DURASI SEKOLAH HUTAN DI SRA BERTAMBAH

Musim hujan telah tiba, intensitas hujan lebih tinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. Orangutan Asto dan Asih tetap sekolah sebagai rutinitas harian agar mereka semakin terbiasa mandiri di alam liar. Harapannya mereka bisa mencari makan sendiri, membuat sarang, lebih pintar menghindari sesuatu yang membahayakan diri sendiri. Agar mereka lebih kreatif, lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Untuk mendukung secepat mungkin terjadinya tujuan-tujuan tersebut, maka durasi sekolah hutan harian diperpanjang. Sebelumnya durasi sekolah hutan hanya maksimal 4-6 jam sehari, sekarang durasi sekolah hutan dibuat 8 jam setiap harinya.

Pagi hari jam 08.00 WIB keeper membawa Asto dan Asih ke area sekolah hutan. Asto langsung berlari ke pohon terdekat untuk memanjat pohon, kemudian berkeliling di area sekolah hutan, berpindah dari pohon ke pohon untuk mencari makan. Selama sekolah hutan, Asto lebih senang berada di atas pohon. Bahkan hanya untuk menuju pintu keluar kandang, Asto akan memilih jalan melewati pohon ke pohon dibanding berjalan di atas tanah. Perilaku Asto berbaring terbalik dengan Asih yang lebih senang berjalan di atas tanah. Asih teramati sangat penasaran dan juga penuh akal kreatif. Asih sering mencoba kabur melewati pagar listrik. Asih pernah mencoba kabur melewati selokan, pernah mencoba kabur dengan merangkak di bawah kawat listrik dan bahkan pernah mencoba kabur dengan memanjat tiang-tiang pagar listrik.

Saat jam menunjukkan pukul 12.00 WIB, Asto dan Asih akan bermain di sekitar pintu keluar. Namun dikarenakan durasi sekolah hutan lebih panjang dari biasanya, keeper tidak datang untuk menjemput. Asto dan Asih terlihat kebingungan dikarenakan tidak diajak pulang padahal biasanya jam segitu sudah balik ke kandang. Asto dan Asih kembali asyik bermain bersama dikarenakan belum dipanggil untuk pulang. Keduanya pun kembali beraktivitas. Asto naik ke atas pohon untuk beristirahat siang sambil makan di atas pohon, sementara Asih kembali mencari cara untuk kabur dari area sekolah hutan yang dibatasi pagar listrik. (RID)

COP SUMATRA RAMAIKAN HKAN DI PADANG SIDEMPUAN, SUMUT

Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) yang diperingati setiap 10 Agustus menjadi
momentum penting untuk menyuarakan semangat pelestarian alam. Dalam rangkaian “Road
to HKAN 2025”, tim COP Sumatra bersama BBKSDA Sumatera Utara menggelar kegiatan
edukatif di Kota Padang Sidempuan pada 3 Agustus 2025. Tim APE Sentinel dan APE
Patriot hadir lengkap dengan kostum orangutan, alat peraga edukasi, dan merchandise
seperti kaos anak-anak, untuk mengajak masyarakat, terutama generasi muda, untuk lebih
peduli terhadap orangutan dan hutan sebagai rumah mereka.

Berlokasi di Alaman Bolak Nadimpu, kegiatan dibuka dengan senam sehat massal yang
langsung memanaskan suasana. Stan COP pun mulai ramai disambangi warga, apalagi
dengan kehadiran maskot orangutan yang berjalan santai di tengah kerumunan dan mencuri
perhatian banyak anak-anak. Dua relawan mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah
Tapanuli Selatan, Nur dan Rini, turut memperkuat tim dengan menyampaikan pesan
konservasi melalui diskusi ringan dan pengenalan program-program COP di Sumatera Utara
dan Kalimantan Timur. Bagi mereka, ini adalah pengalaman baru yang seru dan penuh
makna dengan berinteraksi langsung dengan masyarakat, menyampaikan pentingnya
menjaga hutan, serta mengenalkan keberadaan orangutan Tapanuli yang menjadi spesies
langka kebanggaan daerah mereka sendiri.

Anak-anak menjadi pusat keceriaan hari itu, antusias berfoto dengan maskot orangutan,
hingga dibelikan kaos oleh orang tua nya sebagai kenang-kenangan. Di tengah riuh doorprize
dan tawa pengunjung, obrolan tentang pentingnya menjaga hutan terus mengalir. Kegiatan
ditutup dengan penyerahan hadiah lomba puisi oleh perwakilan Pemerintah Kota Padang
Sidempuan, dan momen kebersamaan diabadikan lewat foto bersama panitia dan Kepala
Bidang III BBKSDA Sumatera utara. Sebuah langkah kecil, namun penuh makna dalam
membangun kesadaran bersama untuk masa depan orangutan.

Nah, kira-kira kejutan apa lagi ya yang akan hadir di rangkaian “Road to HKAN”
selanjutnya? Pantau terus informasinya dan jangan sampai ketinggalan untuk ikut
meramaikan!

HARI PERTAMA MAXIMUS SEKOLAH DI SRA

Maximus, itulah nama yang diberikan oleh orang-orang yang merawatku dengan baik termasuk memberi makan yang cukup dan menjaga kesehatan. Orang-orang yang memberikan ku kesempatan kedua untuk dapat kembali ke rumah (hutan alami) nantinya setelah aku siap untuk kembali.

Kurang lebih setahun, aku di kandang. Kata perawatku, aku akan kembali ke rumah saat umurku 8 atau 9 tahun tapi mungkin saja lebih cepat jika pertumbuhan dan perkembanganku baik. Sedangkan saat ini aku baru berumur 2,5 tahun. Bagaimana agar penilaian nya baik, aku harus mengikuti sekolah hutan dan rapor ku harus terus meningkat dan baik. Selama aku berada di sini, aku belum pernah ikut sekolah hutan.

Hari ini adalah hari pertama ku sekolah hutan. Aku sangat gugup karena akan mencoba hal baru, Aku ditemani oleh Agam agar aku tidak terlalu takut. Agam bisa menjadi guruku untuk belajar memanjat, mencari makan dan membuat sarang. Agam sudah terlebih dahulu menjalani sekolah hutan. Aku sangat akrab dengan Agam karena aku satu kandang dengan Agam.

Saat pertama kali aku keluar kandang dan dibawa oleh perawatku ke area sekolah hutan bersama dengan Agam. Aku sangat takut dan hanya bisa memeluk Agam. Saat diletakkan di pohon, aku melihat Agam langsung memanjat pohon untuk beraktivitas di atas pohon. Aku bergegas mengikuti Agam ke atas pohon. Aku masih kaku dalam hal memanjat pohon, berbeda dengan Agam yang sudah mahir memanjat dan berpindah pohon dari ranting ke ranting. Terkadang aku menangis karena posisi Agam yang jauh dari posisiku. Sesekali aku mencoba pisah dari Agam untuk mencoba menjelajah area sekolah hutan sendiri. Sesekali aku melihat lokasi Agam, hanya untuk memastikan Agam masih berada dalam jarak pandangku karena aku cukup panik jika tidak melihat keberadaan Agam.

Sekian dulu ceritaku hari ini, sampai jumpa di ceritaku selanjutnya. (RID)

MENEBAR SEMANGAT KONSERVASI DI SEKOLAH-SEKOLAH TAPANULI SELATAN

Pada awal Mei 2025, tim APE Patriot menggelar rangkaian edukasi konservasi satwa liar di sejumlah sekolah di Kabupaten Tapanuli Selatan. Bersama dengan BBKSDA Sumatera Utara, mereka menyambangi berbagai tingkatan sekolah untuk menanamkan kepedulian terhadap kelestarian dan hutan sejak dini.

Perjalanan dimulai sejak Senin, 5 Mei di SMP Negeri 3 Sipirok. Kedatangan tim disambut hangat oleh Kepala Sekolah yang langsung menyiapkan kelas untuk kegiatan edukasi. Sebanyak 35 siswa kelas 9 yang baru saja menyelesaikan ujian sekolah hadir didampingi Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum. Perkenalan diselingi permainan ringan untuk mencairkan suasana. Kemudian dilanjutkan dengan kisah menarik seputar orangutan dan pentingnya melestarikan satwa liar. Antusiasme siswa terlihat sejak awal hingga sesi diskusi. Sebagai penutup, tim menyerahkan poster info grafis dan berfoto bersama para siswa sebagai kenang-kenangan.

Keesokan harinya, Selasa 6 Mei, tim melanjutkan edukasi ke Kecamatan Arse yang berdekatan dengan kawasan Ekosistem Batang Toru. Sekolah pertama yang dikunjungi adalah SMK Negeri 1 Arse. Sebanyak 41 siswa dari kelas 10 da 11 mengikuti sesi edukasi yang juga dihadiri oleh Kepala Resort Cagar Alam Dolok Sipirok, Bapak Martono Gurusinga. Beliau memberikan pengantar tentang kawasan Cagar Alam. Seperti biasa tim melanjutkan kegiatan dengan mengajak siswa memahami peran mereka dalam menjaga satwa liar dan bagaimana bersikap jika menemukan kasus kejahatan terhadap satwa. Suasana kelas hangat dan penuh semangat.

Masih di hari yang sama, sekolah kedua yang disambangi adalah SD Negeri 100403 Arse. Edukasi di sekolah dasar ini teraan begitu semarak dengan kehadiran 126 siswa kelas 6. Salah satu bagian paling menarik adalah permainan “pemburu dan penebang”, yang menjadi refleksi tentang kerusakan hutan akibat ulah manusia. Momen berkesan muncul ketika seorang siswa mengaku pernah melihat orangutan di sekitar tempat tinggalnya dan berharap bisa melihatnya lagi suatu hari nanti.

Bulan depan, kita ke sekolah mana lagi ya? (DIM)

CATATAN AKHIR TAHUN 2024 COP

Di penghujung tahun ini, Daniek Hendarto, direktur Centre for Orangutan Protection merefleksikan setahun berjalan dengan segala tantangannya dalam mendukung dan melakukan program konservasi alam di Indonesia. Bekerja sama dengan multi pihak menjadikan COP melebarkan sayap bekerja di pulau Kalimantan, Sumatra, dan Jawa. Tentunya luasan lokasi merupakan bentuk sumbangsih yang bisa dilakukan COP bersama pemerintah dan stakeholder lainnya untuk mendukung program konservasi alam di Indonesia.

Ada 3 tim di Sumatra dengan 1 pusat rehabilitasi, 3 tim di Kalimantan dengan 1 pusat rehabilitasi, 3 pulau pra pelepasliaran dan 1 kawasan rilis orangutannya, serta 1 tim di Jawa menjadikan COP sebagai organisasi lokal asli Indonesia yang bekerja untuk 3 spesies orangutan yang ada di dunia, yaitu Orangutan Kalimantan, Orangutan Sumatra, dan Orangutan Tapanuli. COP pun menyadari tongkat estafet konservasi tak hanya ada di tangan yang sedang bekerja saat ini, tetapi generasi penerus alpha, betha bahkan gamma dan seterusnya nanti. Edukasi dari satu sekolah ke sekolah lain, dari satu komunitas ke komunitas lainnya mulai dari penyelamatan satwa, penegakkan hukum hingga dunia maya (cyber space) pun tak luput dari kinerja COP hingga 2024 berakhir. Menghidupkan kembali event Sound For Orangutan yaitu konser musik tahunan yang sempat terhenti karena pandemi COVID 19 juga berhasil menyalakan semangat relawan orangutan yang disebut Orangufriends. Dalam tahun ini mereka juga berhasil menjalankan pameran foto di kota Samarinda, Kalimantan Timur dan kota Medan, Sumatra Utara. Sebuah usaha meluaskan jangkauan pemahaman kerja konservasi orangutan yang dilakukan COP.

Bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur dan Balai Besar Penelitian Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa (B2P2EHD) menjalankan pusat rehabilitasi orangutan di KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Labanan di Berau, Kaltim. Sepanjang tahun 2024, ada 21 individu orangutan yang merupakan korban interaksi negatif dan serahan masyarakat. Orangutan yang diselamatkan ini mendapatkan perawatan sebelum dilepasliarkan kembali di alam dengan melalui pemeriksaan kesehatan yang ketat dari tim medis di BORA (Borneo Orangutan Rescue Alliance) di kampung Tasuk dan pengamatan perilaku oleh biologist dan antropologist COP. Ada 10 indivdu orangutan dilepasliarkan pasca rehabilitasi maupun orangutan yang mendapatkan perawatan dengan kasus tertentu seperti luka dan malnutrisi. Pelepasliaran ini telah melalui serangkaian prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan lokasi pelepasliaran yang telah mendapat persetujuan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup dengan telah dilakukan serangkaian survey lapangan dan kajian ilmiah.

Bersama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara mengelola pusat rehabilitasi orangutan di Sumatra Utara. Ada 5 individu orangutan dengan latar belakang penyelamatan dari perdagngan satwa liar ataupun serahan masyarakat yang sedang menjalani rehabilitasi di Sumatran Rescue Alliance yang dijalankan bersama Orangutan Information Center (OIC). Orangutan-orangutan menjalani karantina dan sekolah hutan sembari menunggu program lanjutan sekolah hutan di kawasan soft rilis orangutan yang sedang dibangun di Suaka Margasatwa Siranggas yang berada di Pakpak Bharat. Kandang orangutan telah berdiri dan awal tahun 2025 pembangunan fasilitas pendukungnya dalam pembangunan.

Penegakan hukum kejahatan satwa liar berhasil menyelesaikan 10 kasus di pulau Sumatra dengan 100% masuk ranah pengadilan. 17 orang terdakwa dengan barang bukti didominasi bagian-bagian satwa liar dilindungi yang sudah mati. Sayang putusan tertinggi masih di 1 tahun 6 bulan penjara.

Tahun 2024 adalah tahun ketiga Centre for Orangutan Protection bekerja untuk konservasi Harimau Sumatera. Penguatan masyarakat lokal menjadi tim mitigasi konflik harimau yang dibentuk bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar dengan nama PAGARI atau Patroli Anak Nagari kini berjumlah 3. Ada 25 orang yang secara berkala melakukan patroli, mitigasi konflik satwa hingga edukasi warga di sekitar habitat. Tak sebatas itu, COP juga berperan aktif dalam pelepasliaran kembali 1 individu Harimau Sumatra berjenis kelamin betina bernama Puti Malabin yang merupakan korban interaksi negatif yang berhasil diselamatkan. Kerja bersama dengan berbagai pihak menjadi seni di dunia konservasi.

“COP menutup tahun 2024 dengan membuka lembaran baru tahun 2025, semoga satwa liar mendapatkan kesempatan keduanya untuk hidup nyaman di rumah sesungguhnya”. (NIK)

IBU KEPALA BBKSDA SUMUT BERKUNJUNG KE PEMBANGUNAN LOKASI SEKOLAH HUTAN SIRANGGAS

Di tengah rimbunnya bentangan hutan Sumatra Utara, harapan baru bagi pelestarian Orangutan Sumatra mulai tumbuh. Setelah melalui proses panjang lebih dari setahun, BBKSDA Sumatra Utara bersama Centre for Orangutan Protection atau Pusat Perlindungan Orangutan dan Masyarakat Dusun Lae Meang, Desa Mahala, Kabupaten Pakpak Bharat, resmi memulai pembangunan area Sekolah Hutan di Suaka Margasatwa Siranggas.

Perjalanan menuju pembangunan ini tidaklah mudah. Di mulai dengan survei lokasi untuk menentukan area yang paling ideal, tim kemudian bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk membersihkan lahan. Jalan setapak di sepanjang saluran irigasi dibuka, pintu masuk ke lokasi dipersiapkan, dan area disesuaikan untuk kebutuhan kawasan soft-release orangutan, semuanya dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Harmoni antara kebutuhan konservasi dan keberlanjutan alam menjadi fokus utama dalam setiap langkahnya.

Pada 13 Desember 2024, Kepala BBKSDA (Balai Besar Sumber Daya Alam) Sumut, Ibu Novita, bersama Suaka Margasatwa Siranggas dan perwakilan Marga Solin yang memiliki tanah ulayat di kawasan ini, melakukan kunjungan khusus untuk meninjau langsung kemajuan program ini. Kehadiran mereka menjadi momen penting yang menegaskan komitmen bersama dalam pelestarian orangutan. Kunjungan ini tidak hanya memberikan dukungan moral, tetapi juga memperlihatkan peran penting kolaborasi antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat adat dalam menjalankan program konservasi.

Sekolah Hutan ini dirancang sebagai tempat yang mendukung program konservasi orangutan sumatra dengan melibatkan masyarakat lokal sebagai bagian penting dari upaya ini. Dukungan masyarakat tidak hanya memastikan keberhasilan proyek, tetapi juga memperkuat rasa kepemilikan terhadap konservasi satwa dan ekosistem hutan mereka. Langkah ini membawa harapan baru bagi masa depan orangutan dan keanekaragaman hayati Sumatra Utara. Kolaborasi ini mewujudkan mimpi melestarikan salah satu primata paling langka di dunia ini semakin mendekati kenyataan. (DIM)

JEJAK HUTAN DI TENGAH KOTA MEDAN PADA ABELII FEST BATCH 3

“Ma, ada orangutan di mall!”, seru seorang anak kecil sambil menarik tangan ibunya di depan sebuah ruang pameran di lantai 2 Manhattan Times Square, Medan. Mall yang biasanya penuh hiruk-pikuk belanja kini terasa berbeda. Pada 14-17 November 2024, Abelli Fest Batch 3 membawa suasana hutan dan habitat orangutan ke tengah kota. Jejeran foto hasil dokumentasi Sumatran Rescue Alliance (SRA), diorama sarang orangutan, hingga peralatan enrichment tersusun rapi, menghadirkan pengalaman seolah berada di tengah hutan. Bahkan, tanda-tanda keberadaan orangutan Tapanuli yang ditemukan tim APE Patriot ikut dipamerkan, membuat pengunjung merasa seperti seorang penjelajah.

Hari pertama dimulai dengan penuh semangat. Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alama Sumatera Utara, Novita Kusuma Wardhani S.Hut., M.AP., M.Env., memotong pita pembukaan dengan senyum antusias. Setelah itu, para tamu dan pengunjung diajak berkeliling pameran, didampingi relawan orangutan (Orangufriends) yang menjelaskan setiap detail dengan penuh dedikasi. Di sore hari, talkshow tentang Konservasi Orangutan Sumatra mengisi ruang pameran. Para panelis membagikan cerita dari lapangan, menyentuh hati pengunjung.

Pada hari kedua, suasana semakin meriah dengan kompetisi ‘Abelii Quiz’ yang diikuti tiga sekolah. SMA Negeri 13 Medan keluar sebagai juara, disambut sorak-sorai pendukungnya. Sementara itu, PMI dan Yayasan HOPE membuka stand donor darah, mengundang pengunjung untuk berkontribusi lebih jauh. Antusiasme pengunjung terus meningkat, membawa energi yang terasa sampai ke sudut-sudut ruang pameran. Hari itu, lebih dari 100 orang datang, meninggalkan ruang dengan penuh kesan.

Hari ketiga dikhususkan untuk anak-anak. Siswa TK berpartisipasi dalam lomba mewarnai, menghasilkan gambar-gambar orangutan penuh warna. Setelah itu, mereka mendengarkan dongeng tentang orangutan yang disampaikan Orangufriends, mata mereka berbinar penuh imajinasi. Pada malam harinya, pengunjung memadati ruang pameran hingga relawan harus bekerja ekstra untuk melayani semua pertanyaan. Pameran malam itu hidup dengan tawa dan rasa ingin tahu yang tulus.

Hari terakhir menjadi puncak inspirasi dengan tema literasi. Workshop kepenulisan yang dipandu Abdul Halim dan Titan Sadewo mendorong peserta untuk mencurahkan pikiran mereka dalam tulisan. DI sore hari, suasana tenang menyelimuti pameran saat komunitas Medan Book Party mengadakan ‘silent reading’ yang menciptakan suasana penuh refleksi di tengah riuhnya mall. Sebagai penutup, seorang kika asal Aceh, Hafiz Ikram, membawakan lelucon segar yang mengundang tawa riuh. (BUK)

PAKAI TWIBBON ORANGUFRIENDS RAYAKAN INTERNATIONAL VOLUNTEER DAY

Setiap tahun pada 5 Desember, Hari Relawan Sedunia dirayakan untuk mengapresiasi jutaan individu yang telah berkontribusi dalam berbagai aksi sukarela. Di Indonesia, Orangufriends menjadi salah satu contoh inspiratif. Ada lebih 430 anggota Orangufriends di seluruh Indonesia hingga mancanegara yang aktif dalam melindungi orangutan dan habitatnya. Dengan semangat sukarela, mereka menjalankan misi konservasi melalui edukasi, kampanye, dan aksi langsung bersama COP.

Dari School Visit hingga konser amal seperti Sound for Orangutan, Orangufriends menjadi ujung tombak kampanye COP untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya konservasi. Mereka juga terlibat dalam acara edukasi seperti Abelii Fest di Sumatra Utara, Moriospere di Kalimantan Timur, dan kegiatan perlindungan serta penyelamatan satwa. Melalui aksi nyata ini, Orangufriends tidak hanya melindungi alam tetapi juga menginspirasi masyarakat untuk ikut menjaga bumi. Pada Hari Relawan Sedunia ini, yuk kita simak perjalanan salah satu Orangufriends yang baru saja bergabung.

Mejadi Orangufriends bukan sekedar tentang memberi, tetapi juga tumbuh dan belajar. Setiap sukarelawan memiliki cerita unik, seperti Aulia, mahasiswi Sastra Arab yang secara tidak sengaja bergabung setahun lalu. Berawal dari iseng mendaftar sebagai sukarelawan di Abelii Fest Batch 2, ia kini menjadi salah satu relawan yang paling aktif di COP dan kerap membantu tim APE Sentinel di Medan. “Aku cuma cari kegiatan relawan waktu itu. Gak nyangka banget ternyata ini jadi keputusan yang mengubah hidupku”, ujarnya.

Setelah bergabung, Aulia mengikuti berbagai kegiatan, mulai dari School Visit hingga kampanye besar seperti “Banan Not Bullet”. Puncaknya adalah ketika ia bergabung dalam COP School Batch 14 di Yogyakarta, dimana Aulia belajar banyak tentang konservasi dan bertemu teman-teman dari seluruh Indonesia. “Pengalaman di COP School bikin aku sadar betapa pentingnya orangutan bagi ekosistem kita”, katanya.

Kini Aulia aktif menyebarkan kesadaran melalui School dan Campus Visit, bahkan terlibat dalam Abelii Fest Batch 3. Melihat bagaimana anak-anak dan mahasiswa mulai memahami pentingnya melindungi orangutanmemberinya semangat baru. “Kalau dipikir-pikir, ini langkah random terbaik yang pernah aku ambil”, katanya dengan senyum bangga. Di Hari Relawan Sedunia ini, Aulia berharap lebih banyak orang tergerak untuk menjadi bagian dari perubahan. “Bersama, kita bisa selamatkan bumi”, tambahnya penuh keyakinan.

Yuk, mari kita merayakan Hari Relawan Sedunia 2024 bersama Orangufriends dengan menggunakan dan mengunggah twibbon khusus ini! https://www.twibbonize.com/internationalvolunteerday2024#google_vignette
(DIM)

MENGENAL MABAS DAN SEMANGAT KONSERVASI DI TINADA

Sabtu pagi yang sejuk menyelimuti Tinada, Pakpak Bharat, Sumatera Utara. Di sebuah ruang kelas sederhana SDN 030428 Tinada, anak-anak kelas 4, 5, dan 6 duduk denga penuh antusias menunggu kehadiran kami yang selama sepekan ini roadshow edukasi di sekitar lokasi pembangunan sekolah hutan untuk Orangutan Sumatra.

“Anak-anak tahu gak kita mau belajar apa hari ini?”, sapa Bukhori dari tim APE Sentinel COP yang biasanya berada di Medan dan fokus pada penggalangan dukungan publik dan pengembangan edukasi serta penyadartahuan tentang konservasi Orangutan. “Orangutan”, teriak seorang siswa sambil menunjuk boneka orangutan yang dipegang Bukhori. “Betul. Kenalkan, ini Mabas. Mabas adalah orangutan yang hidup di hutan kita. Ada yang tahu apa arti mabas dalam bahasa kita?”, tanya Bukhori. “Orangutan, kak”, jawab seorang anak dengan cepat. Boneka orangutan it langsung mencuri perhatian, bahkan anak-anak kelas 3 yang tidak termasuk dalam kegiatan hari itu mulai mengintip dari jendela. Melihat itu, Nabil tertawa dan mengajak, “Ayo, yang di jendela juga masuk saja. Tapi duduknya rapi ya”.

Orangutan dan perannya di hutan, seperti anak-anak yang punya peran di keluarga, sekolah, dan lingkungannya. Ketika Bukhori bertanya apakah ada yang pernah melihat orangutan secara langsung, seorang anak mengangkat tangan. “Kak, saya pernah melihat orangutan di ladang ayah saya. Tapi dia cuma duduk, gak ganggu”, jelasnya. “Orangutan memang biasanya hanya mencari makan. Mereka gak mau mengganggu manusia. Yuk kita bermain “pemburu dan Penebang”, ajak Bukhori. Melalui permainan ini, siswa diajak merasakan bagaimana rusaknya hutan akibat perburuan dan penebangan liar. Menariknya, seorang siswa kelas 5 dengan percaya diri mampu menjelaskan filosofi permainan tersebut dengan lugas. Tiba waktunya tim berpamitan, meninggalkan Tinada yang penuh semangat demi kehidupan satwa liar yang lebih baik. (DIM)

SEMANGAT KONSERVASI DI TENGAH RINTIK HUJAN UNTUK SD MUHAMMADIYAH 1 SIDIKALANG

Hanya di seberang jalan, tim APE Sentinel pun melanjutkan mengunjungi SD Muhammadiyah 1 Sidikalang. Meski ritik hujan terus membasahi kota, semangat tak pudar. Kali ini ada 50 siswa dari berbagai kelas dan enam orang guru pendamping menyambut tim edukasi Centre for Orangutan Protection dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara Seksi Kerja Wilayah (SKW ) 1 Sidikalang. Sedikit berbeda, dengan bantuan boneka orangutan, Bukhori menyapa anak-anak yang sedang terpaku, “Ini siapa namanya?”, sambil menggerak-gerakkan boneka. “Orangutan!”, seru murid yang duduk di tengah-tengah. “Betul sekali! Orangutan adalah satwa yang sangat pintar dan juga penting untuk hutan kita”, timpal Bukhori, membuat semua anak mendekat, penasaran dengan kisah orangutan.

Bukhori pun mengajak seorang siswa maju ke depan untuk menggambarkan skema rantai makanan. Melalui diskusi inetaraktif, siswa dan guru mulai memahami bahwa satwa liar, termasuk orangutan memiliki peran tak tergantikan dalam menjaga keseimbangan alam. Anak-anak pun diajak untuk berhitung dan mulai berkelompok. Kali ini permainan seru antara kelompok satwa liar, pohon, pemburu, dan penebang membuat kegaduhan di ruangan. Mereka berlarian dengan penuh semangat, mensimulasikan kerusakan hutan akibat perburuan dan penebangan liar. Semakin ramai saat dua guru mereka pun ikut bergabung, berlari bersama siswa. “Lindungi pohonmu! Jangan biarkan ditebang!”, teriak salah satu siswa sambil melindungi teman-temannya yang menjadi pohon.

Gerimis pun mulai deras, seluruh siswa dan guru memberikan tanda dukungan pada konservasi orangutan di kertas putih. Tak lupa kami semua berfoto bersama di depan kelas dengan harapan bahwa semangat konservasi yang telah ditanamkan akan terus tumbuh dan menginspirasi generasi muda Sidikalang. (DIM)