BONGKAR JERAT JAHAT! SUARA SERENTAK SELAMATKAN HARIMAU SUMATRA

Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Day 2025 dirayakan serentak di sembilan kota di Indonesia dengan semangat yang sama: menyuarakan pentingnya perlindungan Harimau Sumatera. Dari Medan hingga Yogyakarta, aksi kampanye yang digelar Centre for Orangutan Protection (COP) bersama jaringan Orangufriends dan mitra lokal ini berhasil menyedot perhatian publik lewat aksi kreatif, poster, stiker, hingga orasi jalanan. Tujuannya sederhana tapi mendesak yaitu menyelamatkan harimau dari ancaman jerat, perburuan, dan hilangnya habitat.
Di Medan, suasana Car Free Day Lapangan Merdeka berubah meriah ketika warga dari berbagai usia berhenti sejenak untuk melihat dan ikut berkampanye. Anak-anak hingga orang tua ikut terlibat berdiskusi kecil tentang Harimau Sumatera, bahkan seorang anak penari reog spontan menari di depan kamera. Interaksi ini membuat pesan tentang bahaya jerat satwa lebih mudah diterima masyarakat. Sementara di Padang, aksi membagikan stiker di jalur CFD mendapat sambutan hangat dari pengunjung, bahkan ada pelari yang menghampiri peserta kampanye sambil berkata, “Ini aksi keren, kami mendukung!”.
Tak kalah menarik, di Pasaman, aksi berlangsung bersamaan dengan kegiatan jalan santai masyarakat. Kami mengusung pesan “Bongkar Jerat Jahat! Selamatkan Harimau” dan mengajak warga melakukan simbolisasi gerakan ‘cakar harimau’. Kehadiran Bupati dan Wakil Bupati Pasaman yang menyatakan dukungannya semakin menguatkan semangat publik untuk bersama menjaga habitat harimau. Di Kuningan, aksi longmarch diakhiri dengan “meja harapan”, dimana warga menuliskan doa dan aspirasi mereka untuk kelestarian satwa, sebuah cara kreatif mengikat partisipasi publik.
Sementara itu, di kota-kota lain seperti Batang, Malang, dan Yogyakarta, kampanye berlangsung penuh energi. Di Malang, anak-anak sangat tertarik dengan topeng harimau dan pedagang bahkan menempelkan stiker kampanye di lapaknya. Di Malioboro Yogyakarta, topeng harimau kembali menjadi daya tarik besar, wisatawan asing pun ikut terlibat dan mengapresiasi upaya melindungi satwa ikonik Indonesia ini. Bahkan seorang relawan yang sedang dalam perjalanan dari Solo menuju Yogyakarta tidak ketinggalan untuk mengangkat aksi ini di dalam gerbong KRL. Semua ini menunjukkan bahwa pesan konservasi bisa dikemas dengan cara menyenangkan, dekat dengan masyarakat, tanpa kehilangan urgensinya.
Kampanye serentak tahun ini mengusung tema “Bongkar Jerat Jahat! Selamatkan Harimau Sumatera!”, sebuah seruan yang lahir dari keprihatinan kasus terbaru: seekor harimau sumatera di Jambi yang sempat diselamatkan dari jerat, namun akhirnya mati di TPS. Peristiwa tragis ini menjadi pengingat betapa kejamnya ancaman jerat bagi satwa liar. Melalui aksi di berbagai kota, COP dan Orangufriends di seluruh Indonesia  mengajak masyarakat untuk tidak tinggal diam, sebab menyelamatkan harimau berarti menjaga kehidupan hutan dan masa depan generasi kita. 
Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, Orangufriends yang berada di Jogja, Medan, Padang, Pasaman, Batang, Depok, Malang, Pekanbaru, Mapala Kehutanan Universitas Kuningan (Mahakupala), Medan Book Party, Sumatra Wild Adventure, World Clean-Up Day, dan rekan-rekan dari Fakultas Kehutanan Universitas Brawijaya. (DIM)

COP SUMATRA RAMAIKAN HKAN DI PADANG SIDEMPUAN, SUMUT

Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) yang diperingati setiap 10 Agustus menjadi
momentum penting untuk menyuarakan semangat pelestarian alam. Dalam rangkaian “Road
to HKAN 2025”, tim COP Sumatra bersama BBKSDA Sumatera Utara menggelar kegiatan
edukatif di Kota Padang Sidempuan pada 3 Agustus 2025. Tim APE Sentinel dan APE
Patriot hadir lengkap dengan kostum orangutan, alat peraga edukasi, dan merchandise
seperti kaos anak-anak, untuk mengajak masyarakat, terutama generasi muda, untuk lebih
peduli terhadap orangutan dan hutan sebagai rumah mereka.

Berlokasi di Alaman Bolak Nadimpu, kegiatan dibuka dengan senam sehat massal yang
langsung memanaskan suasana. Stan COP pun mulai ramai disambangi warga, apalagi
dengan kehadiran maskot orangutan yang berjalan santai di tengah kerumunan dan mencuri
perhatian banyak anak-anak. Dua relawan mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah
Tapanuli Selatan, Nur dan Rini, turut memperkuat tim dengan menyampaikan pesan
konservasi melalui diskusi ringan dan pengenalan program-program COP di Sumatera Utara
dan Kalimantan Timur. Bagi mereka, ini adalah pengalaman baru yang seru dan penuh
makna dengan berinteraksi langsung dengan masyarakat, menyampaikan pentingnya
menjaga hutan, serta mengenalkan keberadaan orangutan Tapanuli yang menjadi spesies
langka kebanggaan daerah mereka sendiri.

Anak-anak menjadi pusat keceriaan hari itu, antusias berfoto dengan maskot orangutan,
hingga dibelikan kaos oleh orang tua nya sebagai kenang-kenangan. Di tengah riuh doorprize
dan tawa pengunjung, obrolan tentang pentingnya menjaga hutan terus mengalir. Kegiatan
ditutup dengan penyerahan hadiah lomba puisi oleh perwakilan Pemerintah Kota Padang
Sidempuan, dan momen kebersamaan diabadikan lewat foto bersama panitia dan Kepala
Bidang III BBKSDA Sumatera utara. Sebuah langkah kecil, namun penuh makna dalam
membangun kesadaran bersama untuk masa depan orangutan.

Nah, kira-kira kejutan apa lagi ya yang akan hadir di rangkaian “Road to HKAN”
selanjutnya? Pantau terus informasinya dan jangan sampai ketinggalan untuk ikut
meramaikan!

TIGER YOUTH CAMP, SINTAS MENGGANDENG COP BAHAS KONFLIK HARIMAU MANUSIA

Organisasi nirlaba yang bergerak di bidang konservasi sumber daya alam, Sintas kembali menggelar kegiatan edukatif dan inspiratif bagi generasi muda melalui program Tiger Youth Camp. Acara yang berlangsung selama tiga hari, mulai dari tanggal 29 hingga 31 Juli 2025, bertempat di lokasi strategis Hutan Penelitian dan Pendidikan Biologi Universitas Andalas (UNAND). Tema tahun ini “Harimau Sumatera, Masa Depan Kita: Edukasi, Aksi, dan Konservasi” bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman generasi muda tentang pentingnya pelestarian harimau sumatra dan habitatnya serta isu-isu konservasi lainnya.

Sintas mengundang COP untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman di lapangan terkait “Konflik Harimau Manusia”. Topik ini didasari oleh meningkatnya kasus interaksi negatif antara harimau sumatra dan masyarakat di sekitar kawasan hutan dalam beberapa tahun terakhir. Dalam sesi yang berlangsung interaktif tersebut, COP memaparkan berbagai faktor pemicu konflik, mulai dari hilangnya habitat alami harimau akibat deforestasi dan alih fungsi lahan, hingga praktik perburuan liar yang mengurangi ketersediaan mangsa alami harimau. Dampak konflik dapat dilihat pada kedua belah pihak, kerugian materiil dan psikologis bagi masyarakat, maupun ancaman keselamatan bagi populasi harimau sumatra yang terancam punah jadi dilema.

Strategi dan upaya mitigasi konflik yang telah berhasil diterapkan di berbagai wilayah lain, dapat menekan pentingnya pendekatan kolaboratif dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, masyarakat adat, perusahaan perkebunan, dan organisasi konservasi. Edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang perilaku harimau dan cara menghindarinya juga menjadi poin penting agar dapat meminimalisasi konflik.

Gerakan Sintas dan COP dalam Tiger Youth Camp ini menjadi contoh sinergi yang positif antara organisasi konservasi yang memiliki fokus berbeda namun memiliki tujuan yang sama, yaitu menjaga kelestarian alam Indonesia. Semoga kegiatan seperti ini semakin menjangkau lebih banyak lagi generasi muda sehingga kesadaran pentingnya konservasi semakin meningkat dan masa depan harimau sumatra serta keanekaragaman hayati Indonesia dapat lebih baik lagi.

MENEBAR SEMANGAT KONSERVASI DI SEKOLAH-SEKOLAH TAPANULI SELATAN

Pada awal Mei 2025, tim APE Patriot menggelar rangkaian edukasi konservasi satwa liar di sejumlah sekolah di Kabupaten Tapanuli Selatan. Bersama dengan BBKSDA Sumatera Utara, mereka menyambangi berbagai tingkatan sekolah untuk menanamkan kepedulian terhadap kelestarian dan hutan sejak dini.

Perjalanan dimulai sejak Senin, 5 Mei di SMP Negeri 3 Sipirok. Kedatangan tim disambut hangat oleh Kepala Sekolah yang langsung menyiapkan kelas untuk kegiatan edukasi. Sebanyak 35 siswa kelas 9 yang baru saja menyelesaikan ujian sekolah hadir didampingi Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum. Perkenalan diselingi permainan ringan untuk mencairkan suasana. Kemudian dilanjutkan dengan kisah menarik seputar orangutan dan pentingnya melestarikan satwa liar. Antusiasme siswa terlihat sejak awal hingga sesi diskusi. Sebagai penutup, tim menyerahkan poster info grafis dan berfoto bersama para siswa sebagai kenang-kenangan.

Keesokan harinya, Selasa 6 Mei, tim melanjutkan edukasi ke Kecamatan Arse yang berdekatan dengan kawasan Ekosistem Batang Toru. Sekolah pertama yang dikunjungi adalah SMK Negeri 1 Arse. Sebanyak 41 siswa dari kelas 10 da 11 mengikuti sesi edukasi yang juga dihadiri oleh Kepala Resort Cagar Alam Dolok Sipirok, Bapak Martono Gurusinga. Beliau memberikan pengantar tentang kawasan Cagar Alam. Seperti biasa tim melanjutkan kegiatan dengan mengajak siswa memahami peran mereka dalam menjaga satwa liar dan bagaimana bersikap jika menemukan kasus kejahatan terhadap satwa. Suasana kelas hangat dan penuh semangat.

Masih di hari yang sama, sekolah kedua yang disambangi adalah SD Negeri 100403 Arse. Edukasi di sekolah dasar ini teraan begitu semarak dengan kehadiran 126 siswa kelas 6. Salah satu bagian paling menarik adalah permainan “pemburu dan penebang”, yang menjadi refleksi tentang kerusakan hutan akibat ulah manusia. Momen berkesan muncul ketika seorang siswa mengaku pernah melihat orangutan di sekitar tempat tinggalnya dan berharap bisa melihatnya lagi suatu hari nanti.

Bulan depan, kita ke sekolah mana lagi ya? (DIM)

JADI RELAWAN RIHAS DI SUMBAR YUK!

Ruang Informasi Harimau Sumatra (RIHAS) merupakan ruang edukasi yang dibentuk melalui kerja sama antara BKSDA Sumatra Barat dan Centre for Orangutan Protection (COP). Saya berkesempatan mengikuti kegiatan di RIHAS sebagai edukator untuk siswa Sekolah Dasar (SD), “Menarik, edukatif, dan seru. Bermain sambil belajar bersama para siswa, gak pernah terbayangkan sebelumnya ini sebuah wadah saling belajar”. Jadwal kegiatan yang ada disusun dengan baik dan menyenangkan bagi siswa.

Kegiatan pengamatan dan pengenalan satwa yang dilakukan mudah dimengerti oleh anak-anak sehingga mereka menikmati. Salah satu kegiatan yang dilakukan yaitu pengenalan satwa, herbarium, spesimen kayu, dan karya visual tentang satwa. Anak-anak diajak untuk mengenal berbagai satwa khususnya Harimau melalui gambar dan tulisan. Anak-anak juga disuguhkan langsung bagaimana bentuk dari herbarium dan spesimen kayu. Pengamatan tanda kehadiran satwa melalui jejak yang dicetak, apa itu camera trap, suara, dan juga visual menggunakan plot dengan menggunakan kaca pembesar membuat kegiatan semakin dekat dan nyata bagi anak-anak.

Mengenal konservasi sejak dini dapat meningkatkan rasa kepedulian mereka terhadap ekosistem. Dengan adanya kesempatan ikut serta dalam mengajar ini, saya sangat senang dan mempelajari hal yang baru. Pengemasan materi serius dalam bentuk permainan menjadi hal yang menarik dan memicu rasa penasaran dan semangat belajar mereka. Kelak di tangan merekalah masa depan konservasi berada. Ini hanya bagian kecil dari langkah besar konservasi yang bisa saya ikuti. Semoga RIHAS dapat lebih berkembang, saya, Hafifah Antini K, mahasiswa kehutanan Universitas Riau (UNRI) bangga dan bersyukur menjadi relawan di RIHAS. “Yuk, jadi relawan selanjutnya di RIHAS, belajar bersama dan berkembang bersama”. (Orangufriends Riau)

MARI MENUMBUHKAN KESADARAN LINGKUNGAN DI SMAN 1 SIGUNUNG

Aula SMA Negeri 1 Sigunung pagi itu dipenuhi oleh antusiasme 75 siswa dari kelas XII MIPA dan XI MIPA. Tim APE Sentinel bersama dengan tim SKW 1 Sidikalang tiba dengan semangat, disambut hangat oleh Ibu Tonggos Sihombing, guru pendamping yang penuh energi. “Tahukah kalian bahwa kita punya hutan yang jadi rumah bagi orangutan Sumatera, salah satunya di Suaka Margasatwa Siranggas?”, tanya Hafash, perwakilan SKW 1 Sidikalang. Para siswa mulai mengangguk, beberapa terlihat kagum. “Apa yang terjadi kalau habitat mereka hilang?”, tanyanya lagi. “Orangutan tak punya tempat tinggal, Kak!”, jawab salah satu siswa dengan lantang. “Betul sekali! Itu juga berdampak pada kita sebagai manusia”, jawab Hafsah sambil tersenyum.

Suasana semakin seru saat para siswa diajak bermain permainan “Pemburu dan Penebang”. Permainan ini menjadi refleksi nyata tentang kondisi hutan yang terganggu dan dampaknya terhadap satwa liar. Siswa aktif berpartisipasi, menjawab pertanyaan serta menjawab tebak-tebakan dengan antusias. Salah satu momen menarik adalah cerita seorang siswa yang pernah melihat orangutan singgah di kebun keluarganya tanpa merusak tanaman.Pengalaman ini menjadi titik diskusi yang menggugah pemahaman tentang pentingnya hidup berdampingan dengan satwa liar. Semangat dan rasa ingin tahu siswa menciptakan suasana diskusi yang penuh makna.

Di akhir kegiatan, para siswa membuat tanda tangan dan cap jari di atas kertas besar sebagai simbol komitmen mereka mendukung konservasi orangutan. “Karya ini akan kami pajang di mading sekolah agar semua orang tahu bahwa kita peduli”, ujar Ibu Sihombing dengan bangga. Dengan semangat yang tertinggal di SMAN Sigunung, Tim APE Sentinel yakin bahwa generasi muda Pakpak Bharat akan menjadi penjaga alam yang berani dan penuh tanggung jawab.

ALUMNI COP SCHOOL BATCH 14 KUNJUNGI SMA IP ADZKIA MEDAN

Kenalan dengan berbagai profesi di dunia konservasi orangutan bersama Centre for Orangutan Protection, tim APE Sentinel bersama Orangufriends Medan mengunjungi SMA Islam Plus Adzkia Medan pada 16 Agustus 2024. Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 79, ada 250 siswa kelas 10 dengan 8 orang guru pendamping mulai berdiskusi kecil tentang konservasi orangutan khususnya pusat rehabilitasi orangutan SRA di Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Ada profesi apa sajakah yang terlibat langsung?

SRA atau Sumatran Rescue Alliance adalah tempat rehabilitasi orangutan yang berasal dari kepemilikan ilegal, perdagangan satwa, interaksi negatif bahkan repatriasi untuk berlatih mengembalikan insting liarnya agar dapat bertahan hidup dan kembali ke habitatnya. Ini tentu saja membutuhkan peran dokter hewan, paramedis, biologist, animal keeper, forester, dan geografer. Selain itu dunia konservasi orangutan sendiri tidak terlepas dari manajemen yang baik meliputi keuangan, adminstrasi, pengelolaan sumber daya manusia, hingga komunikasi.

Kegiatan School Visit kali ini terasa begitu besar ditambah siswa dengan usia remaja yang punya energi luar biasa. Aulia dan Syarif yang merupakan alumni COP School Batch 14 pun semakin tertantang dengan aktifnya siswa Adzkia ini. Saatnya bermain… “Pemburu dan Penebang”. Suasana heboh menjadi semakin menarik, waktu 60 menit menjadi terlalu singkat. Sampai berjumpa lagi… (BUK)

MARI MENJADI PENYELAMAT SATWA BERSAMA COP SCHOOL

Banyak orang beranggapan bahwa terjun dalam dunia konservasi dan perlindungan satwa liar itu sulit dilakukan oleh orang-orang Indonesia karena berbagai keterbatasan. Padahal wahana konservasi yang dilakukan oleh sebagian besar orang-orang asing dalam berbagai saluran dunia seperti Animal Planet, NatGeo Wild dan lain sebagainya justru dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak lain adalah negara dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, bahkan menjadi salah satu paru-paru dunia.

Memenuhi hal itu, Centre for Orangutan Protction menghadirkan COP school Batch 14 sebagai wadah belajar dan berbagi untuk siapa saja yang peduli dan ingin terlibat langsung dalam dunia konservasi Indonesia, terutama perlindungan satwa liar dan habitatnya. DI COP School kamu akan belajar berbagai pengetahuan dan keterampilan dasar konservasi alam bersama para pakar dan praktisinya dari dalam dan luar negeri. Pelaksanaannya pada tanggal 2 hingga 7 Juli 2024 di Yogyakarta.

Bagaimana syaratnya?
Syaratnya cukup mudah, kamu hanya perlu mendaftar ke email copschool@orangutan.id dan membayar biaya pendaftaran Rp 600.014,00 paling lambat tanggal 3 Juni 2024. Biaya pendaftaran kau sudah termasuk semua akomodasi, konsumsi, souvenir, dan transportasi selama 6 hari pelatihan di Yogyakarta. Siapapun yang telah berusia 18 tahun, sehat jiwa, dan raga, menghargai kesetaraan gender dan multikultur dapat bergabung untuk mengikuti COP School. Yang penting kamu bukan eksploitator satwa, seperti pemburu, pedagang satwa liar, dan bukan pula hobi memelihara satwa liar.

Tunggu apalagi? Langsung email copschool@orangutan.id ada formulir yang harus diisi dan dipahami. Selanjutnya akan ada proses seleksi dari calon siswa menjadi siswa COP School, seperti mengerjakan tugas lapangan dan tulis secara online mulai tanggal 4 sampi 20 Juni 2024 dari kota domisili masing-masing. Siapkan akomodasi dari kotamu ke Yogyakarta apabila kamu diumumkan lulus menjadi siswa COP School Batch 14 yang akan diumumkan pada 23 Juni 2024.

Sampai jumpa di Yogyakarta. (BUK)

SUSI, RANGER PEREMPUAN DI APE PROTECTOR

Pagi ini berbeda dengan hari biasanya. Satu-satunya ranger perempuan di tim APE Protector, Sumatra Barat akan ikut patroli. Kegiatan patroli menelusuri jalur satwa liar dengan memasang dan mengambil rekaman kamera jebak akan menghasilkan keanekaragaman satwa liar yang ada di daerah tersebut. Dari sini, kita dapat menyimpulkan, keberadaan harimau sumatra dan ketersediaan pakan alaminya hingga menyelidiki penyebab kemunculannya di sekitar manusia. Beresiko, sudah pasti ya.

Susi, perempuan yang dilahirkan di air rambah tanah minang ini adalah seorang guru bimbingan konseling. Dunia pendidikan, adalah dunia yang sangat dicintainya. Sore harinya, Susi akan mengajar anak-anak sekitar mengaji selain itu juga les pelajaran sekolah untuk menambah kemampuan anak-anak terhadap materi yang disampaikan guru di sekolah. Berada satu tim dengan laki-laki dan bapak-bapak tentu saja bukan hal yang mudah. Tetapi sikap saling menghormati dan menghargai tim APE Protector lah yang membuat seorang Susi nyaman.

Terjun langsung ke lapangan dan merasakan sendiri pengalaman bersentuhan dengan alam adalah hal yang luar biasa. Sekalipun pada tugas pertamanya ikut patroli sempat terjatuh dari sepeda motor. Jalan berbatu licin dan curam salah satu penyebabnya. Tapi ini tak membuatnya mundur, malah bersyukur mendapatkan kesempatan mempelajari jejak satwa liar yang ada. Cakaran beruang di pohon, jejak kaki di tanah yang mulai mengering, hingga kotoran satwa liar yang berserakan. Lagi-lagi Susi menjadikan perjalanan sulit ini sebuah pembelajaran tanpa henti.

“Jika kita hanya ditempatkan di posisi tertentu, dan tidak berani atau mau mencoba kesempatan yang ada di depan kita. Kita tidak akan berkembang”, kata Susi saat ditanyakan apa sarannya untuk perempuan-perempuan yang ingin berkarir di profesi yang tidak biasanya perempuan lakukan. “Terkadang pilihan yang diberikan oleh orang lain, adalah cara Tuhan untuk mengajarkan kita yang lebih baik untuk pemahaman ilmu yang berbeda. Maka tidak ada batasan untuk perempuan memahami ilmu”, tambahnya lagi.

PAKET DARI GOCOP UNTUK ORANGUTAN

Hari Senin adalah awal memulai minggu setelah libur, bagi sebagian orang, Senin adalah hari dimana kita harus menatap tanjakan terjal yang harus dilalui, bagi sebagain orang lainnya, Senin adalah semangat baru setelah melewati hari-hari yang melelahkan untuk lebih baik lagi. Hal ini juga terjadi pada Asto dan Asih.

Asto dan Asih, setiap pagi harus memulai sekolah hutan yang terik, melelahkan, dan juga menyenangkan. Tidak heran terkadang setelah waktu sekolah hutan selesai, keduanya beristirahat bahkan tidur siang di kandang. Biasanya mereka akan mendapatkan enrichment pakan. Untuk kami animal keeper nya, enrichment orangutan adalah enrichment untuk kami juga. Kali ini, karung akan diisi daun dan akar

“Pakeeetttt”, sesederhana itu idenya. Kerinduan suara pengiriman barang yang tidak mungkin sampai di Sumatran Rescue Alliance (SRA). Semua keeper langsung menuju dapur, menemukan karung berisi beras yang baru saja dibuka. “Kita pindahkan saja isinya”, ujar Ryan, animal keeper yang telah 2 tahun lebih mengurus orangutan di SRA.

Karung dicuci bersih berikut dedaunan dan kami potong kecil-kecil seolah kami sedang memasak pakan tersebut seperti dalam pengiriman paket “Makananmu sedang dalam proses masak”. Setelah pakan siap dan sudah terbungkus rapi di dalam dedaunan, lalu kami masukan ke dalam karung tadi “Makananmu sudah siap, menunggu kurir untuk mengirim paket ke alamut mu” (begitu status yang diterima Asto dan Asih jika mereka menggunakan gawai. Kami ikat ujung karung dengan akar dan kembali ada notifikasi “Kurir sedang mengirim paketmu, paket dalam perjalanan menuju rumahmu”, kami pun yang membuat enrichment ini sedikit tertawa. Lepas sudah lelah dengan canda gurau seperti ini.

Setibanya di depan kandang, respon yang kami terima dari Asto dan Asih adalah ucapan, “Terima kasih bang kurir, paketnya sampai”, hahaha canda kami. Asto dan Asih merespon aneh dengan enrichment ini, namun mereka langsung mengambil ‘paket’ tersebut. Asto dengan lihai melakukan unboxing paket. Tali akar yang mengikat karung dengan perlahan dibukanya. Berbeda dengan Asih yang terlihat tidak sabar. Asih menggigit dan merobek karung tersebut dari tengah-tengah, tidak seperti Asto yang membukanya perlahan, satu per satu hingga menemukan potongan buah di dalamnya. Hayo… siapa yang kalau terima paket seperti ini? Terima kasih telah menggunakan layanan GOCOP. (YAN-FAN-DIN-NAB)