SOUND FOR ORANGUTAN WITH THE HELP FROM DANILLA AND FRIENDS

Who doesn’t know Danilla? It is not the first time Danila helping the Center for Orangutan Protection. During a children’s painting event at Kodok Park Jakarta, Danilla contributed 2 songs at that event. Now, Danilla is buying a green Sound for Orangutan (SFO) shirt. This SFO t-shirt is a COP merchandise whose profits will be managed to hold an SFO music charity event.

Oops! Danilla didn’t just buy one piece of cloth for her. She also bought all the team behind her. Danilla also uploaded it on her social media, again with the whole team! The result… our SFO green shirt sales soared sharply within days.

“At the beginning, we doubt the merchandise sales can reach the target so that the SFO can run. It turned out that with Danilla’s help, the target was easily fulfilled. Now the committee is just concentrating on achieving the SFO profit target, so the donations to the COP Borneo orangutan rehabilitation center can help the lives of orangutans there” said Satria, Orangufriends Yogyakarta. (IND)

SOUND FOR ORANGUTAN DENGAN BANTUAN DANILLA DKK

Siapa sih yang ngak kenal artis Danilla. Danilla juga bukan untuk kali pertamanya membantu Centre for Orangutan Protection. Saat acara melukis anak-anak di taman kodok, Jakarta. Danilla juga menyumbangkan 2 buah lagu di acara santai tersebut. Kini, Danilla membeli kaos hijau SFO. Kaos SFO atau Sound For Orangutan ini adalah merchandise COP yang keuntungannya akan dikelola untuk menggelar acara musik amal SFO.

Ups… Danilla tidak hanya membeli satu potong baju untuknya. Tapi dia juga membelikan tim belakang layar Danilla. Dan.. Danilla mengunggah nya di media sosialnya. Lagi-lagi dengan seluruh tim nya. Hasilnya… penjualan kaos hijau SFO melonjak tajam dalam hitungan hari.

“Kita sempat ragu apakah penjualan merchandise dapat mencapai target agar SFO bisa berjalan. Ternyata dengan bantuan Danilla, target dengan mudah terpenuhi. Kini panitia tinggal konsentrasi mencapai target keuntungan SFO agar sumbangan ke pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo bisa membantu orangutan di sana.”, ujar Satria, orangufriends Yogyakarta.

BEHIND THE CAGE OF THE ZOO

Indonesia has a lot of zoo located in various places. In the city center or in suburb area. The capacity also varies, some are small and some are hectares wide. The animals collection also varies, some are only collected one type of animals, some are collected animals from all around the world. Are zoos in Indonesia already decent enough for its animal welfare?
Various problems become issues regarding the lifes behind the zoo cage. From the space of cage, till the number of animals live in the cage. Sometimes, one orangutan can occupies 2×2 m cage. Or one 5×5 m bird cage occupied dozens of birds. Are those feasible for animals life in the cage?

Besides cage issues, there are numbers of animals that live in one zoo area that are not well treated. The reason is the lack of human resource to take care all of them. One zoo keeper can take care up to three or more animal cages. this is why some animals don’t get noticed properly. From the cleanliness of the cage, unhealthy food, to the health of the animals itself. At the end, animals in zoo die because of lack of attention from the zoo management.

In addition to above problems, the lack of awareness of zoo visitor is one of the factors why zoo animals are suffering. We often unconciously feed the animals, even though there is already written not to feed animals in front of the cage. Because of pity, we give them a piece of bread to the orangutan who is reaching out his hand.  Do you know that bread is not orangutan’s food?

Not without reason does the zoo wrote the prohibition to feed the animals. The animals already have their own food, the right food to be eaten. So that their health can be maintained. (SAR)

DI BALIK KANDANG KEBUN BINATANG
Indonesia memiliki banyak kebun binatang. Tersebar di berbagai tempat. Ada yang di pusat kota, atau di daerah-daerah kecil. Luasnya pun beragam, ada yang berkapasitas kecil dan luas berhektar-hektar. Koleksi satwanya pun bermacam-macam, ada yang hanya mengpleksi satu jenis atau koleksi dari berbagai negara. Apakah kebun binatang di Indonesia sudah layak untuk kehidupan satwanya?

Berbagai masalah menjadi persoalan mengenai kehidupan satwa dibalik jeruji kebun binatang. Mulai dari luas kandang, hingga jumlah satwa yang menempati satu kandang tersebut. Terkadang, satu individu orangutan hanya menempati kandang berukuran 2×2 meter saja. Atau satu kandang burung yang berukuran 5×5 meter ditempati belasan burung. Apakah itu layak untuk kehidupan satwa di dalam kandang?

Selain masalah kandang, banyaknya jumlah hewan dalam satu area kebun binatang tidak terurus dengan baik. Alasannya adalah kurangnya SDM untuk mengurus keseluruhan satwa tersebut. Satu orang perawat satwa kebun binatang dapat mengurus 3 atau lebih kandang satwa. Ini yang menyebabkan beberapa satwa tidak diperhatikan dengan baik. Misalnya kebersihan kandang, pakan yang tidak sehat, hingga kesehatan satwa itu sendiri. Pada akhirnya, satwa di kebun binatang mati karena kurangnya perhatian dari pihak manajemen sendiri.

Selain masalah diatas, kurangnya kesadaran kita sebagai pengunjung kebun binatang menjadi faktor tersiksanya satwa di kebun binatang. Kita secara tak sadar sering memberi makanan kepada satwa disana. Padahal di depan kandang sudah tertulis larangan memberi makan satwa. Alih-alih karena kasihan, kita pun memberi sepotong roti kepada orangutan yang sedang menjulurkan tangan. Tau kah kita, bahwa roti bukanlah makanan dari orangutan?.

Bukan tanpa alasan pihak kebun binatang menuliskan larangan memberi makan kepada satwa. Para satwa tersebut sudah memiliki makanan tersendiri, makanan yang tepat untuk dikonsumsi. Tujuannya, agar nutrisi mereka tetap terjaga. (RYN)

MONITORING TRAINING FOR ORANGUTAN RELEASE

Do you know that when one wild orangutan enters a rehabilitation centre it means it represents 2 to 8 other wild orangutans killed in their habitat? The entry of the orangutan to a rehabilitation centre signifies a long process that he will go through for years. The periodic health examination, growth and development observation, which is not only physically but also behaviourally, are requiring many people and experts involvement. Of course it costs a lot of money in a long period of time. And after that?

When the orangutan is considered as ready to be released, a series of examination will be carried out. The tests are related to zoonosis. Yes, either diseases to transmit or to be transmitted in the orangutan should be negative. Stage of pasca-orangutan release monitoring is also need to keep under careful observation. On August 23, 2016, APE Guardian team conducted an internal training of pasca-release monitoring for its own staffs who will be the rangers so that they can do their duties as well as possible in the release site.

Every orangutan activites after release should be observed. Including their behaviour toward humans and other orangutans. Also heights of the climb, feed recognation, and there’s also specific form to fill every 10 minutes. One thing that is as important is the physical condition of the team must be in a top condition. The contour of Kalimantan tropical rainforest is the next challenges. This stage will be carried out for 3 months. It can be assured that it requires a substantial cost. If you are interested in helping APE Guardian team to be a volunteer, please contact email: info@orangutanprotectio.com
or helping by donate please click https://kitabisa.com/orangindo4orangutan (SAR)

PELATIHAN MONITORING ORANGUTAN RILIS
Tahukah kamu, ketika satu orangutan liar yang sampai ke pusat rehabilitasi itu mewakili 2 sampai 8 orangutan liar lainnya yang mati terbunuh dihabitatnya? Masuknya orangutan tersebut ke pusat rehabilitasi orangutan menandakan proses panjang yang akan dijalaninya selama bertahun-tahun. Pemeriksaan berlapis pada kesehatannya dan pemantauan pada tumbuh kembangnya yang tidak hanya meliputi fisik namun perilakunya melibatkan banyak orang dan ahli. Tentu saja ini memakan biaya yang besar dalam jangka waktu yang panjang. Setelah itu?

Saat orangutan dinilai sudah bisa dilepasliarkan. Rangkaian pemeriksaan pun akan dijalaninya. Ini terkait dengan zoonosis. Ya, penyakit yang bisa ditularkan dan menularkan harus negatif. Tahapan untuk memonitor pasca pelepasliaran orangutan tersebut juga harus dipantau. Tim APE Guardian pada 23 Agustus 2018 melakukan pelatihan monitoring secara internal agar setiap orang yang akan ditunjuk sebagai ranger nantinya dapat melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya di lokasi pelepasliaran orangutan.

Segala aktivitas orangutan setelah dilepasliarkan harus dalam pantauan, respon terhadap manusia dan pada orangutan lain harus masuk dalam catatan. Termasuk ketinggian memanjat, mengenali jenis pakannya serta form khusus setiap 10 menit. Satu hal yang tak kalah pentingnya, fisik tim harus dalam kondisi yang prima. Kontur hutan hujan tropis Kalimantan adalah tantangan selanjutnya. Tahapan ini akandilaksanakan selama 3 bulan. Dapat dipastikan biaya tahapan ini pun tak kalah besarnya. Kamu tertarik membantu tim APE Guardian? Untuk menjadi relawan silahkan email info@orangutanprotection.com jika ingin menyumbang silahkan klik https://kitabisa.com/orangindo4orangutan (NOY)

4 FAKTA UNIK MENGAPA ORANGUTAN HARUS DISELAMATKAN (3)

Ini adalah fakta yang ketiga, mengapa orangutan harus diselamatkan, Orangutan terancam punah. Berdasarkan hasil PHVA (Population and Habitat Viability Assessment) orangutan di tahun 2016, orangutan di pulau Sumatera dan Kalimantan saat ini diperkirakan berjumlah 71.820 individu. Dengan demikian kepadatan populasi orangutan Kalimantan cenderung menurun dari 0,45 – 0,76 individu per kilometer persegi menjadi 0,13 – 0,47 individu per kilometer persegi di habitat seluas 16.013.6000 ha dan tersebar di 42 kelompok populasi (metapopulasi). Dengan prediksi tersebut, setidaknya berarti 1 individu orangutan di seluruh Indonesia (wilayah survei) memiliki luas kawasan atau daerah jelajah sekitar 222,96 ha.

Alih fungsi hutan menjadi perkebunan monokultural seperti perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri (HTI) serta perkebunan karet skala luas masih menjadi ancaman terbesar bagi habitat orangutan di Indonesia. Selain itu, kegiatan penambangan batu bara di Kalimantan Timur juga dinilai mengancam keberadaan orangutan yang ada di kawasan Kutai Timur, Kalimantan Timur. Lebih lanjut upaya konversi hutan telah mengarah pada penghilangan habitat penting orangutan yang keberadaan populasi orangutan di Indonesia 70% berada di luar kawasan konservasi (Singleton et.al, 2004).

Dalam satu dekade terakhir setiap tahunnya, paling tidak terdapat 1,2 juta ha kawasan hutan di Indonesia (habitat non habitat) di konversi untuk pertanian, perkebunan, pertambangan dan pemukiman. Kebakaran hutan juga menyumbang kerusakan besar pada habitat orangutan terutama pada musim badai El Nino dan musim kering yang berkepanjangan. Selama 20 tahun terakhir, habitat orangutan Borneo berkurang paling tidak sekitar 55% (wwf.or.id). (NUS)

ALISA AND CONSERVATION LAW

Right on the International Orangutan Day, August 19, 2018, Orangufriends in Padang got invitation from Komunitas Tanda Baca Forum Pegiat Literasi Padang Panjang (Reading community of Literacy Activist Forum in Padang Panjang) to be the speaker or “guest instructur” in writing class. The participants were diverse, from elementary school students to high school students. Many of them have written short story, even some of them have won writing competition.

I was very enthusiastic that day. How did I not? A trip by motorcycle to Padang Panjang itself was an adventure, let alone educating people about the importance of maintaining the balance of nature through conservation efforts amidst the threat of orangutan extinction, the “umbrella species”. Of course with hope that the lesson taught will enriched and improved the writing creativity of participants.

And the result was…. very astonishing. They wrote in various topics from thrilling experiences in meeting wild animals unexpectedly to how happy they were learning about wildlife and conservation in Indonesia. And there was something interesting about Alisa’s writing. Alisa was one of the youngest participant that day. Most participants were writing about their experiences, but not with Alisa. The girl who was a 4th grade student wrote about law enforcement. She stated how important the enforcement of Article 21 of Law No. 5 of 1990 regarding Conservation is, which punishment can be up to 5 years imprisonment and 100 million IDR fine! (SAR)

ALISA DAN UNDANG-UNDANG KONSERVASI
Tepat di hari peringatan Orangutan Sedunia (International Orangutan Day) tanggal 19 Agustus 2018 lalu, Orangufriends Padang mendapat undangan dari Komunitas Tanda Baca Forum Pengiat Literasi Padang Panjang untuk menjadi pemateri atau “Instruktur Tamu” di kelas Menulis. Peserta yang hadir beragam, mulai dari siswa Sekolah Dasar hingga siswa Sekolah Menengah Atas. Banyak diantara mereka yang telah menghasilkan tulisan berupa cerpen bahkan ada yang sering menjuarai perlombaan menulis.

Hari itu, saya sungguh bersemangat. Bagaimana tidak, perjalanan dengan sepeda motor ke Padang Panjang sudah menjadi petualangan tersendiri, apalagi edukasi betapa pentingnya manusia menjaga keseimbangan alam melalui upaya-upaya konservasi di tengah terancamnya kepunahan orangutan sang “Payung Konservasi”. Tentu saja dengan harapan, materi yang disampaikan bisa menambah pengayaan peserta komunitas dalam mengembangkan imajinasi tulisan mereka.

Hasilnya… sungguh mencengangkan. Mereka menulis dengan berbagai tema mulai dari pengalamannya yang menegangkan saat tanpa sengaja harus berhadapan langsung dengan satwa liar, hingga tentang betapa senangnya mereka mendapatkan materi tentang satwa liar dan perlindungannya di Indonesia. Nah, yang menarik itu adalah tulisan yang dibuat Alisa. Salah satu peserta terkecil yang ikut kelas menulis hari itu. Jika yang lain lebih banyak mengangkat tema pengalaman mereka, tidak demikian halnya dengan Alisa. Anak perempuan yang masih duduk di bangku kelas 4 SD itu malah mengangkat tema tentang penegakkan hukum. Dengan tegas dan lugas dia menyatakan betapa pentingnya penerapan pasal 21 dari Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi yang ancaman hukumannya bisa mencapai 5 tahun penjara dan denda 100 juta rupiah! (Novi_COPShool7)

4 FUN FACTS WHY ORANGUTAN SHOULD BE SAVED (2)

2. Orangutans have DNA similarity with human
Orangutans have 97% similarity of Deoxyribonucleic acid (DNA) with human DNA. Therefore, orangutans are very intelligence in behavior in the wild to utilize objects around them to find food or shelter from the ferocity of nature condition. Even orangutans can use a stick as a tool to pick up food and use leaves to protect them from the sun. Orangutans can easily learn to immitate surrounding behaviour, one of which is the orangutans who have been kept as pet can easily immitate the behaviour of human around them.

This fact make orangutans are very vulnerable to the changes of nature and its surrounding, such as habitat shift and conversion which make orangutans come to the village more often only to find food and try to survive. Then, this matter makes the level of orangutan and human conflict increases every year. Loss of source of food makes orangutans that have high intelligence to come to the community farms to get their food easily. 

Johny orangutan, who was evacuated by Centre for Orangutan Protection team (COP) in 2007, showed the level of adult orangutan intelligence that he was decided to stay on the roadside oddly because many people were attracted and stopped by to see him closer and fed him. So this orangutan chose to stay on the roadside for a long period of time. (SAR)

4 FAKTA UNIK MENGAPA ORANGUTAN HARUS DISELAMATKAN (2)
Fakta lainnya yang membuat kita harus menyelamatkan orangutan adalah:

2. Orangutan memiliki kemiripan DNA dengan manusia
Orangutan memiliki 97 persen kemiripan Deoxyribonucleic acid (DNA) dengan DNA manusia. Oleh karena itu orangutan termasuk satwa yang sangat cerdas dalam prilakunya di alam liar dengan cara memanfaatkan benda di sekitar untuk mencari makan ataupun berlindung dari ganasnya kondisi alam bahkan orangutan dapat menggunakan tongkat sebagai alat bantu untuk mengambil makanan, dan menggunakan daun sebagai pelindung sinar matahari. Orangutan dapat belajar dengan mudah untuk meniru prilaku sekitar, salah satunya adalah orangutan yang sudah dipelihara sejak lama akan mudah mengikuti atau meniru prilaku manusia sekitarnya.

Faktanya ini kemudian menjadikan orangutan sangat rentan terhadap perubahan alam dan sekitarnya seperti perubahan habitat yang menjadikan orangutan yang lebih sering mendatangi pemungkiman untuk sekedar mencari makan dan bertahan hidup. Hal ini kemudian menjadikan tingkat konflik orangutan dan manusia semakin meningkat setiap tahunnya. Kehilangan sumber makan menjadikan orangutan yang memiliki kecerdasan tinggi untuk datang ke kebun-kebun masyarakat yang kemudian dianggap dapat dengan mudah untuk mendapatkan makanan.

Salah satu orangutan Johny yang dievakuasi oleh tim Centre for Orangutan Protection (COP) pada tahun 2017, menunjukan tingkat kecerdasan orangutan dewasa yang memutuskan tinggal di tepi jalan raya dengan dugaan bahwa banyaknya masyarakat yang tertarik dan berhenti untuk melihat kemudian memberi makan. Sehingga orangutan ini memutuskan untuk tinggal dalam waktu yang lama di sepanjang jalan tersebut. (NUS)

THE INTERNATIONAL ORANGUTAN DAY

In Mid-January 2018, headless orangutan corpe was found floating in Barito river, right under the Kalahien bridge, Kalahien village, Gunung Mas regency, Central Kalimantan. The autopsy results showed that there were at least 17 airgun pellets found in the body and the head was beheaded intentionally. The two suspects have been sentenced with 6 months imprisonment and fined Rp 500.000,00.

On February 6, we were shocked by the incident of orangutan killed by airgun with at least 130 pellets found on it. What was worse is the crime scene was in the area of National Park in East Kalimantan. The killer was a palm oil farmer who penetrated to the National Park area.

Today, August 19, is celebrated as International Orangutan Day, people around the world are celebrating in various way as a moment to campaign the importance of orangutan for nature preservation. ” As Indonesian people, we are supposed to be proud to have orangutans, which is the only great apes that live in Asia. While other great apes, such as gorilla, bonobo, and simpanse are only found in Africa.”.

Notes:
– Orangufriends is a supporter group of Centre for Orangutan Protection
– Simultaneous actions of orangufriends to celebrate the International Orangutan Day were held in 8 cities, i.e. Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, Palembang, Padang, Medan, and Berau.(SAR)

HARI ORANGUTAN SEDUNIA
Pertengahan Januari 2018 ditemukan bangkai orangutan tanpa kepala mengapung di Sungai Barito, persis di bawah jembatan Kalahien, desa Kalahien, kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Hasil otopsi menemukan setidaknya ada 17 peluru senapan angin dan kepala orangutan sengaja dipenggal. Dua tersangka telah divonis dengan hukuman masing-masing 6 bulan penjara dan denda Rp 500.000,00.

Pada tanggal 6 Pebruari kita dikejutkan lagi dengan kejadian pembunuhan orangutan dengan senapan angin, hasil otopsi setidaknya menemukan 130 peluru senapan angin. Yang lebih parahnya, TKP berada di dalam salah satu Taman Nasional di Kalimantan Timur. Pembunuhnya adalah petani kelapa sawit yang merambah kawasan Taman Nasional.

Kasus terakhir ialah kasus penemuan mayat orangutan di kanal perkebunan kelapa sawit PT. WSLL II, Seruyan, Kalimantan Tengah pada tanggal 1 Juli 2018. Kondisi ketika ditemukan sudah sangat buruk. Namun hasil otopsi menemukan setidaknya ada 7 peluru senapan angin dan luka-luka pada bagian telapak tangan atau kaki. Tahun 2018 adalah tahun yang buruk bagi konservasi orangutan di Indonesia. Dunia menganggap Indonesia gagal dalam hal konservasi orangutan dan dianggap tidak beradab. Melalui aksi ini kami dari Orangufriends menyampaikan masih ada anak-anak muda Indonesia yang peduli terhadap orangutan.

Tepat hari ini tanggal 19 Agustus diperingati sebagai Hari Orangutan Internasional, masyarakat dunia memperingatinya dengan berbagai macam cara sebagai momen untuk mengkampanyekan pentingnya orangutan bagi kelestarian alam. “Sebagai orang Indonesia kita sepatutnya berbangga dengan memiliki orangutan, yang mana orangutan adalah satu-satunya kera besar yang hidup di Asia. Sedangkan kera besar lainnya seperti gorila, bonobo dan simpanse hanya ada di Afrika.”

Catatan :
– Orangufriends adalah kelompok pendukung dari Centre for Orangutan Protection (COP).
– Aksi serempak Orangufriends memperingati International Orangutan Day di 8 (delapan) kota, antara lain Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, Palembang, Padang, Medan, dan Berau.

4 FUN FACTS WHY ORANGUTANS SHOULD BE SAVED (1)

Orangutans are very famous animals, moreover orangutan babies whose behaviour are very similar to human that make them special to many people around the world. Behind these uniqueness, orangutans keep a lot of stories about about rainforest conservation efforts in Indonesia. Here are four facts, why orangutans should be saved:
1. Orangutans are Asian Great Ape
Four great apes in the world are found three in the African continent that are Gorilla, Simpanse, and Bonobo, and on  in Asian continent, Sumatera and Kalimantan island to be exact which are inhabitated by Orangutans.
There are three type of orangutans in the world, that are Pongo tapanuliensis in Sumatera island, and Pongo abelii and Pongo pygmaeus in Kalimantan island which are divided into three sub-types according to morphology and genetics variation that are: Pongo pygmaeus pygmaeus (in the northwest of Kalimantan and Sabah), Pongo pygmaeus wurmbii (in the southwest of Kalimantan), and Pongo pygmaeus morio (in the east of Kalimantan and Sabah) (Groves 2001; Warren dkk. 2001).

The existance of orangutans has been the symbol of the richness of Indonesia’s biodiversity, esppecially in Kalimantan and  Sumatera. Indonesia should be proud to have those great apes as animals and as international
attraction to continue preserving the existing tropical rainforest. (SAR)

4 FAKTA UNIK MENGAPA ORANGUTAN HARUS DISELAMATKAN (1)
Orangutan merupakan satwa yang sangat terkenal, apalagi bayi orangutan yang tingkahnya sangat mirip dengan manusia menjadikannya daya tarik tersendiri bagi banyak orang di dunia. Di balik keunikannya tersebut, orangutan menyimpan begitu banyak kisah tentang upaya konservasi hutan hujan tropis di Indonesia. Berikut adalah 4 fakta, mengapa orangutan harus diselamatkan:

1. Orangutan adalah Kera Besar Asia
Empat kera besar yang ada di dunia tersebut terdapat tiga di benua Afrika yang dihuni Gorilla, Simpanse dan Bonobo serta di benua Asia lebih tepatnya pulau Sumatera dan Kalimantan yang terdapat di Indonesia yaitu Orangutan.

Terdapat 3 jenis orangutan di dunia yaitu di Pulau Sumatera terdapat Pongo tapanuliensis, Pongo abelii serta Pongo pygmaeus berada di pulau Kalimantan yang kemudian dibagi dalam tiga sub-jenis berdasarkan variasi morfologi dan genetik yaitu: Pongo pygmaeus pygmaeus (dibagian barat laut Kalimantan dan Sabah), Pongo pygmaeus wurmbii (di bagian barat daya Kalimantan), dan Pongo pygmaeus morio (dibagian timur Kalimantan dan Sabah) (Groves 2001; Warren dkk. 2001).

Keberadaan orangutan telah menjadi simbol kekayaan flora dan fauna yang ada di Indonesia, terutama Kalimantan dan Sumatera. Sepatutnya Indonesia bangga telah memiliki kera besar tersebut sebagai satwa dan daya tarik Internasional untuk terus menjaga kelestarian hutan hujan tropis yang ada. (NUS)

WHEN ORANGUTAN STOP BY SMPLB PURBA SUTA

Friday, August 10, 2018 was the day that i have been waiting for since a week ago. Yeah.. today was the day I’d do the school visit to SMPLB Purba Suta Purbalingga. With the help of my schoolmate (Dena and Aziz), the explanation about orangutan and its habitat to 28 students of 7th – 9th grade and 7 accompanying teachers made this school visit different from the others. They were very passionate and proactive.

Not even one hour passed, we closed the meeting by coloring orangutan. That rich colors will never be forgotten because I had the opportunity to teach one of special schools with special needs students. I was beyond happy when they paid attention to us and listened to us. I was confused at first how to communicate with them. There’s one quotes from Helen Keller that represented my feeling when doing this activity, “Alone we do so little, but together we can do so much.”.

Orangufriends or supporter group of COP that consist of COP School alumnus  annually celebrated International Orangutan Day on August 19 with various kind of activities and giving education to schools and communities is one of them. One orangufriends invites friends and relatives and then spread out to one school or community to another. And the chain keeps coming on. (SAR)

SAAT ORANGUTAN MAMPIR DI SMPLB PURBA SUTA
Jumat, 10 Agustus 2018 adalah hari yang saya tunggu sedari satu minggu yang lalu. Ya… hari itu adalah hari dimana saya akan melakukan kegiatan school visit di SMPLB Purba Suta Purbalingga. Dengan bantuan teman sekolah saya (Dena dan Aziz), penjelasan tentang orangutan dan habitatnya pada 28 siswa kelas VII-IX serta 7 orang guru pendamping menjadikan school visit kali ini berbeda dengan yang lainnya. Mereka begitu bersemangat dan sangat aktif.

Tak terasa satu jam pun berlalu, menutup perjumpaan dengan mewarnai orangutan. Kaya warna yang tidak akan pernah saya lupakan karena berkesempatan mengajar di salah satu sekolah luar biasa dengan para siswa berkebutuhan khusus. Bahagia sekali saat mereka memperhatikan kita dan mendengarkan kita. Sempat bingung apakah bisa berkomunikasi dengan mereka. Ada satu quotes dari Helen Keller yang dapat mewakili perasaan saya ketika berkegiatan kali ini, “Alone we do so little, but together we can do so much.”

Orangufriends atau kelompok pendukung COP yang juga terdiri dari alumni COP School memperingati Hari Orangutan Sedunia yang jatuh pada tanggal 19 Agustus setiap tahunnya dengan berbagai cara dan kesempatan, salah satunya edukasi ke sekolah maupun komunitas-komunitas. Satu orangufriends, mengajak teman dan saudara lalu menyebarkannya dari satu sekolah maupun komunitas. Terus berantai dan berlanjut. (Yuanita_COPSchool8).

PAINTING ORANGUTAN CAGES AT COP BORNEO

Since 2015, the cages for orangutan in orangutan rehabilitation center have not been repainted. Just several times fixing the rusted iron by replacing and welding it. At first, the keepers were planning to just paint the cage pole. But turned out, the entire cage were repaint.

Danel, amir, Steven, with the help of two volunteers started the cage maintenance. “Regular cage maintenance is important. While painting, we could pay attention to which part needs improvement. Repainting can also inhibits the rusting of iron. ” said Amir

“Coincidentally, quarantine cages are empty, because the orangutan release candidates are on the orangutan sanctuary island. So, the orangutan who live in the cage that are being repainted will be moved within a few weeks until the paint dries and the smell of it is gone.” added Steven.

We understand that the funds that come to orangutan rehabilitation center are from many people’s donation. That’s why we use the money so carefully. We did the repainting activity by ourselves without the help of workman to save the money, and of course without disrupting orangutan’s schedule to go to the forest school as well. (SAR)

PENGECATAN KANDANG ORANGUTAN DI COP BORNEO
Sejak tahun 2015, kandang untuk orangutan di pusat rehabilitasi orangutan belum pernah dicat ulang. Beberapa kali hanya membetulkan besi-besi yang keropos dengan menggantinya dan mengelas. Awalnya, para karyawan berencana untuk mengecat tiang kandang saja. Tapi nyatanya, seluruh kandang dicat ulang.

Danel, Amir, Steven dengan bantuan dua relawan memulai perawatan kandang ini. “Perawatan berkala sangat penting. Sambil mengecat, kami bisa memperhatikan bagian-bagian yang memerlukan perbaikan. Pengecatan ulang juga bisa menghambat pengeroposan besi-besi kandang.”, ujar Amir.

“Kebetulan, kandang karantina kosong, karena orangutan yang akan dilepasliarkan dipindahkan ke pulau orangutan. Jadinya, orangutan penghuni kandang yang sedang dicat ulang akan pindah dalam beberapa minggu sampai bau cat hilang dan cat mengering.”, tambah Steven menjelaskan.

Kami memahami dana yang sampai di pusat rehabilitasi adalah donasi dari banyak orang. Itu sebabnya kami menggunakan dana tersebut dengan hati-hati sekali. Pengecatan seperti ini kami lakukan sendiri tanpa memanggil tukang untuk menghemat pengeluaran, tentu saja dengan tidak menganggu jadwal orangutan ke kelas sekolah hutan. (WET)