APE CRUSADER BERTEMU DENGAN LUTUNG DAHI PUTIH YANG LANGKA

Tim APE Crusader melakukan pengecekan di Jalan Poros Kelay-Merapun setelah mendapat laporan kemunculan orangutan di jalan tersebut. Dari hasil tinjuan lapangan, tim menemukan 1 individu orangutan dan beberapa bekas sarang orangutan. Di sekitar area juga terpantau aktivitas satwa primata yang lain, seperti owa, lutung merah dan lutung dahi putih.

Lutung dahi putih dengan nama ilmiah Presbytis frontata adalah primata endemik yang hanya bisa ditemukan di Pulau Kalimantan. Spesies ini memiliki tubuh berwarna hitam keabu-abuan dengan ciri khas corak putih pada dahinya. Lutung dahi putih hidup dalam kelompok kecil. Satu kelompok terdiri atas satu individu jantan dan 2-3 individu betina. Makanan utama lutung dahi putih adalah daun dengan makanan tambahan seperti buah, bunga, jamur dan serangga.

Lutung dahi putih termasuk satwa langka karena populasinya terus menurun. Hal ini membuat lutung dahi putih masuk ke dalam kategori Rentan (Vulnerable) menurut IUCN. Sementara CITES memasukkannya dalam kategori Appendix II. Lutung dahi putih juga masuk dalam spesies hewan dilindungi, baik di negara Indonesia dan Malaysia. Perburuan dan perdagangan lutung dahi putih melanggar UU No. 5/1990 dengan ancaman pidana 5 tahun penjara dan denda 100 juta rupiah.

Habitat lutung dahi putih cukup terbatas. Spesies ini tercatat berada di 7 kawasan lindung, yaitu Taman Nasional Batang Ai, TN Betung Kerimun, TN Bukit Baka-Bukit Raya, TN Gunung Palung, TN Kutai, Hutan Lindung Wain serta Lanjak Entimau Wildlife Sanctuary. Perjumpaan tim APE Crusader COP dengan lutung dahi putih membuktikan bahwa spesies ini juga terdapat di hutan Wehea di Muara Wahau, Kalimantan Timur. (IND)

HARI ORANGUTAN SEDUNIA: ORANGUTAN DI KALIMANTAN 2021

Orangutan merupakan satu-satunya primata besar endemik yang kini hanya tersisa di pulau Sumatera dan Kalimantan. Ketiga spesies orangutan masuk dalam daftar terancam kritis atau critically endangered (CR) dalam daftar International Union for Concervation of Nature and Natural Resources atau disingkat IUCN.

Kebutuhan ruang untuk pembangunan wilayah perkebunan skala besar, pertambangan, hutan tanaman industri serta infrastruktur menyebabkan adanya alih fungsi hutan yang kemudian berdampak pada tekanan populasi orangutan. Ini sebagai akibat dari habitat orangutan yang hilang.

Selain dari pada itu khususnya untuk Orangutan Kalimantan fakta di lapangan menunjukkan bahwa orangutan sering kali ditemui di luar kawasan lindung. Setidaknya dalam periode 2020-2021 saja COP mencatat ada 36 kasus orangutan yang muncul di wilayah kegiatan manusia. Mulai dari wilayah pertambangan batubara, perkebunan kelapa sawit, pemukiman masyarakat serta pinggir jalan di wilayah Kalimantan Timur.

Tingginya konflik Orangutan Kalimantan yang terjadi di wilayah Kalimantan Timur sudah sepatutnya menjadi perhatian oleh berbagai pihak yang berkepentingan dalam konservasi orangutan. COP berupaya keras untuk memberikan kesempatan kedua bagi keberlangsungan hidup orangutan.

Dalam satu tahun terakhir, selain mempertahankan habitat orangutan yang ada, Centre for Orangutan Protection tengah berupaya memetakan dan mengusulkan wilayah baru yang masih memiliki tutupan hutan yang cukup baik sebagai salah satu solusi terhadap semakin menyempitnya habitat Orangutan Kalimantan. Kedepannya wilayah ini menjadi lokasi pelepasliaran bagi orangutan dari Pusat Rehabilitasi serta tidak menutup kemungkinan menjadi rumah baru yang lebih baik bagi orangutan yang tergusur dari habitatnya dan membutuhkan translokasi dari wilayah yang memiliki tingkat konflik tinggi.

“COP membutuhkan dukungan dari berbagai pihak khususnya Kementrerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk dapat segera merealisasikan rencana kawasan pelepasliaran yang baru. Agar konflik-konflik orangutan yang terjadi dapat diminimalisir serta pembangunan dapat selaras dengan upaya konservasi orangutan dan habitatnya”, jelas Arif Hadiwijaya, manajer perlindungan habitat orangutan COP. (RIF)

HUTAN RESTORASI EKOSISTEM BUSANG, HARAPAN MASA DEPAN ORANGUTAN DI KALIMANTAN TIMUR

Berau – Maraknya video yang beredar di dunia maya terkait orangutan yang masuk pemukiman warga, area pertambangan dan perkebunan bukan merupakan kasus yang baru di wilayah Kalimantan Timur. Kejadian ini sering terekam video masyarakat dan viral di media sosial. Seringnya perjumpaan orangutan yang berada di area aktivitas manusia berpotensi terjadinya konflik antara manusia dan satwa liar khususnya orangutan. Dalam setahun terakhir, setidaknya terdapat 33 kasus orangutan di kawasan pertambangan, pemukiman warga dan perkebunan yang telah terdata oleh tim Centre for Orangutan Protection (COP) di wilayah Kalimantan Timur sampai saat ini.

“Catatan dari COP tersebut cukup mengejutkan, adanya 33 kasus yang terdata terkait orangutan masuk pertambangan, pemukiman warga dan perkebunan berpotensi menimbulkan konflik antara manusia dan orangutan. Banyaknya kasus ini setidaknya menjadi pertanda bahwa kondisi orangutan dan hutan di wilayah Kalimantan Timur tidak baik-baik saja dan memerlukan perhatian khusus”, jelas Sari Fitriani, Manajer Program Perlindungan Habitat COP.

Dari dampak maraknya video viral orangutan di area aktivitas manusia membuat BKSDA Kalimantan Timur bekerja sangat keras dalam menanggulangi potensi konflik orangutan dan manusia. Pada tanggal 31 Januari 2021, BKSDA Kaltim bersama COP terpaksa melakukan evakuasi orangutan yang diberi nama Gisel di Sangatta Selatan, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur karena memasuki pemukiman. Tim melakukan upaya preventif dengan melakukan evakuasi guna meminimalisir potensi kejadian yang buruk bagi manusia maupun orangutan tersebut.

Dengan banyaknya catatan potensi konflik satwa liar dengan manusia diperlukan sebuah solusi area perlindungan bagi orangutan secara terpadu dan komprehensif. BKSDA Kalimantan Timur, Centre for Orangutan Protection (COP) dan UPTD KPHK Kelinjau membentuk tim terpadu untuk melakukan survei bersama calon lokasi pelepasliaran orangutan guna menyediakan solusi untuk konflik-konflik orangutan yang terjadi di Kalimantan Timur. Lokasi yang telah dilakukan survei dan kajian berada di kawasan hutan di Kecamatan Busang, Kutai Timur. Hasil survei menunjukan bahwa daya dukung pakan, keamanan, tutupan hutan dan dukungan masyarakat cukup baik untuk dijadikan kawasan pelepasliaran orangutan sehingga dapat menjadi solusi yang tepat bagi orangutan, baik orangutan yang terdesak dari habitatnya dan memerlukan translokasi serta orangutan eks-rehabilitasi. Kawasan ini juga merupakan areal yang dalam proses pengajuan izin konsesi restorasi ekosistem oleh PT. Hutan Orangutan Perlindungan Ekosistem (PT. HOPE), perusahaan yang didirikan oleh COP khusus untuk menjalankan kegiatan restorasi ekosistem sekaligus menjadi areal perlindungan bagi orangutan di kawasan tersebut.

“Kawasan restorasi PT. HOPE akan menjadi harapan baru untuk program restorasi ekosistem serta upaya perlindungan keanekaragaman hayati termasuk orangutan. Kawasan ini juga diharapkan akan memacu peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya yang akan berjalan beriringan dengan program-program konservasi orangutan berbasis masyarakat. Dukungan masyarakat setempat terkait program pelepasliaran orangutan juga cukup besar karena orangutan akan menjadi harapan mereka untuk mempertahankan hutan terakhir sekaligus sumber kehidupan mereka. Bahkan dukungan masyarakat tersebut juga telah diwujudkan dalam bentuk surat pernyataan dukungan. Proses permohonan hutan retorasi PT. HOPE saat ini masih berjalan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tentu saja kami berharap agar izin tersebut dapat segera diterbitkan. Sehingga, hutan restorasi PT. HOPE dapat dengan cepat memberikan rumah yang baik, aman dan terjaga bagi orangutan dan satwa liar lainnya”, jelas Sari Fitriani, Manajer Program Perlindungan Habitat COP.

Untuk wawancara dan informasi lebih lanjut hubungi:

Sari Fitriani
Manajer Program Perlindungan Habitat COP
HP: 082385578778
Email: sari@orangutan.id

NASIB ORANGUTAN DI BENGALON (4)

Tim APE Crusader juga mengecek lokasi video viral orangutan menyeberang jalan. Video yang sempat ramai di media sosial ini dibuat pada akhir Februari 2021 yang lalu. Menurut saksi, orangutan tersebut menyeberang jalan dari arah kawasan konsesi pertambangan milik PT. KPC menuju kebun masyarakat di balik bukit. Orangutan tersebut memporak-porandakan kebun pepaya, mangga dan pisang warga.

Konflik seperti ini memang sulit dihindari. PT. KPC sendiri memiliki kebijakan untuk meminimalisir konflik satwa liar, salah satunya dengan mengganti rugi kerusakan yang disebabkan orangutan tersebut. Namun karena kebun yang dirusak posisinya sudah di seberang jalan, PT. KPC menolak untuk mengganti ruginya. Padahal, orangutan tidak pernah tahu, kebun siapa dan masih berbatasan langsung dengan pertambangan atau tidak. Orangutan hanya mencari makan di habitatnya. Saat habitatnya menjadi pertambangan, bukankah seharusnya tanggung jawab perusahaan?

Usaha PT. KPC yang menyelamatkan orangutan karena ada orangutan yang terluka juga bukanlah solusi jangka panjang. “Tapi saya pikir KPC omong kosong juga itu. Hutannya aja dihabisinya, gimana mau orangutannya selamat”, kata warga sekitar jalan Poros Bontang, Kalimantan Timur.

Selama penelusuran, tim APE Crusader juga menemukan satwa lain. Sepasang Elang Bondol (Haliastur indus) sedang bertengger di cabang kayu yang sudah kering. Selain itu, sepasang rangkong (Rhinoplax sp) sedang bertengger di ujung ranting pepohonan tinggi dan berjarak sekitar 70 meter dari jalan aspal. Kawanan Beruk juga dengan mudah terlihat di pinggir jalan. Beruk-beruk ini tidak takut dengan aktivitas manusia. Ketika didekati, mereka tidak lari menjauh. Selain karena sifat alami beruk yang agresif, tentu saja karena mereka sudah terbiasa dengan lingkungan sekitar.

“Kita seharusnya sadar bahwa pentingnya menjaga kelestarian habitat satwa liar. Satwa liar tidak butuh gedung tinggi, uang maupun materi. Investasi bagi mereka adalah habitat yang lestari. Mungkin mereka bisa bertahan hidup di antara lahan-lahan hutan yang semakin hari tergantikan menjadi lahan tambang, perkebunan dan pemukiman. Tapi apakah kehidupan mereka layak? Bumi diciptakan untuk kepentingan semua makhluk, bukan hanya manusia. (FEB)

NASIB ORANGUTAN DI BENGALON (3)

Kondisi habitat orangutan di kawasan tambang batubara ini merupakan hutan sekunder karena tidak ditemukan lagi pohon besar. Macaranga gigantea, Macaranga triloba dan beberapa jenis Macaranga spp lainnya, Puspa (Schima wallichii), Dipterocarpaceae, Fabaceae, serta banyak ditemukan tumbuhan liana dan perdu. “Bisa sih orangutan hidup di hutan sekunder seperti ini, namun paling baik ya hutan primer”, ujar Febrina Mawarti Andarini, tim APE Crusader yang merupakan ahli Biologi COP.

Sepanjang jalan poros Bengalon banyak ditemukan sarang orangutan yang sudah mengering. Temuan ini bisa dibilang wajar karena dengan luasan kawasan yang tidak terlalu besar, orangutan tidak memiliki ruang jelajah yang luas, bahkan terbatas hutan sekunder sepanjang kanan dan kiri jalan karena bagian tengahnya sudah menjadi tambang batubara.

Di antara banyak sarang yang ditemukan terdapat 3 (tiga) sarang yang masih baru dengan tipe sarang A dan B dengan posisi 1 dan 2. Sarang yang masih baru ditandai dengan batang ranting dan daun yang masih hijau segar serta belum mengering. Salah satu sarang tersebut berada di atas pohon Trembesi (Samanea saman). Keberadaan sarang baru menandakan masih adanya aktivitas orangutan di kawasan tersebut.

Centre for Orangutan Protection menghimbau pengguna jalan Poros Bengalon untuk berhati-hati ketika melintas di jalan ini. Karena Orangutan bahkan satwa liar lainnya bisa saja sewaktu-waktu menyeberang. Tim APE Crusader berencana memasang beberapa papan peringatan di beberapa titik. “Jangan beri makan orangutan karena dikawatirkan orangutan akan terbiasa. Orangutan bukan hewan peliharaan. Jangan disakiti karena orangutan bukan hama”. (FEB)

NASIB ORANGUTAN DI BENGALON (2)

Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) merupakan primata terbesar di Indonesia yang hidup di hutan Kalimantan. Menurut IUCN Red-list 2016, primata ini masuk ke dalam kategori Critically Endangered (CR) atau kritis. Penemuan orangutan yang masih tertidur lelap di sekitar pertambangan pada pagi hari merupakan penyimpangan prilaku alami orangutan. Orangutan liar pada umumnya akan beraktivitas seiring dengan terbitnya matahari. Perpindahan harian dapat dilihat dari sarang yang dibuatnya pada siang dan sore hari. Penggunaan sarang yang sama, jarang terjadi.

Tak jauh dari jembatan hauling milik pertambangan batubara terbesar di Kalimantan Timur, satu individu Beruang Madu (Helarctos malayanus) dewasa melintas di depan mobil, menyeberangi jalan. Pergerakan beruang tersebut sangat gesit dan terlihat masih sangat liar. Hal ini mengindikasikan bahwa Beruang Madu di kawasan Bengalon masih belum terhabituasi.

Tim APE Crusader kembali menemukan satu individu orangutan dewasa betina yang sedang mencari makan di tengah hamparan semak belukar sambil menggendong anaknya yang masih bayi. Orangutan tersebut terlihat sedang memakan tumbuhan liana berjenis Capologonium mucunoides. Selain memakan liana, ditemukan juga bekas makanan orangutan berupa kulit kayu di sepanjang jalan Poros Bengalon yang masuk kategori famili fabaceae.

Orangutan merupakan satwa frungivora yaitu pemakan buah, namun jika ketersediaan buah menurun atau tidak sedang musim buah, orangutan dapat memakan daun, kulit batang, liana, bunga dan serangga. Menurut penelitian referensi pakan orangutan yang disukai adalah buah dan daun. Berdasarkan temuan orangutan memakan liana dan kulit batang diperkirakan karena ketersediaan pohon pakan bagi orangutan sudah menurun karena pembukaan lahan dan konversi lahan. (FEB)

NASIB ORANGUTAN DI BENGALON (1)

Perburuan liar dan perambahan hutan merupakan salah satu alasan penyebab menurunnya populasi orangutan secara drastis. Ditambah lagi konversi lahan hutan menjadi lahan perkebunan, pertambangan dan industri lain sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup dan populasi orangutan. Pembukaan lahan hutan secara ilegal dan dengan cara semena-mena sudah pasti mempengaruhi kelestarian populasi orangutan dan habitatnya. Pembukaan lahan tersebut juga menyebabkan fragmentasi habitat dan menyebabkan terpecahnya kelompok orangutan.

Akhir minggu pertama April 2021, tim APE Crusader dari Centre for Orangutan Protection melakukan survei keberadaan orangutan di kecamatan Bengalon, kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Penelusuran di sepanjang jalan Poros Bengalon merupakan respon COP mengenai informasi yang beredar di media sosial dan laporan dari masyarakat yang melihat keberadaan orangutan di Bengalon serta menindaklanjuti survei sebelumnya.

Pada hari pertama, tim menemukan satu individu orangutan jantan dewasa yang tertidur pulas di sarangnya. Orangutan tersebut membangun sarang di atas pohon Puspa (Schima wallichii) setinggi kurang lebih 7 meter dari tanah. Sarang tersebut masuk kategori tipe kelas A dengan ciri semua daun masih muda dan segar, serta terlihat baru. Posisi sarang termasuk posisi 1, yaitu sarang berada di pangkal percabangan pohon utama dan menempel pada batang pohon utama.

Orangutan tersebut membangun sarang tidak jauh dari ruas jalan, sekitar 30 meter saja. Hal ini dikarenakan luasan hutan yang merupakan habitatnya sudah berkurang drastis dan beralih fungsi menjadi kawasan pertambangan batubara. Orangutan tersebut tertidur begitu lelap hingga tidak peduli dengan keberadaan drone yang sedang mendokumentasikannya dan baru bangun pukul 07.23 WITA.

“Perubahan prilaku alami orangutan liar sangat mengkawatirkan. Aktivitas pertambangan yang hampir 24 jam disinyalir merusak jam biologis orangutan tersebut. Tidak ada pilihan lain untuk orangutan jantan tersebut, beradaptasi dalam kebingungan”, ujar Sari Fitriani, manajer perlindungan habitat COP. (FEB)

ORANGUTAN DIHIMPIT PERTAMBANGAN TERBESAR DI KALTIM

Besok kita harus sudah di lokasi sebelum matahari terbit, begitulah malam ini di akhiri. Satwa liar adalah makhluk hidup yang memiliki kebiasaan. Orangutan liar memiliki kebiasaan bangun pagi, makan dan bergerak hingga menjelang siang. Selanjutnya… biasanya dia akan membangun sarang untuk beristirahat bahkan tidur siang. Saat matahari sudah tidak begitu terik, dia biasanya mulai menjelajah lagi sambil makan dan dapat diperkirakan menjelang sore dia akan mencari tempat untuk membangun sarang yang lebih kokoh untuk tidur malamnya.

“Itu, ada sarang orangutan. Daun-daunnya bahkan belum mengering. Dan ada orangutan yang masih tidur!”, bisik Sari Fitriani, manajer perlindungan habitat COP. Matahari sudah muncul dari tadi namun orangutan dewasa itu masih saja tertidur. Benar, dia masih tidur, bukan sekedar berhenti karena sudah selesai makan pagi.

Pohon dimana sarang orangutan adalah pohon tertinggi yang ada di hutan tersebut. Tentu saja, orangutan bisa mengamati hamparan lahan terbuka yang dulunya hutan, tempat tinggal dan tempatnya mencari makan. Hamparan itu terlihat terang benderang walaupun matahari telah berganti bulan. Sesekali terdengar keributan kendaraan alat berat saat angin mengarah ke sarangnya. Sementara di sisi lainnya, suara kendaraan lalu lalang dari jalan provinsi.

Di sekitar pohon yang menjadi sarangnya, hanya ada merkubung, mahang, puspa dan sejenis tanaman polong-polongan di antara semak belukar. Beberapa batang pohon terlihat dengan kulit yang mengelupas, orangutan berusaha memakan kambiumnya. Ini adalah habitatnya untuk bertahan hidup. “Orangutan survival. Mereka terpaksa memakan apa yang ada untuk bertahan hidup. Gila!”, begitulah Sari Fitriani, manajer perlindungan habitat orangutan menyimpulkan.

Di kawasan ini, ada sekitar 8 (delapan) orangutan yang bertahan hidup. Orangutan terpaksa berdamai. Inikah yang dimaksud para peneliti, orangutan bisa hidup di multi lansekap? Layakkah orangutan, si reboisasi terbaik diperlakukan seperti gelandangan? Pertambangan menghancurkan rumah orangutan.

PERILAKU MENYIMPANG ORANGUTAN DI SEKITAR PERTAMBANGAN BATUBARA

Drone yang terbang di atas sarang orangutan tak juga mengusik tidurnya. Tim APE Crusader menemukan orangutan di dalam sarang yang berada di batang dahan pohon puspa pada pukul 06.48 WITA. Orangutan jantan tersebut memiliki badan yang cukup besar. “Sekitar pukul 08.00 WITA, dia mulai bangun dan bersin-bersin. Tak lama kemudian dia bergerak ke arah yang berlawanan dari datangnya tim”, ujar Sari Fitriani, manajer perlindungan habitat orangutan COP.

Lalu kami juga menemukan satu orangutan yang berada di semak-semak. “Lokasi yang sama dengan penemuan orangutan pada bulan September 2020 yang lalu”, kata Sari lagi. Orangutan terlihat sedang memakan daun di semak-semak dan bersembunyi di rimbunnya semak saat sadar bahwa pergerakannya sedang dimonitor.

Keesokan harinya, tim APE Crusader masih berjumpa dengan orangutan tersebut. Kali ini pergerakannya cukup lambat dan ternyata ia menggendong bayinya. “Perjumpaan tiga orangutan dengan kondisi hutan seperti ini sangat memprihatinkan. Aktivitas pertambangan yang terus-menerus sepanjang hari bisa saja membuat orangutan maupun satwa liar yang berada di sekitar kawasan tambang mengalami prilaku menyimpang. Tidak heran, jika konflik satwa liar dengan pertambangan nantinya akan muncul. Seperti bulan Februari yang lalu, viralnya video orangutan berada di kawasan tambang terbesar di Kaltim”, jelas Sari Fitriani lagi.

Terhitung sejak September 2020 telah ada 7 (tujuh) perjumpaan orangutan oleh tim APE Crusader di kawasan tersebut. Dimana di antaranya adalah 2 (dua) induk orangutan beserta anaknya dan 5 (lima) individu orangutan dewasa lainnya. Perilaku yang ditunjukkan oleh orangutan tersebut cukup berbeda dengan orangutan liar pada umumnya. Mereka cenderung bangun siang, bersin-bersin, terkesan tidak takut dengan kebisingan dan cenderung memakan kambium kayu di pohon atau daun di semak-semak.

Benarkah orangutan termasuk makhluk yang adaptif? Apakah orangutan mampu bertahan hidup di beberapa lanskap (multiple landscape)? (SAR)

SELAMAT HARI WANITA SEDUNIA

Aku mau mengenalkan Gisel, orangutan yang bikin gemas tapi juga takut, yang beberapa minggu yang lalu ditemukan menetap di pemukiman warga selama berminggu-minggu. Gisel beruntung. Dia disenangi dan dimanjakan sama masyarakat sekitar. Sampai akhirnya Gisel mulai merusuh di rumah-rumah warga, mematahkan ini dan itu sehingga masyarakat sabel dan melaporkan Gisel ke yang berwajib.

Lokasi ditemukannya Gisel ada di dekat Taman Nasional di Kutai Timur. Makanya, waktu translokasi cuma butuh satu jam buat sampai ke tempat translokasinya. Waktu itu ada lebih dari 10 orang yang mengangkat dan memindahkan kandang yang beratnya lebih dari 50 kg hanya untuk memastikan Gisel aman. Rasanya senang sekali bisa lihat Gisel akhirnya aman di rumah barunya, sampai lupa rasa capeknya.

Tapi kasihan dia, karena sudah terbiasa berinteraksi sama manusia, Gisel tetap mendekati manusia yang ada di sekitarnya. Berharap diberi makanan. Sekarang Gisel ada di pusat rehabilitasi BORA bersama orangutan-orangutan yang beruntung tapi tidak beruntung lainnya.

Gisel, orangutan liar yang cuma kehilangan sedikit naluri liarnya, diselamatkan dari pemukiman masyarakat, dipindahkan kewasan lindung tapi berakhir di pusat rehabilitasi. Saat kawasan lindung tidak bisa melindungi orangutan dan kawasan bukan lindung lebih parah lagi, dimana kita bisa menemukan tempat aman untuk mereka? Semoga jawabannya bukan di kandang.

Kita, Perempuan punyak banyak pilihan untuk mengambil peran dalam melindungi orangutan. Tidak peduli apa latar belakang pendidikan, sosial dan budaya bahkan ekonomi kamu. Tidak mesti langsung dengan orangutannya juga. Bijak dengan belanjaanmu, belilah seperlunya yang memang kamu butuhkan. Agar hutan kita tidak terus menerus tergerus untuk perkebunan maupun tambang. Selamat Hari Wanita Sedunia 2021, kamu bisa memilih! (SAR)