BANJIR TAWA, HARU DAN CERITA MENGINSPIRASI DI JAMBORE ORANGUFRIENDS 2023

Tanggal 4 dan 5 Maret yang lalu, Omah’e Simbhok di Petingsari, Yogyakarta berada di kaki Gunung Merapi yang dingin justru terasa hangat. Ada 60 orang berkumpul terdiri dari staf COP dan relawan orangutan yang tergabung di Orangufriends untuk menghadiri Jambore Orangufriends 2023. Perayaan ulang tahun COP yang ke-16 dan kilas balik perjalanan Centre for Orangutan Protection dilanjutkan penganugerahan penghargaan untuk tokoh inspiratif di dunia konservasi sekaligus sebagai prosesi wisuda COP School angkatan 11 dan 12.

Seperti reuni keluarga besar, gelak tawa dan candaan menghidupkan suasana selama acara. “Sangat hangat. Kita saling mengenal, jadi berteman dan saling silang ya. Silang pikiran, gagasan juga memperluas pertemanan,”ujar Wanggihoed, Orangufriends Bandung yang aktif berpartisipasi di kegiatan-kegiatan COP.

Jambore yang seyogyanya dilaksanakan setiap tahun terpaksa ditiadakan karena pandemi COVID-19. Bahkan COP School Batch 11 terpaksa menjalani karantina di tengah-tengah kegiatan karena ada yang positif COVID-19 waktu itu. Daniek Hendarto, direktur COP menyampaikan kegiatan COP semasa pandemi itu, sewaktu yang mewajibkan kita melaksanakan protokol dan pembiasaan baru. Perjalanan COP dari 2007 diceritakan kembali oleh Hardi Baktiantoro, pendiri COP. Semangat para alumni COP School menyampaikan pengalaman mereka berkegiatan dibagikan Zain nabil dan Daeng Hudayya.

Jambore Orangufriends juga mengundang CEO BOS Foundation, Jamartin Sihite dan CEO OIC, Panut Hadisiswoyo untuk hadir dan ikut berbagi cerita sepak terjang mereka di dunia konservasi orangutan. Keduanya menekankan bahwa membentuk generasi muda yang peduli pada lingkungan adalah kunci penting dalam dunia konservasi. Mereka mengapresiasi kegiatan-kegiatan COP yang mendukung terbentuknya generasi muda yang aktif. “Tanpa generasi muda, gak ada masa depan orangutan,”, ucap Jamartin.

Di luar sesi terjadwal, semua yang hadir jugu turut berbagi cerita pengalaman lucu, mengharukan dan bahkan menegangkan di dunia konservasi. Permainan ice breaking serta melukis bersama di sela kegiatan membanjiri Omah’e Simbhok dengan tawa dan keceriaan. Ingin merasakan juga suasana menyenangkannya? Kami tunggu di Jambore Orangufriends tahun depan ya! Sampai Jumpa… (NAD)

BRINGING HOME JOY FROM TK ANNISA BERAU, EAST BORNEO

A teacher from TK Annisa Berau visited us in the COP Borneo office in Tasuk village, just a few miles away from the kindergarten. She came to the office hoping that her children could see Orangutans. However, the Orangutans in the BORA rehabilitation center are under medical evaluation therefore human visit is very restricted. So, in return, on February 26 we visited the school with a giant stuffed Orangutan called Morio.

“Knock knock… An Orangutan is here!” 

The students were overjoyed to welcome Morio! They were so thrilled as they listened to the stories about wildlife Morio told. They answered every question about wildlife with huge enthusiasm. We were so overwhelmed by their energy in the class and we couldn’t stop laughing at their innocence! The joy and the fun energy was contagious and we brought it home. On our way back from the school visit, we greeted everyone we met on the way.

“School visits, teaching students, I am not new to the thing. But to face these younger students, we need a lot more energy!” Mia, a volunteer and an alumni of COP School batch 12 shared her experience. 

As she and the team evaluated the school visit, they learned that even though the children are able to distinguish domestic animals, many of them couldn’t mention the wildlife of East Kalimantan. This has become a concern. Now, after the school visit, the children know that ducks can provide many benefits if taken care of well, and Rangkong should stay in the forest and be the “forest farmers”.

“I wish that we can always keep the joyful energy the children gave us and the children can always keep the awareness of wildlife protection that we gave them in return. Long live good deeds!” Mia said passionately. (MIA_COPSchool)

TERTULAR KECERIAAN SAAT SCHOOL VISIT DI TK ANNISA BERAU

Jumat lalu, ada orangutan mendatangi TK Annisa Berau. Ini adalah kunjungan balasan dari seorang guru TK Annisa di kantor COP Borneo yang berada di kampung Tasuk tak jauh dari tempatnya bekerja. Awalnya, si Ibu Guru berharap anak-anak muridnya bisa melihat orangutan secara langsung, namun keinginan tersebut belum bisa terwujud karena pusat rehabilitasi BORA sangat membatasi interaksi manusia dan orangutan sebab kondisi orangutan yang dalam evaluasi medis. 

Bersama Morio kami pun berbagi cerita pada anak-anak TK. “Sebenarnya ini bukanlah hal yang baru untukku mengajar anak-anak, namun untuk kelompok usia yang lebih kecil ini ternyata kita harus punya enegi yang jauh lebih besar”, ujar Mia, relawan COP yang merupakan alumni COP School Batch 12. Anak-anak antusias mendengar dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai satwa liar. Saking antusiasnya, energi kelas menjadi begitu tinggi dan membuat kami sedikit kewalahan. Kami pun hanyut tertawa melihat tingkah lugu mereka. Energi kecerian anak-anak ini menular ke kami yang datang. Sepulangnya kami dari school visit, kami dengan riang menyapa orang-orang yang berpapasan dengan kami.

Evaluasi kunjungan ke sekolah pun memberikan catatan tersendiri. Anak-anak mengetahui semua hewan domestik namun tidak tahu sata liar yang khas dari Kalimantan Timur. Hal ini menjadi perhatian karena pengetahuan adalah kekuatan. Kini anak-anak TK Annisa tahu bahwa bebek memiliki banyak manfaat jika dipelihara dengan baik dan Rangkong harus tetap tinggal di hutan sebagai petani hutan. “Aku berharap, energi keriangan anak-anak terus menular ke kami dan energi kesadaran pentingnya menjaga satwa liar di alam bisa menular juga ke anak-anak. Panjang umur upaya-upaya baik!”, tambah Mia penuh semangat. (MIA_COPSchool)

HARI KEEMPAT TIM ANIMAL RESCUE COP DI GEMPA CIANJUR

Ini adalah hari keempat tim berada di lokasi bencana Cianjur, Jawa Barat. Penanganan pada satwa yang terdampak masih dilakukan khususnya pemberian pakan dan penyisiran satwa yang berada di wilayah terdampak gempa Cianjur berkekuatan 5,6 Mw pada 21 November 2022 pukul 13.21 WIB yang lalu. 

Siang ini, tim berhasil mengevakuasi ular sanca batik (Malayopython reticulatus). Ular ini didapat dari salah seorang warga yang terdampak bencana. Ia menangkap ular tersebut saat melintas di depan jalan rumahnya. Proses penangkapan dilakukan dua hari sebelum gempa terjadi. Sempat akan dilepaskan ke hutan tetapi takut salah penanganan dan tidak tahu lokasi yang pas untuk dikembalikan ke alam.

Setelah tim memeriksa kondisi ular dan melakukan pencarian lokasi yang ideal untuk ular dengan panjang dua meter ini, tim Animal Rescue COP pun melepaskan python ini. Selanjutnya tim memutuskan turun ke zona hijau karena mendung yang akhirnya hujan deras yang cukup lama. 

Sampai tanggal 25 November, zona merah mulai dipindah BNPB. Lokasi pencarian korban bencana terfokus di daerah Cijendul dimana pencarian korban manusia yang tertimbun longsor. Untuk wilayah desa-desa di kecamatan Cugenang kondisinya sudah multi kondusif dan banyak relawan dari luar  maupun dalam kota yang memenuhi tiap sudut lokasi pengungsian masyarakat. (SAT)

GEMPA CIANJUR: KORBAN YANG TERLUPAKAN (2)

Rabu pagi, kami sudah meninggalkan camp menuju lokasi yang belum sempat kami datangi kemaren. Pergerakan kami jauh lebih lincah dengan sepeda motor sewaan. Dua keluarga yang kami jumpai memelihara lima kucing dan dua di antara nya baru beberapa hari dilahirkan. Pakan basah untuk bayi kucing pun kami berikan.

Salah satu pemilik kucing yang selalu kedatangan dua kucing liar menangis karena dua kucing peliharaannya tidak mau makan dan menjadi penakut jika ada orang asing. “Kucing ini biasanya ramah ke semua orang, tetapi sekarang malah langsung kabur. Apalagi ketika mendengar suara sirine ambulan”, cerita pemilik empat kucing yang sering didatangi kucing liar.

Hari ketiga paska gempa Cianjur, kami menemukan satu kucing mati di pinggir jalan dan langsung kami kubur. Sepanjang hari masih diiringi gempa susulan namun tak begitu besar. Keesokan harinya, kami mendapat tambahan anggota tim. Senang sekali, energi yang terkuras kemarin seolah-olah penuh kembali. Pergerakan kami bagi ke berbagai arah. Seperti hari sebelumnya, kami melakukan street feeding. Semakin banyak kucing yang kami jumpai.

Kami juga menemukan dua kucing yang masih dalam kandang tetapi di rumah tersebut tidak ada pemiliknya. Kegiatan di Cianjur ini menyadarkan saya bahwa selain manusia, satwa juga bisa menjadi korban bencana alam. Makhluk hidup satu ini sering terlupakan. Tim Penyelamat Satwa membantu pemilik satwa baik itu hewan kesayangan hingga hewan ternak di saat mereka bertahan hidup ketika bencana alam datang. COP memanggil Orangufriends untuk bergabung. (Sofyan_COPSchool12)

GEMPA CIANJUR: KORBAN YANG TERLUPAKAN (1)

Siang itu, tiba-tiba di tempat kerja muncul getaran yang cukup kencang. Orang-orang pada keluar ruangan, kami yang berada di luar ruangan saling tatap dan memastikan bahwa itu gempa bumi sambil terus menerus memanjatkan doa keselamatan. Tidak lama, semua pada berbincang dan saling memberikan informasi soal gempa yang dirasakan cukup besar. Gempa dengan kekuatan 5,6 Magnitudo itu ternyata berpusat dari tempat dekat kami, kabupaten Cianjur atau lebih tepatnya di kecamatan Cugenang.

Sorenya, pulang kerja, saya mendapatkan informasi di grup COP School Batch 12 bahwa ada tim dari Animal Rescue COP yang akan datang langsung ke lokasi kejadian untuk melakukan asesment dan menawarkan siapa saja yang bersedia menjadi relawan untuk membantu kegiatan tersebut. Tanpa pikir lama saya langsung menawarkan diri menjadi relawan, alasan utama karena kediaman saya tidak jauh dari lokasi. Malam itu juga, saya langsung pulang ke rumah dan mempersiapkan keperluan yang harus dibawa. 

Keesokan paginya, kami langsung menuju Cugenang dan bertemu dua kucing milik satu pemuda di sana. Kondisi kucingnya, tidak mau makan dan hanya mau minum air. “Kayaknya trauma karena kejadian kemaren”, ucap pemilik kucing. Sembari mencari informasi kami meninggalkan pakan kucing yang bisa juga dibagikan untuk kucing lainnya yang membutuhkan.

Bencana alam memang tak pernah membuat kita siap menghadapinya. Petugas dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Satwa pun masih belum siap memberikan informasi terkait ternak yang ada di wilayahnya. Akses jalan ke lokasi bencana banyak yang tertutup dan sulit dilalui mobil. Tim pun menyusun rencana lagi untuk esok harinya dengan mengendarai sepeda motor. (Sofyan_COPSchool12)

OCW 2022: SCHOOL VISIT DI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA

Orangufriends ambil bagian dalam “Orangutan Caring Week 2022” mulai dari tim APE Sentinel yang melangsungkan kegiatan lomba mewarnai untuk anak SD di Medan hingga tim APE Guardian yang mensosialisasikan keberadaan orangutan di Busang, Kalimantan Timur. Sementara tim APE Warrior bersama Orangufriends Yogyakarta melakukan kegiatan school visit di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

“Tantangan banget ini menghadapi murid SMA kelas 3 yang akan segera menyelesaikan kegiatan belajar sekolah dan melanjutkan pendidikan di tingkat selanjutnya. COP berharap setelah lulus, mereka dapat bekal pengetahuan tentang konservasi perlindungan orangutan dan habitatnya dan tergerak untuk menjadi generasi penerus dunia konserasi”, ujar Satria Wardhana, kapten APE Warrior. 

Kunjungan ke sekolah kali ini juga dikordinir COP School Batch 12. COP School adalah sekolah atau pelatihan tentang kerja koservasi yang diselenggarakan setiap tahun. Regenerasi adalah fokus utamanya. Randy yag baru saja selesai melakukan presentasi menyampaikan, “Semoga dengan kegiatan ini dapat terus berjalan sesuai dengan harapan kita. Penyadartahuan tentang perlindungan orangutan dan habitatnya harus dilakukan secara menyeluruh ke masyarakat luas”.

Minggu di bulan November memang selalu sibuk untuk orangufriends (relawan orangutan). Besok sekolah mana lagi ya? (SAT)

SELAMATKAN SECEPATNYA, SEBELUM TERLAMBAT

COP mendapat laporan dari masyarakat Tegalwaru, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta bahwa ada satwa liar yang masuk ke dalam pekarangan rumah yang hampir memakan ternak milik warga setempat. Tak menunggu lama setelah menerima laporan, tim respon cepat APE Warrior dibantu dua COP School Batch 12 bergegas menuju lokasi untuk mengamankan satwa liar jenis Reticulated python atau Malayopython reticulatus (Yellow variant) sepanjang 2,5 meter berjumlah satu ekor dan kemudian dibawa untuk diobservasi.

Setelah observasi dilakukan selama 1×24 jam, ular tersebut menunjukkan kondisi yang baik. Kondisisinya sehat, gesit, liar serta tidak menunjukkan tanda-tanda luka pada sekujur tubuhnya. Pada hari berikutnya, Senin, 7 November 2022, tim membuka komunikasi dengan salah satu pengurus Kawasan Studi dan Konservasi Burung Hantu (Tyto alba) di Dusun Cancangan, Yogyakarta untuk mencari lokasi soft rilis satwa tersebut. 

“Karena jika ular jenis ini tidak segera diamankan selain berpotensi menyebabkan konflik berkepanjangan di masyarakat, juga berpotensi terbunuh karena anggapan sebagai hama. Bisa juga tereksploitasi kulitnya, dijadikan obat tradisional bahkan dijual menjadi peliharaan sehingga mempercepat kepunahan yang akan berdampak pada ketidakseimbangan ekosistem dan penurunan nilai ekologi yang akan menyebabkan bencana alami berkepanjangan bagi manusia. Jika ada satwa liar yang masuk ke dalam pemukiman, apupun jenisnya, jangan panik, jangan dibunuh dan jangan dilukai. Hubungilah tim Animal Rescue di kota Anda atau institusi seperti BKSDA maupun Damkar”, kata Satria Wardhana, kapten APE Warrior.

Urban Wildlife Conflict atau konflik satwa liar perkotaan sangatlah sering dijumpai bagi mereka yang tinggal dekat dengan rawa, hutan, bukit, persawahan, danau, sungai, pantai, gambut maupun pegungungan yang berpotensi mempunyai nilai ataupun komoditas yang menghasilkan ekonomi. Urban Wildlife Conflict adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hewan yang telah menyesuaikan gaya hidup mereka untuk tinggal di kota dan daerah pinggiran kota. Terlepas dari upaya awal manusia untuk membersihkan kota dari satwa liar, mereka akhirnya kembali dan berbaur dengan kehidupan perkotaan dengan sangat mulus. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh keputusan orang-orang di kemudian hari untuk menanam pohon, membangun taman dan meningkatkan kebersihan umum di kota untuk manfaat kesehatan dan ekonomi yang tidak mengejutkan bagi manusia itu sendiri. (SAT)

APE CRUSADER, TIM GARIS DEPAN HABITAT ORANGUTAN

Bulan lalu, saya masih seorang mahasiswa kehutanan. Berbeda dengan sekarang, menjadi bagian dari tim APE Crusader. Tak ada jeda setelah berjuang dengan skripsi, kini masih juga berjuang dengan kenyataan di lapangan. COP School Batch 10 adalah perkenalan pertama saya dengan Centre for Orangutan Protection, berkesempatan menjadi relawan di BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance) sekaligus PKL di pusat rehabilitasi orangutan yang berada di Berau, Kalimantan Timur. Saya, Hilman Fauzi.

Keluar-masuk hutan Kalimantan Timur, tersesat di jalan konsesi yang di dalam hutan bahkan berjumpa orangutan liar di habitatnya langsung menjadi pengalaman yang luar biasa di awal saya bekerja untuk orangutan. Perjumpaan dengan orangutan liar secara langsung di habitatnya yang vegetasinya masih bagus diselingi suara-suara satwa lainnya di antara pepohonan besar dan ternyata mereka adalah satwa endemik Kalimantan seperti Lutung Merah, Rangkong, Owa Kalimantan dan lainnya.

Terkadang, tidak selalu kabar baik yang datang. Laporan orangutan masuk kampung atau orangutan berada di pinggir jalan bahkan laporan orangutan menyeberangi jalan yang viral baru-baru ini membuat tim APE Crusader harus kembali ke lokasi walau waktunya libur.

Kemunculan orangutan sebenarnya bukanlah hal yang baru. Bahkan pada tahun 2011, ketika Centre for Orangutan Protection sedang berdiri di pinggir jalan dan berusaha menjelaskan kemunculan orangutan di pinggir jalan di depan kamera yang sedang merekam, orangutan dengan santainya menyeberangi jalan tersebut. Lalu, apa yang seharusnya kita lakukan ketika berjumpa dengan orangutan? (HIL)

ENRICHMENT BAMBU UNTUK UCOK DAN MUNGIL DI YKAY

Ucokwati dan Mungil adalah dua dari tujuh orangutan yang berada di Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta (YKAY) atau Wildlife Rescue Center (WRC) Yogyakarta. Induk dan anak ini berada di ujung blok kandang yang teduh di bawah pepohonan.

Hari ini, kita memberikan sesuatu yang spesial untuk menemani sore harinya. Sebuah enrichment dalam bentuk snack terbuat dari bambu dengan isian beberapa potongan-potongan buah, diberi sedikit selai kancang dan dibalut dengan akar pohon yang sudah direndam madu.

Setelah makan siang, rencananya kelimabelas paket enrichment akan dibagikan. “Ada primata lain yang kebagian juga loh. Owa 5 paket dan Macaca 3 paket”, ujar Satria Wardhana, kapten APE Warrior. APE Warrior adalah tim Centre for Orangutan Protection yang bekerja di pulau Jawa. Fokus pekerjaannya adalah membantu satwa yang membutuhkan pertolongan selain itu juga sebagai poros relawan satwa. Kegiatan pengayaan kandang di WRC Yogya juga tidak lepas dari bantuan para relawannya.

Ibu dan anak orangutan ini saling berebutan untuk mendapatkan enrichment yang diberikan. Bambu diendus-endus, Ucokwati dan Mungil terlihat sangat antusias. Membolak-balik bambu dan diluar dugaan, orangutan Ucokwati sangat rapi dalam membuka ikatan akar dan penutup lubang ruas bambu. Sedangkan Mungil membentur-benturkan bambu ke tembok kandang. Mungil sangat tergesa-gesa untuk menikmati isinya bambu. Bambu dikaitkan ke sela-sela besi kandang dan krak… bambu pecah, Mungil mengambil buah-buahan yang menyembul dari bambu.

Orangutan sudah lama dikenal sebagai salah satu primata yang cerdas. Orangutan juga satwa liar yang memiliki kekuatan luar biasa. Kebayangkan, kalau saja tangan mu ditariknya. Pemberian enrichment pada orangutan yang berada dalam kandang adalah salah satu cara untuk tetap membuatnya sibuk dan mengasah insting liarnya seperti indra pencium untuk menemukan makanan dan menyelesaikan masalahnya. (SAT)

ALUMNI COP SCHOOL BUKA POSKO BANTUAN SATWA DI MAMUJU

Dokter hewan satu ini adalah salah satu orang yang berinisiatif untuk membuka posko bantuan terhadap kesehatan satwa sesaat setelah gempa berkekuatan 6,2 magnitudo mengguncang kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat pada Jumat (15/1/2021). Drh. Fikri Ma’ruf namanya, dia seorang alumni COP School batch 7 yang juga jebolan FKH UNAIR, saat ini bertugas sebagai dokter hewan di Dinas Peternakan dan Pertanian Kabupaten Mamuju.

Posko kesehatan satwa tak hanya membagi pakan satwa namun juga memberikan pelayanan medis gratis untuk satwa yang terdampak gempa. Bersama tim APE Warrior yang telah berpengalaman menangani satwa terdampak bencana alam melakukan street feeding. Sehingga kegiatan ini mendapat apresiasi dari warga karena pada saat satwa peliharaan ditinggal oleh pemiliknya mengungsi, satwa-satwa seperti anjing dan kucing masih mendapatkan perlakuan yang layak dengan adanya street feeding pada pagi dan sore hari.

Semua kegiatan ini dilakukan dengan ikhlas tanpa pamrih oleh drh. Ma’ruf dan timnya demi membantu satwa yang terdampak bencana alam gempa bumi Mamuju. “Tulisan ini didedikasikan untuk para punggawa COP School agar tetap semangat dan terus berjuang demi satwa, baik itu satwa lia maupun satwa domestik,” ujar Ibnu Ashari, alumni COP School batch 1. (NOY)