SAAT KANDANG ANGKUT DIBUKA

Inilah waktu yang di nanti. Mengangkat pintu kandang angkut dan menyaksikan orangutan OKI meraih batang pohon pertamanya di hutan yang akan menjadi rumah barunya. Bapak Sunandar, kepala BKSDA Kalimantan Timur lah yang membukakan pintu kebebasan itu kepada Oki. Oki yang sejak 2010 yang lalu dikenal COP di Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) akhirnya bebas dalam arti sesungguhnya.

“Awalnya, kami hanya berani bermimpi untuk Oki yang saat itu berada satu kandang dengan dua orangutan lainnya. Di dalam kandang 3x3x1 meter yang terlihat sempit, Oki berbagi kandang dengan Hercules dan Antak yang mulai terlihat stres. Ya saat itu Antak mulai memainkan air liurnya sendiri dan memakan kotorannya sendiri. Sebulan kemudian, kadang bertambah satu penghuni, yaitu Nigel yang terlihat sangat murung. Mimpi kami, membongkar jeruji besi. Kandang dengan teralis besi berganti kandang terbuka atau enclosure.”, kenang Ramadhani, manajer Komunikasi COP.

Januari 2010, Ramadhani bertugas pertama kali ke Kalimantan Timur tepatnya di KRUS. Perlahan tapi pasti, Centre for Orangutan Protection mencoba untuk membantu KRUS dalam hal perawatan satwanya. Kandang-kandang satwa dipenuhi enrichment, orangufriends (kelompok pendukung COP) Samarinda secara bergantian menjadi interpreter atau pemandu bagi pengunjung di kebun binatang dengan harapan pengunjung turut diedukasi karena mereka juga turut bertanggung jawab. Selain itu juga ada program peningkatan kapasitas para perawat satwanya dan meningkatkan kesejahteraan satwanya menjadi fokus utama. Suatu kebun binatang yang tanpa pengelolaan yang baik hanya akan membuat satwa penghuninya menderita.

“Ayo Oki… ekplore terus sekitarmu. Carilah makan terbaik mu di hutan. Jangan dekati lagi manusia.”, teriak Daniek, manajer aksi COP dengan semangat.

EX-ZOO INHABITAT ORANGUTAN RELEASE TO NATURAL HABITAT

East Kalimantan Natural Resource Conservation Center (BKSDA KALTIM) release 1 (one) individual orangutan ex-rehabilitation in Lesan River Protected Forest (HLSL), Berau District, East Kalimantan. Soon to be released are 15 years old male Orangutan. The Orangutan named Okibhas undergone all stages of rehabilitation at the COP Borneo Orangutan Rhabilitation Center for 2,5 years.

Oki was evacuated from a zoo in Samarinda with ten other orangutans back in April 2015. In general, those ten orangutans has undergo a rehabilitation process excellently and achieve ready status to be released.
Their readiness were shown by their wild behavior, such as their way of foraging fot foods, their movements in the canopy, and building nests. The release actions will be conducted in several phases. We expected, by the end of December 2017, all of the rescued orangutans has return to the natural habitat.
The rehabilitation process includes Quarantine in early Arrivals, the they started to learn about natural foods and how to collect them, building nests, recognizing dangers as well as predators, and then taken back to quarantine to made sure that they don’t carry any pathogens and disease such as hepatitis an tuberculosis. This process is crucial to avoid any infections that may have impacted other orangutans in the natural habitat.
All the rehabilitation process was conducted inside Labanan research forest area and an isle under the supervision of the Assembly of Research and Development for Dipterocarp Forest Ecosystem (BP2THP).

To ensure the safety of orangutans and post- release survival, Centre for Orangutan Protection and the communities of several villages around HLSL form and place 1 (one) joint team in HLSL. The team will monitor and submit periodic progress reports to the Ministry of Environtment and Foresty for evaluation. The team is strategically established for working together with KPHP West Berau which serves as a ranger thatsecures the area from illegal legging and hunting threats.

Siaran Pers

ORANGUTAN EKS KEBUN BINATANG DILEPASLIARKAN KE HABITAT ALAMINYA

Untuk disiarkan segera 16 September 2017

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur (BKSDA KALTIM) melepasliarkan 1 (satu) individu orangutan eks rehabilitasi di Hutan Lindung Sungai Lesan (HLSL), Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Orangutan yang dilepasliarkan berumur kurang lebih 15 tahun dan berjenis kelamin jantan. Orangutan bernama Oki tersebut telah menjalani seluruh tahapan rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo selama 2,5 tahun.

Oki dievakuasi dari sebuah kebun binatang di Samarinda bersama 10 (sepuluh) orangutan lainnya pada bulan April 2015. Secara umum, 10 (sepuluh) orangutan tersebut menjalani proses rehabilitasi dengan baik dan telah siap untuk dilepasliarkan. Kesiapan tersebut ditunjukkan dengan perilaku mereka yang sudah sangat liar, mulai dari mencari makan, pergerakan di kanopi hingga membangun sarang. Pelaksanaan pelepasliaran akan dilakukan secara bertahap. Diharapkan, pada akhir bulan Desember 2017, seluruhnya telah kembali ke habitat alaminya. Proses rehabilitasi meliputi karantina di awal kedatangan, kemudian belajar mengenal dan mencari pakan alami, membuat sarang dan mengenali bahaya termasuk pemangsa dan kemudian kembali lagi ke karantina untuk memastikan bahwa orangutan tidak mengidap penyakit berbahaya seperti hepatitis dan tubercolusis. Hal ini penting dilakukan guna mencegah penularan penyakit yang memungkinkan kepada orangutan lainnya di habitat alaminya. Seluruh proses rehabilitasi dilaksanakan di dalam kawasan Hutan Penelitian Labanan dan Pulau Bawan Kecil di bawah supervisi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa (B2P2EHD).

Untuk memastikan keamanan orangutan dan kelangsungan hidup paska pelepasliaran, Centre for Orangutan Protection dan masyarakat beberapa desa sekitar HLSL membentuk dan menempatkan 1 (satu) tim gabungan di HLSL. Tim ini akan memantau dan menyampaikan laporan perkembangan secara berkala ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk dievaluasi. Tim ini secara strategis dibentuk atas kerja bersama dengan KPHP Berau Barat yang berfungsi sebagai ranger yang mengamankan kawasan dari ancaman pembalakan liar dan perburuan.

Narasumber :
1. Ir. Sunandar Trigunajasa (Kepala Balai KSDA Kalimantan Timur).
2. Ir. Ahmad Saerozi (Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Ekosistem Hutan Dipterokarpa / B2P2EHD).
3. Ir. Syafruddin (Kepala UPT DKPHP Berau Barat).
4. Hardi Baktiantoro (Ketua Centre for Orangutan Protection)

HUTAN, RUMAH BARU OKI

Oki adalah orangutan pertama dari Kebun Raya Universitas Mulawarman Samarinda (KRUS) yang akan dilepasliarkan oleh Centre for Orangutan Protection setelah melalui rangkaian rehabilitasi di COP Borneo.

“Kami mengenal Oki sejak tahun 2010. Jalan panjang yang dilalui untuk membawanya kembali ke hutan tak lepas dari peran serta banyak pihak. Bukan kerja sendiri. Bukan pula usaha sendiri. Kepedulian banyak orang dan organisasi yang mendukung COP yang membawanya pulang, ke rumahnya, hutan.”, ujar Hardi Baktiantoro, pendiri COP.

Di Hutan Lindung Sungai Lesan (HLSL), kabupaten Berau, Kalimantan Timur akan menjadi rumah baru untuk Oki. Hutan dengan luas sebelas ribu hektar dengan status Hutan Lindung diharapkan dapat menjadi harapan baru bagi perlindungan orangutan dan hutan. “Ya, orangutan adalah satwa yang sangat membantu dalam regenerasi tumbuhan di hutan. Daya jelajah dan variasi makanannya akan menjaga keberlangsungan tumbuhan dengan cepat. Melestarikan hutan lewat orangutan.”, kata Reza Kurniawan, manajer COP Borneo.

JALUR SUNGAI JALAN PULANG OKI

Dalam hitungan hari ke depan, orangutan dari Kebun Raya UNMUL Samarinda (KRUS), Kalimantan Timur akan dilepasliarkan kembali ke hutan. Orangutan Oki adalah orangutan yang telah melalui masa rehabilitasi orangutan di COP Borneo selama 2,5 tahun. Selama 2 tahun terakhir, Oki berada di pulau Bawan, Berau, Kalimantan Timur. Suatu pulau yang dihuni orangutan rehabilitasi yang dipersiapkan untuk kembali ke hutan. Nyaris tanpa campur tangan manusia, orangutan di pulau ini hidup dan beraktivitas.

Persiapan demi persiapan secara teliti dilakukan. Pemeriksaan kesehatan final orangutan salah satunya yang dilakukan tim medis COP Borneo termasuk mengkarantina orangutan Oki. Tak kalah detil untuk persiapan titik rilis orangutan. Tidak mudah untuk mencapai titik ini, karena diharapkan, orangutan dapat langsung beradaptasi dengan kondisi dan cukup pakan di alam.

Dalam rencana, tim APE Guardian memutuskan untuk menggunakan ketinting (perahu dengan jalur sungai) untuk memperjauh jarak namun hemat tenaga dan waktu perjalanan. Daniek Hendarto menjelaskan bahwa, “ Kami akan lakukan yang terbaik untuk membawa pulang Oki ke hutan yang sesungguhnya. Semoga Oki bisa cepat beradaptasi.”.

PERSIAPAN RILIS ORANGUTAN DI CAMP LEJAK

Minggu ini adalah waktunya mempersiapkan camp Lejak. Camp yang akan dipergunakan untuk memonitor orangutan setelah dilepasliarkan. Pembelian mesin air, generator pembangkit listrik, perlengkapan tidur dan dapur untuk kebutuhan tim di lapangan. Saat ditata di perahu yang mengangkut barang-barang lewat jalur sungai, muatan melebihi batas muatan perahu. “Ternyata banyak juga ya yang harus dibawa.”, ujar Inoy, penanggung jawab di camp Lejak. Akhirnya, tim terpaksa menyewa satu perahu lagi untuk membawa kebutuhan camp.

Perjalanan sungai memang dipilih setelah mempertimbangkan waktu tempuh dan jalur yang lebih mudah dicapai. Menyusuri sungai selama 1 jam dengan jeram yang cukup lumayan membuat perahu agak oleng-oleng karena sungai yang mulai surut. Bahkan perahu ‘Way Back Home’ sempat kandas karena sungai Kelay yang surut secara ekstrim. Syukurlah menjelang pukul 19.00 WITA, barang-barang sudah masuk camp dengan bantuan teman-teman dari OWT.

Melepasliarkan orangutan kembali ke hutan bukan pekerjaan mudahkan? Dua bulan yang lalu, camp lejak juga baru saja diperbaiki. “Tolong, jangan pelihara satwa liar ya. Karena mengembalikannya, adalah usaha yang panjang dan rumit.”, ujar Daniek Hendarto, direktur operasional COP. Dalam bulan September ini, Centre for Orangutan Protection akan melepasliarkan orangutan dari Kebun Raya UNMUL Samarinda (KRUS) yang telah melalui rehabilitasi di COP Borneo.

MISSION COMPLETED

The other begging orangutan with wound on the head, have been rescued and trans located to a conservation forest. The rescue operation itself was running smoothly.
As predicted before, the orangutan came down to kampong early morning and we were ready with tranquilizer gun. We attracted him away from people to avoid something goes wrong. It was take about 15 minutes only to sleep him and we did quick check and necessary treatment. We search any bullets in his body and thanks God, we didn’t find any. We gave him long lasting antibiotics to prevent infection on his head.
Now, he is safe and sound in the conservation forest. Let’s hope the Mother Nature cure him in the new home. By the way, do you have a name for him? Let us know what do you think.

GOING RESCUE A BEGGAR ORANGUTAN

Today, COP deploy its APE Guardian Team to rescue a wounded orangutan on his head. He is begging for food on the street in East Kalimantan as the forest has gone to make way for oil palm plantation.
2 weeks ago, we have rescued a big male orangutan from the same area and have spotted another 3 orangutans. So, at least 4 orangutans need to be rescued now from the area. The APE Guardian is joint operation between COP and TOP.
http://www.orangutan.id/what-you-can-do/

Hari ini, COP mengirim tim APE Guardian untuk menyelamatkan orangutan terluka di kepalanya. Orangutan ini terlihat sedang mengemis makanan di pinggir jalan Kelay, Berau, Kalimantan Timur sebagai akibat hilangnya hutan untuk perkebunan kelapa sawit.
2 minggu yang lalu, kami harus menyelamatkan satu individu orangutan jantan dewasa. Di lokasi yang sama, kami menemukan 3 orangutan lainnya. Jadi, setidaknya ada 4 orangutan yang perlu diselamatkan dari lokasi ini.
Tim APE Guardian adalah tim yang terbentuk dari kerjasama Centre for Orangutan Protection bersama The Orangutan Project.

ORANGUTAN SUFFERING IN HIS HEAD

Almost 100% orangutans that captured by plantation workers are suffering serious wound in the head and hands. They use wooden stick or soil hoe to beat the orangutan’s head. Many of them died from this crime.
We have spotted this male orangutan in the street, begging for food as the forest gone for development of new oil palm plantation In East Kalimantan. We have translocated 1 male orangutan from the same location about 3 weeks ago and have spotted another 3 orangutans. So, totally 4 orangutans now need to be translocated. Could you help us to help them from killing?
This is donation link: http://www.orangutan.id/what-you-can-do/

Hampir 100% orangutan yang ditangkap para pekerja sawit menderita luka serius dan tangan dan kepala. Beberapa dari mereka tewas karena ini.
Orangutan jantan dewasa ini ditemukan sedang mengemis makanan di tepi jalan di sebuah perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Timur. Kami menemukan luka di kepalanya, yangmana kemungknan besar akibat dilukai oleh manusia. Tim kami akan kembali untuk menangkap dan memindahkannya ke hutan yang lebih aman.
Di kawasan yang sama, kami juga memindahkan 1 orangutan jantan dewasa 3 minggu lalu. Setidaknya ada 3 orangutan lainnya yang masih berkeliaran di daerah tersebut. Dengan demikian, jumlah totalnya 4 orangutan. Mari berharap agar mereka tidak bertemu dengan orang jahat yang main bacok atau tembak.

VET MEDICAL VISIT TO MERASA VILLAGE

The closest village to COP Borneo orangutan rehabilitation center, East Borneo is the village of Merasa. A beautiful and friendly village that is an attractive nature tourism gateway. Once a week, the medical teams from COP Borneo visit the Merasa Village for the animal health program. But also not possible, the medical team called for an urgent event.
 
The selected day is Saturday. As on June 10th, 2017. The medical team followed up on a sick dog case report. “There are two patient types of dogs that we care for today. Skin diseases and itch in dogs were overcome by giving injections and ointments.”, Explain Vet Rian.
 
Animal data collection located in the village of Merasa is also equipped with check cards for health control the week after. “Wow, if more cases come, I was overwhelmed. But not every time. Very exciting and happy to help wildlife and pets. A little dream for me… to be able to help other living creatures,” said Rian Winardi again.
 
Keep the spirit Vet Rian… (Dhea_Orangufriends)

KUNJUNGAN MEDIS SATWA KE DESA MERASA
Desa terdekat dengan Pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo, Kalimantan Timur adalah desa Merasa. Sebuah desa yang asri dan ramah yang merupakan pintu gerbang wisata alam yang menarik. Setiap seminggu sekali, tim medis dari COP Borneo berkunjung dalam program kesehatan hewan di desa Merasa. Tapi juga tidak menutup kemungkinan, tim medis dipanggil pada kejadian yang mendesak.

Hari yang dipilih adalah hari Sabtu. Seperti di tanggal 10 Juni 2017. Tim medis menindaklanjuti laporan kasus anjing yang sakit. “Ada 2 pasien jenis anjing yang kami rawat saat ini. Penyakit kulit dan gatal pada anjing pun diatasi dengan pemberian injeksi dan salep.”, demikian penjelasan drh. Rian.

Pendataan hewan yang berada di desa Merasa ini pun dilengkapi dengan kartu periksa untuk kontrol kesehatan minggu berikutnya. “Waduh kalau lagi banyak kasus, saya sempat kewalahan. Tapi ngak setiap saat. Bener-bener seru dan senang bisa membantu satwa liar maupun hewan peliharaan. Suatu mimpi kecil saya… untuk bisa membantu mahkluk hidup lainnya.”, ujar Rian Winardi lagi.

Tetap semangat drh. Rian… (NIK)

KANDANG KARANTINA SIAP DIGUNAKAN

Akhirnya kandang karantina untuk kedua orangutan yang akan dilepasliarkan kembali selesai dibangun. Penambahan instalasi air untuk membersihkan kandang karantina dan kebutuhan air untuk orangutan juga sudah selesai dikerjakan.

Kondisi curah hujan yang cukup tinggi akhir-akhir ini membuat kondisi depan kandang karantina menjadi licin dan terjal. Tim memasang titian sederhana dan tangga dari kayu-kayu yang ada agar bisa digunakan untuk berpijak saat animal keeper membersihkan kandang ataupun saat dokter hewan mengontrol kondisi orangutan.

Sekat pembatas juga dicek kembali. Karena orangutan Nigel adalah orangutan jantan alpha yang sewaktu-waktu bisa menarik orangutan Oki. Untuk menghindari kecelakaan seperti itu, tim memastikan kondisi kandang.

Setelah cek, ricek dan triple cek. Kandang karantina siap menerima kedua orangutan kandidat “Year for Freedom”. Ikuti terus perjalanan rilis orangutan Nigel dan Oki. Berikan dukunganmu melalui http://www.orangutan.id/what-you-can-do/