yang mendukung turut memberikan suasana yang kondusif sepanjang kegiatan. Harapannya, bibit-bibit pohon yang ditanam ini kelak akan tumbuh menjadi bagian dari habitat pendukung yang penting bagi orangutan, sekaligus memperkuat keseimbangan ekosistem di area rehabilitasi. Ya, COP terus menegaskan komitmennya dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan alami bagi satwa yang tengah rehabilitasi, serta memperkuat kinerja antar tim dalam aksi nyata konservasi. (RAF)

KATA FARA, BABYSITTER BORA TENTANG BAYI ORANGUTAN

Tiap lihat anakan orangutan, selalu menyempatkan 10 detik untuk memperhatikan ibu jari kaki mereka (karena unik). Ibu jari tangan mereka masih ada kukunya, sedangkan di kaki engga ada. Tapi ada juga individual yang ibu jari kakinya punya kuku kecil banget, setitik.

Ibu jari mereka berukuran jauh lebih pendek dan posisinya berlawanan daripada keempat jari lain (opposable thumb). Struktur jari ini mendukung aktivitas dan pergerakannya di atas pohon. Mulai dari genggaman ke batang, cabang, liana, atau akar gantung untuk pindah tempat, sampai memetik daun, tunas bahkan buah untuk dimakan.

Ternyata, anakan orangutan selalu pilih batang pohon berdiameter kecil atau akar gantung untuk dipanjat. Diameter substrat yang kecil lebih mudah untuk mereka menggenggam dan me-minimalisir tergelincir jatuh. Tapi di beberapa momen mereka masih sering merosot seperti meluncur dari atas pohon besar secara tiba-tiba. Kayak kalau digigit semut rang-rang, dengar suara asing yang keras, ada orang asing mendekat, atau ketika liat buah pancingan yang ranum.

Faradiva Zahra Maharani, seorang sarjana Biologi dari Universitas Diponegoro yang saat ini menjadi babysitter di BORA (Borneo Orangutan Rescue Alliance). (FAR)

ASTUTI DENGAN RAMBUT KERITING YANG MENAWAN

“Tuti nih orangutan paling cantik,” kata Indah, biologist BORA saat hendak membawa Astuti ke sekolah hutan. Wajah orang Astuti memang menggemaskan seperti boneka dan rambut keritingnya unik menarik hati. Belum ada orangutan di pusat rehabilitasi BORA yang rambutnya keriting seperti Astuti. Kalau rambutnya basah, keritingnya lebih terlihat menggemaskan lagi. Mungkin karena rupa imut nya itu penjahat pedagang satwa liar berusaha menyelundupkannya dan menjualnya. Astuti berhasil diselamatkan saat hendak dikirim ke luar negeri melalui Sulawesi pada akhir tahun 2022. Ia kemudian dipindahkan ke pusat rehabilitasi BORA dan menjalankan masa karantina selama beberapa bulan. 

Pada bulan Maret, setelah hasil tes kesehatannya keluar dan berhasil baik, ia resmi menjadi murid baru di sekolah hutan! Sebagai murid baru, ia berhasil mencuri perhatian kami  dan membuat kami kagum akan kemampuannya. Pada hari pertama sekolah hutan saja ia sudah memanjat setinggi 18 meter. Ia tidak sesering berada di tanah seperti Jainul, murid orangutan sebayanya yang selalu berguling-guling di tanah dan masih susah sekali disuruh memanjat pohon. Sekali-kalinya ia berguling-guling di tanah, tubuhnya akan ditempeli banyak daun kering dan ranting. Rambutnya yang panjang membuat benda-benda di tanah lebih mudah menyangkut. Kami sering menertawakannya ketika tubuhnya sudah sangat kotor. Rupanya yang paling lucu adalah ketika dia baru saja berguling-guling di tanah dan tubuhnya ditempeli lumpur! Kami para perawat satwa dibuat terpingkal-pingkal melihat rambutnya yang jadi gimbal.

Akhir-akhir ini, Astuti semakin jago menjelajah dan seringkali keasyikan. Suatu hari saat sekolah hutan (29/04), ia mengikuti orangutan Charlotte yang usianya sekitar lima tahun lebih tua dan sudah lebih piawai menjelajah. Mereka makan bersama-sama di satu pohon dan sulit sekali dipanggil untuk turun dan pulang dari sekolah hutan. Bima dan Syarif, perawat satwa yang bertugas saat itu terus memanggil mereka dan memancing dengan buah. Sayangnya Astuti dan Charlotte tetap asyik makan di atas pohon. Mereka akhirnya kekenyangan dan turun sendiri setelah satu jam waktu sekolah hutan usai. Meski harus repot menunggu dan memanggil-manggilnya, kami bangga sekali dengan perkembangan pesat murid baru yang berhasil mencuri perhatian kami ini. Terus berkembang ya, Astuti!

BAGAIMANA ORANGUTAN BERTERIMA KASIH PADA KEEPERNYA

Kata siapa hewan/satwa tidak memiliki rasa terima kasih? Kata siapa hewan/satwa tidak mampu menunjukkan rasa terima kasihnya? Orangutan, satwa yang memiliki 97% DNA yang sama dengan manusia, mampu menunjukkan rasa terima kasihnya. Charlotte, salah satu orangutan juvenile yang ada di BORA (Borneo Orangutan Rescue Alliance) yang kini sedang berada dalam masa karantina sebelum dibawa ke pulau pra-pelepasliaran menunjukkan rasa terima kasihnya kepada saya yang kembali bertugas ke BORA setelah hampir 2 tahun tidak berjumpa Charlotte.

Pagi itu, saat hendak memberikan enrichment, saya mengamati bahwa sayur daun yang menjadi salah satu jenis pakan tidak dimakan oleh Charlotte. Bukan tidak suka, namun biasanya mereka akan menghabiskan pakannya itu (sayur daun) saat sudah tidak ada pilihan pakan lain. Kemudian sayur daun itu pun saya lumuri dengan madu, tidak banyak namun hampir mengenai seluruh bagian. Charlotte pun segera turun dari hammock dan mulai makan dengan lahap. Saya pun menambahkan madu ke sayur daun lainnya dan kemudian Charlotte mendekati saya dan menepuk pundak saya beberapa kali.

“Terharu bahwa hal kecil yang saya lakukan dapat membawa kesenangan untuk Charlotte”, tulis Jevri lewat Whatsapp. Jevri adalah animal keeper orangutan yang telah mendedikasikan dirinya selama 9 tahun ini dan masih terus. Kepekaannya membuatnya disukai semua orangutan, tapi juga orangutan cukup patuh untuk tetap beraktivitas di sekolah hutan seperti memanjat, mencari pakan alami, bahkan membuat sarang. “Ada kalanya kita menuruti mereka, seperti hanya duduk di samping kita atau hanya ingin bermain di tanah saja.”, tambahnya ketika ditanya adakah orangutan yang tidak mau memanjat pohon saat sekolah hutan. (JEV)

FELIX, ANGGOTA BARU SEKOLAH HUTAN

Saat pertama kali ikut sekolah hutan, Felix masih sangat bergantung pada babysitter. Ia mendekap erat dan enggan dilepaskan, bahkan harus dipancing dengan buah agar mau menjauh. Jika buah habis, ia kembali merajuk sambil menangis dengan ekspresi melas yang mengundang rasa kasihan. Sementara itu, Arto dan Harapi tetap cuek, terus memanjat pohon dan memanen buah tanpa peduli pada “bocah cengeng” ini. Sesekali, jika mendekat ke babysitter, mereka menyempatkan diri untuk menjahili Felix. Tak berani memanjat, Felix hanya menunggu buah yang jatuh. Namun, semakin sering ikut sekolah hutan, ia mulai berani bertahan di atas pohon lebih lama, meskipun setiap kali harus dipancing dengan buah agar mau melepaskan dekapan.

26 Maret menjadi titik balik bagi Felix. Untuk pertama kalinya, ia berani menjelajah sendiri tanpa harus dipaksa atau dipancing dengan buah. Saat babysitter duduk, Felix tiba-tiba memanjat jalinan liana untuk mengikuti Harapi. Sesekali ia menoleh ke bawah, memastikan babysitter tetap ada di dekatnya, lalu kembali memanjat mesi masih terlihat terseok-seok. Tiba-tiba terdengar suara keras, “Cttakkk kkreeekk bruuuk!”, sebuah batang pohon ambruk. Babysiter panik karena Felix sedang memanjat di sekitarnya. Namun, ternyata Felix sendiri yang sengaja menjatuhkan batang pohon untuk menikmati kulit kayunya.

Perlahan, Felix semakin aktif. Ia tidak hanya memanjat dan memakan buah dari pohon ara (Ficus sp.), tetapi juga mulai bermain dengan Harapi. Ketika melihat Harapi bermain di genangan air, Felix mendekat dan ikut menceburkan kakinya. Bahkan, ia tampaknya sengaja menyeringai, mungkin untuk menantang Harapi, hingga akhirnya mereka saling menggigit dalam permainan. Momen ini menunjukkan bahwa Felix mulai benar-benar beradaptasi dan membentuk interaksi sosial dengan teman-temannya.

Tiga jam berlalu, melewati jadwal pemberian susu. Felix dan teman-temannya sudah cukup puas bermain dan menjelajah di sekolah hutan. Saat kandang dibersihkan dan makanan disiapkan, Felix tertidur di hamocknya. Babysitter yang membangunkannya untuk sesi pemberian susu terakhir tak bisa menyembunyikan rasa takjub. Dari bayi orangutan yang lemah dengan luka bernanah, diare, dan demam tinggi, kini Felix tumbuh menjadi individu yang lebih mandiri dan percaya diri.

Selamat belajar Felix! Kami siap terus dibuat takjub oleh perkembanganmu. (ARA)

HUSEIN DAN PERJALANANNYA: BELAJAR PERCAYA DI DUNIA YANG GELAP

Sejak pertama kali tiba di Pusat Rehabilitasi BORA (Borneo Orangutan Rescue Alliance), Husein sudah berbeda dari orangutan lain. Kedua matanya buta. Dunia yang dikenalnya hanyalah kegelapan. Di alam liar, kondisi ini membuatnya mustahil untuk bertahan hidup sendiri. Karena itulah, Husein diberi tempat di pusat rehabilitasi, bukan untuk dilepasliarkan kembali, tetapi untuk mendapatkan perawatan dan kehidupan yang lebih aman. Namun, hidup di pusat rehabilitasi juga punya tantangan tersendiri. Salah satunya adalah bagaimana Husein bisa dipindahkan dengan aman jika suatu hari ia harus dipindahkan ke tempat lain. Inilah alasan training dimulai.

Pada 6 Maret 2025, pelatihan pertama Husein dimulai. Di depan kandangnya, trainer dan rekan-rekan keeper meletakkan sebuah kandang angkut, kandang besi dengan pintu geser yang digunakan untuk memindahkan orangutan. Husein tidak bisa melihatnya, tapi ia bisa merasakannya. Husein ragu-ragu di awal, namun entah bagaimana, ia berhasil melangkah masuk ke dalam kandang angkut secara penuh. Semua orang terkejut sekaligus senang. Sebuah awal yang baik!

Namun perjalanan ini tidak selalu semudah itu. Di hari-hari berikutnya, Husein mulai menunjukkan kehati-hatian yang lebih besar. Setiap kali mencoba masuk ke kandang angkut, tangannya tetap erat menggenggam besi, seakan takut sesuatu akan terjadi jika ia benar-benar melepaskan diri. Trainer mencoba berbagai cara untuk membantunya. Karena Husein tidak bisa melihat, mereka menggunakan air, menyemprotkan sedikit ke wajahnya untuk mengarahkan gerakannya. Husein mengikuti semprotan itu, melangkah perlahan ke dalam kandang angkut.

Masalh lain pun muncul. Husein mulai merasa curiga terhadap botol spray yang digunakan. Sampai akhirnya, Husein menolak masuk ke dalam kandang angkut. Trainer tidak menyerah. Mereka mencari cara lain agar Husein mau mengikuti arahan tanpa merasa terpaksa. Kali ini mereka mengganti botol spray dengan botol kecap. Bentuk dan suara semprotan yang berbeda tampaknya membuat Husein tidak terlalu curiga. Selain itu, ada satu hal yang selalu disukai Husein, yaitu pisang. Setiap kali ia mengikuti arahan dan masuk ke kandang angkut, ia mendapatkan pisang sebagai hadiah. Perlahan-lahan, kepercayaannya mulai tumbuh kembali.

Kini, setelah beberapa minggu pelatihan, Husein telah membuat kemajuan besar. Ia sudah bisa bertahan diam di dalam kandang angkut selama satu menit penuh. (JAN)