Art For Orangutan adalah suatu event dari kreatifitas kelompok pendukung Centre for Orangutan Protection (COP). Event yang sudah berlangsung sebanyak dua kali ini meninggalkan cerita menarik yang mengharukan, lucu hingga membuat orang menantikan kapan Art For Orangutan akan dilaksanakan lagi. Ini semua tak lepas dari kerja keras dari Gigi Nyala, I AM Project dan teman-teman seniman lainnya. Tak sekedar pameran karya seni, tapi usaha menjaring kepedulian kita pada lingkungan terutama satwa liar orangutan.
“H-10 nih! Baru 2 karya yang masuk. Gimana nih? Kalau ngak ada karya yang masuk dengan ruangan pameran yang lebih besar dari AFO tahun 2014, akan kita isi apa?”, pikir Ramadhani, direktur operasional COP.
“Tenang-tenang… banyak nih yang belum selesai. Biasanya karya akan datang di hari yang sangat dekat acara. Kebiasaan nih.”, ujar Ivan si punggawa Gigi Nyala.
Benar saja, tujuh hari sebelum acara, satu persatu karya berdatangan dari luar kota. Jakarta, Bali, Makasar, Kalimantan, Sumatera bahkan dari Australia. Rumah tempat mengumpulkan karya pun menjadi penuh dan begitu sibuknya. Panitia yang ikut mengirimkan karya sampai tak punya waktu menyelesaikan karyanya. Sampai ada yang hingga hari akhir pengumpulan, karyanya baru selesai, dengan cat yang masih basah sampai di camp APE Warrior, Yogyakarta.
Sesampainya karya, masih dalam bungkus, satu persatu di foto. Pertama kali dibuka bungkusnya, difoto lagi, hingga akhirnya karya keluar dari bungkusnya, semua terdokumentasi. Sikap profesional Gigi Nyala untuk menghargai setiap karya patut diancungi jempol.
Kehati-hatian para panitia memperlakukan sebuah karya tak lepas dari pengalaman Art For Orangutan pertama. Tak jarang, bingkai kaca yang dikirim peserta hancur selama pengiriman. Kaca yang tipis, pemaketan yang kurang pelindung menjadikan karya tidak sempurna sampai di tangan panitia. Dengan dokumentasi yang detil, panitia akan mengkomunikasikan, kecacatan atau kejanggalan karya, termasuk jika ada yang harus diganti seperti kaca atau bingkai.
Karya yang masuk naik 50% dari tahun 2014. Jenis karya pun semakin bervariasi. Tidak terbatas pada ukuran maupun dimensi. Untuk mengangkut karya ke ruang pameran dari rumah pengumpulan karya, tak cukup satu hari. Hujan pun tak mau kalah untuk semakin merepotkan panitia. Dengan mobil box, dengan penuh kehati-hatian saat menyetirnya, akhirnya karya sampai di ruang pameran. (bersambung).