KOMANDAN SI BERUANG MADU YANG BERUNTUNG KARENA COVID-19

“Siap, Ndan! Komandan sudah dioperasi lukanya. Iya di lehernya ada luka bekas tali yang mengikatnya. Dan memiliki berat 14 kg dan merupakan penyerahan warga. Semoga cepat pulih”, ujar Widi Nursanti saat mengevakuasi satwa di Wisata Rimba Raja Pandhita, kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Dan adalah beruang madu berusia 1 tahun. Bersama Dan (beruang madu), 2 Elang Brontok, 1 Elang Bondol, 1 Elang Laut dan 1 Kucing Hutan telah tiba di kantor BKSDA SKW I Berau, Kalimantan Timur.

Wisata rimba yang dikelolah TNI Batalyon Infanteri 614 menyerahkan satwanya kepada BKSDA SKW I Berau. “Apresiasi yang tinggi untuk Komandan Batalyon Asmil Yonif 614/RJP Kab. Malinau dan kepala BKSDA SKW I Berau untuk perlindungan satwa liar di Indonesia,” ujar Widi Nursanti, manajer Pusat Rehabilitasi BORA.

Pandemi COVID-19 memang cukup membatasi pergerakan masyarakat. Masyarakat juga lebih banyak memilih #dirumahaja hanya sesekali saja bepergian untuk berwisata karena sudah cukup jenuh. Menurut keterangan dari pihak Balai Taman Nasional Kayan Mentarang, Wisata Rimba Raja Pandhita cukup menarik perhatian masyarakat untuk melihat satwa. Namun kondisi seperti ini tentu saja berbeda”. “Kita ya di rumah saja, satwa liar ya di hutan saja,” tambah Widi lagi. (WID)

ANNIE SI PENGACAU DI SEKOLAH HUTAN

Apa saja sih yang biasanya dilakukan orangutan di sekolah hutan? Setiap orangutan punya ciri khas masing-masing. Annie dan teman-temannya sedang bermain. Pukul memukul satu sama lain adalah hal yang biasa. Sasarannya adalah orangutan Berani dan Owi yang memang berada dalam satu kandang, yaitu kandang anak-anak orangutan berjenis kelamin jantan. Berguling-guling, bergulat dan memukul orangutan lainnya sambil mengamati orangutan lainnya yang berada di atas pohon. Hari itu, Annie terus mengajak temannya bermain di tanah. “Dasar Annie! Hampir tidak pernah memanjat pohon,” omel Jackson, perawat satwa dengan kesal.

Annie mencoba menarik perhatian Happi yang merupakan orangutan paling pintar di kelasnya. Owi yang sedang asik di atas pohon juga berusaha diajaknya untuk mau bermain dengannya di tanah. Merasa tak ada yang menghiraukannya, Annie bergegas menyusul yang lain di atas pohon.

Tidak berselang lama, para geng orangutan jantan, termasuk Annie kedapatan berkerumun di satu pohon. Tampaknya, mereka menemukan buah hutan dan ternyata… cukup asik berada di atas dengan kudapan alami. “Kami percaya, setiap orangutan memiliki kesempatan untuk kembali dilepasliarkan ke habitatnya. Perkembangan setiap orangutan tidak ada yang sama dan kadang tidak cukup stabil. Apakah kamu mengenali setiap orangutan di Bornean Orangutan Rescue Alliance (BORA) dengan baik? Ikuti terus perkembangan mereka ya”. (JACK)

KOLA TAKUT PADA ORANGUTAN LAIN

Orangutan Kola adalah orangutan remaja yang berada di Pusat Rehabilitasi BORA. Sebelumnya, Kola berada di kandang karantina. Selesai membersihkan kandang, memberi makanan termasuk segelas susu, para perawat satwa membawa Kola menuju sekolah hutan. Perawat satwa sempat kaget melihat Kola jalan berdiri. Berjalan dengan tegak adalah kebiasaan orangutan Kola sejak dia berada di Thailand. Kola adalah orangutan yang lahir dan besar di Thailand karena kedua induknya merupakan korban perdagangan satwa ilegal. Dengan sigap, perawat satwa menggandeng tangannya dan mengarahkannya ke sekolah hutan. Beruntungnya, Kola selalu ingin menghindari perawat satwa dan seperti ingin menggiggit tangan perawat satwa yang membawanya.

Tiba di lokasi sekolah hutan, orangutan Kola langsung panik melihat orangutan yang lain. Kelihatannya sih takut, Kola jadi tidak mau diam, dia berusaha pergi menjauh dan menuju arah jalan pulang ke kandang. Kola memang terlihat penasaran dengan suara-suara yang dikeluarkan orangutan yang berada di seberang kandang karantinanya dan berusaha melihat dari balik jeruji kandangnya. Dan ketika berkesempatan ke sekolah hutan, Kola memilih kembali ke kandangnya.

Para perawat satwa terus berusaha mengenalkan Kola ke orangutan lainnya sambil mengajarkannya cara memanjat pohon juga. Kola pun sempat terlihat memanjat pohon di ketinggian sekitar 18 meter dari tanah. “Walau belum sempat menjelajah dari satu pohon ke pohon yang lain, buat kami sudah cukup baik karena sebelumnya, Kola, orangutan repatriasi Thailand yang baru saja satu tahun berada di BORA tidak pernah mengenal sekolah hutan ataupun hutan hujan Kalimantan”, ujar Linau, kordinator perawat satwa BORA. (NAU)

BAYI BERUANG MADU KEHILANGAN INDUKNYA UNTUK DIMASAK RICA-RICA

Satu beruang madu jantan mengawali penyelamatan tim APE Defender COP di bulan Februari 2021. Beruang madu yang selalu diberi makan nasi ini akhirnya mendapatkan kesempatan keduanya untuk kembali menjadi satwa liar. Nasi? Ya, Uang begitu nama beruang madu berusia 1,5 tahun ini dipanggil. Sejak matanya belum bisa melihat dengan sempurna, dia harus kehilangan induknya. Induknya diburu dan dijadikan makanan rica-rica. Uang sendiri dipelihara secara ilegal.

“Secara fisik, tubuhnya sehat. Namun konsumsi nasi tentu saja itu bukan pakan alaminya. Diperlukan terapi pakan alami yang cukup ketat agar dia bisa kembali ke alam nantinya. Dia juga tidak suka pada manusia. Ini menjadi nilai lebih untuknya. Semoga Uang bisa hidup lebih baik lagi, tentu saja di habitatnya,” ujar drh. Ray.

Penyelamatan beruang madu ini tidak terlepas dari kerja keras BKSDA SKW I Berau. Beruang madu telah terdaftar dalam Appendix I of the Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) sejak tahun 1979 yang menyatakan bahwa mereka tidak boleh diburu oleh siapapun. Selain perburuan, beruang madu juga harus menghadapi ancaman yang lebih besar lagi yaitu kehilangan habitatnya seperti fragmentasi dan degradasi hutan.

Centre for Orangutan Protection siap membantu BKSDA Kalimantan Timur untuk menyelamat satwa liar endemik Kalimantan tak terkecuali. Besok Senin, BKSDA SKW I Berau, Kaltim juga akan mengevakuasi satwa endemik lainya hasil penyerahan masyarakat. “Jangan pelihara satwa liar!Satwa liar di hutan aja!”. (RAY)

ALUMNI COP SCHOOL BUKA POSKO BANTUAN SATWA DI MAMUJU

Dokter hewan satu ini adalah salah satu orang yang berinisiatif untuk membuka posko bantuan terhadap kesehatan satwa sesaat setelah gempa berkekuatan 6,2 magnitudo mengguncang kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat pada Jumat (15/1/2021). Drh. Fikri Ma’ruf namanya, dia seorang alumni COP School batch 7 yang juga jebolan FKH UNAIR, saat ini bertugas sebagai dokter hewan di Dinas Peternakan dan Pertanian Kabupaten Mamuju.

Posko kesehatan satwa tak hanya membagi pakan satwa namun juga memberikan pelayanan medis gratis untuk satwa yang terdampak gempa. Bersama tim APE Warrior yang telah berpengalaman menangani satwa terdampak bencana alam melakukan street feeding. Sehingga kegiatan ini mendapat apresiasi dari warga karena pada saat satwa peliharaan ditinggal oleh pemiliknya mengungsi, satwa-satwa seperti anjing dan kucing masih mendapatkan perlakuan yang layak dengan adanya street feeding pada pagi dan sore hari.

Semua kegiatan ini dilakukan dengan ikhlas tanpa pamrih oleh drh. Ma’ruf dan timnya demi membantu satwa yang terdampak bencana alam gempa bumi Mamuju. “Tulisan ini didedikasikan untuk para punggawa COP School agar tetap semangat dan terus berjuang demi satwa, baik itu satwa lia maupun satwa domestik,” ujar Ibnu Ashari, alumni COP School batch 1. (NOY)

HARI INI APE WARRIOR MEMBERI MAKAN 353 KUCING DI MAMUJU

Pagi hari penuh semangat diawali dengan hujan deras? Street feeding dari satu perumahan ke perumahan terpaksa ditunda. Namun pukul 09.00 WITA, kami tetap membuka posko pembagian pakan anjing dan kucing di jalan RE Martadinata, Mamuju, Sulawesi Barat. Semenjak posko dipindahkan ke area belakang memang warga yang mengambil pakan jumlahnya menurun cukup jauh. Walau sudah diberikan penanda di depan gerbang untuk mengarahkan warga.

Selain pakan anjing dan kucing warga juga banyak yang mencari pakan ayam dan burung. Namun menurut informasi warga lain sudah ada toko pakan burung yang buka dan melayani pembeli. Maka pada sore kami pun melakukan street feeding sembari mengecek kembali burung-burung yang ditinggal di rumah-rumah warga.

Sepanjang street feeding hari ini, kami memberi makan 46 kucing dengan paket pakan yang dibagikan sebanyak 76 paket untuk 307 kucing dan 4 anjing. Malam ini ditutup dengan kedatangan satu keluarga yang membawa anjingnya dengan kondisi yang cukup kritis dan masih dalam pemantauan. Semoga besok pagi diawali dengan kabar yang lebih baik. (LIA)

LINDA, HARAPAN BAGI SATWA DI MAMUJU

“Kak, ada laporan ini kucingnya ditinggal mengungsi di rumah sudah dua minggu, minta tolong dibantu cek katanya,” ucap Linda, memberikan laporan warga terkait kucing yang ‘tertinggal’ di rumah-rumah warga Mamuju akibat gempa pada 15 Januari 2021 lalu.

Siapa menyangka, tertundanya rencana kembali ke Bogor akibat COVID-19 justru membawanya menjadi salah satu relawan inti di posko kesehatan hewan di Mamuju, Sulawesi Barat. Bersama drh. Maaruf yang sudah dikenalnya sejak magang di Dinas Peternakan membukakan jalan baginya untuk mengaplikasikan kecintaan pada satwa.

“Aku boleh ikutan ya…,” kata Linda ketika melihat postingan drh. Maaruf di instagram mengenai rencana membuka posko kesehatan hewan. Maka mahasiswi kedokteran hewan semester 8 ini pun bergegas berangkat dari posko pengungsian dimana ia dan keluarganya tinggal, menuju kantor Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan.

Meski masih mengungsi dan harus membantu ibunya, Linda terus aktif membantu mendampingi pelayanan medis dan menjaga posko. Ia juga menyebarkan kontaknya di media sosial sebagai kontak pelaporan bila ada warga yang membutuhkan bantuan pemeriksaan kucing atau anjing dan peliharaan lainnya yang tertinggal di rumah akibat mengungsi.

Selain itu setiap hari Linda juga membantu melakukan street feeding pada kucing dan anjing di jalanan dan di perumahan yang ditinggal penduduk. Meski begitu ia tetap berencana melanjutkan penelitiannya agar segera lulus dan bisa terjun langsung menangani pasien-pasien yang membutuhkan. Semoga segera lulus Linda dan menjadi dokter hewan yang bisa menginspirasi banyak orang! (LIA)

SEMANGAT BAGUS!

Orangutan Bagus memang sangat senang sekali bisa ikut kegiatan sekolah hutan bersama teman-teman yang lainnya. Orangutan Bagus sangat berani mengambil tindakan memanjat pohon. Yang paling tinggi sekitar 25 meter dan berjalan sangat jauh. Saya sebagai animal keeper sangat senang melihat orangutan Bagus bisa memanjat pohon yang tinggi dan menjelajahi dari satu pohon ke pohon-pohon yang lain.

Walaupun akhirnya orangutan bagus tak berani turun ke bawah dan hanya bisa menangis di pertengahan pohon. Namun orangutan Bagus ini tidak menyerah dan dia berusaha mencari akar disekitar pohon untuk bisa turun. Pada akhirnya dia menemukan pohon di sebelahnya yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu besar, orangutan Bagus terus menjelajahi dari pohon lalu ke ranting dan ke ranting yang lainnya. Bagus terus mencoba untuk turun ke bawah pada akhirnya Bagus bisa sampai di bawah.

Bagus adalah orangutan yang masuk Pusat Rehabilitasi Orangutan yang dikelolah Centre for Orangutan Protection pada bulan September 2020 yang lalu. Rasa sayang pemelihara ilegalnya terdahulu menyebabkan dia tertunda untuk masuk BORA. “Sayang tidak mesti memiliki. Syukurlah, akhirnya mereka menyadari dan menyerahkan Bagus untuk direhabilitasi di BORA. Peran aktif BKSDA SKW 1 Berau sangat besar dalam menyakinkan pemelihara. Rehabilitasi memang cukup terganggu dengan adanya wabah COVID-19. Seharusnya Bagus sejak November sudah bisa menjalani kelas sekolah hutan setiap hari. Namun sekarang harus cukup puas dengan seminggu sekali.”, ujar Amir, perawat satwa. (MIR)

195 BIBIT UNTUK 18 KEPALA KELUARGA LONG LANUK

“Kami senang masyarakat Nyapa dengan semangat menerima bibit tanaman yang kami bagikan. Semoga tumbuh dan menghasilkan,” ujar Muhammad Iqbal Rivai dari tim APE Guardian COP. Sabtu, akhir Januari menjadi hari penuh semangat. Bibit berjumlah 195 habis dibagikan untuk masyarakat Dusun Nyapa Indah Desa Long Lanuk yang merupakan kemitraan dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterocarpa (B2P2EHD) Samarinda. Total ada 18 Kepala Keluarga yang hadir dan menerima bibit tanaman.

Bibit yang dibagikan adalah jenis yang disukai masyarakat seperti duku ada 48 pohon, rambutan binjai 20 pohon, durian montong 37 pohon, durian musang king 7 pohon, mangga gadung 20 buah, langsat tanjung 33 pohon, kelengkeng 30 pohon. Selain itu, APE Guardian juga membagikan 50 botol herbisida dan 50 botol pembasmi gulma.

Tempat pembibitan APE Guardian yang berada di dekat parkiran Bornean Orangutan Rescue Alliance seketika menjadi kosong. Tawa dan senyum warga berada di balik masker. Pandemi COVID-19 cepatlah berlalu, bercerita dan bercanda tanpa masker pasti lebih akrab. Mari menanam pohon, mari menanam harapan kelak suatu saat dapat memanen dan menikmati buah hasil dari menanam di ladang. (BAL)

GELANDANGAN ORANGUTAN DI JALAN POROS WAHAU

Masih di waktu yang sama dengan temuan orangutan yang kemarin, di pinggir jalan kami menemukan ada 1 individu orangutan yang sedang bergelantungan di cabang pohon. Orangutan tersebut berukuran lebih kecil, mungkin masih remaja. Tidak lama, orangutan tersebut langsung masuk ke dalam dan menghilang ke balik dedaunan. Kami langsung bergegas naik ke bukit untuk memantau pergerakan orangutan. Ternyata terlihat ada dua pergerakan di dua tempat yang berbeda dan pergerakan tersebut menuju satu pohon dimana ada sarang besar yang masih baru. Ada dua orangutan terlihat naik ke pohon tersebut namun tidak terlalu jelas tertutup daun-daun yang cukup rimbun. Setelah itu, satu orangutan terlihat di dalam sarang, seperti menambah patahan kayu dan daun di dalamnya. Namun tidak lama, orangutan tersebut turun dari pohon, kemungkinan terganggu dengan suara drone.

Lokasi masih berada di poros Bengalon ke arah Wahau. Dari seberang jalan tempat kami berhenti, terdapat jejak orangutan berupa patahan batang kayu serta kulit kayu yang terkelupas. Sedangkan di sekitar titik temuan orangutan yang sedang bergantung, terdapat tumpukan sampah seperti botol-botol, sisa sayuran, plastik dan sebagainya. Di belakang tumpukan sampah terdapat bukit dimana dari bukit tersebut terlihat jelas ada 2 sarang lama dan 1 sarang baru tempat orangutan tersebut bersarang. Dan di belakangnya terlihat jelas aktivitas pertambangan batu bara yang mungkin hanya berjarak sekitar 50-100 m dari sarang.

Jadi dalam 4 bulan terakhir, tim APE Crusader menjumpai adanya 5 individu orangutan dari pinggir jalan poros Wahau-Bengalon, di kawasan pertambangan batu bara KPC. Sejak Agustus 2020, setidaknya ada 5 laporan warga terkait orangutan yang ditemukan di pinggir jalan di area pertambangan yang sama dan 3 diantaranya viral di media sosial. (SAR)