APE PROTECTOR

PAGARI ADALAH PENJAGA HUTAN DAN HARIMAU SUMATRA

Global Tiger Day 2025 membawa semangat yang mengingatkan kita bahwa Harimau Sumatera sedang berada di ujung tanduk. Melalui pameran foto, diskusi publik, bedah buku, scrrening film, hingga aktivitas interaktif, acara ini bukan sekedar perayaan, tetapi sebuah panggilan darurat agar kita bersatu menyelamatkan satwa ikonik Nusantara ini.

Pameran foto PAGARI (Patroli Anak Nagari) menjadi saksi bisu betapa beratnya perjuangan menjaga hutan. Setiap gambar bukan hanya indah, tapi juga menyimpan cerita akan langkah kaki yang menyusuri hutan berhari-hari, kamera jebak yang menangkap sekilas bayangan harimau, hingga interaksi hangat dengan masyarakat lokal untuk mencegah konflik manusia dan satwa. Foto-foto ini menggugah kesadaran bahwa perjuangan konservasi adalah perjuangan mempertahankan masa depan.

Dikusi publik bersama anggota PAGARI dan BKSDA Sumatera Barat membuka mata banyak orang, pengalaman mereka menghadapi medan berat, bernegosiasi dengan warga demi titik temu, hingga merasakan getirnya keterbatasan sumber daya. “Kami hanya bagian kecil dari perjuangan besar ini. Harimau tidak akan selamat tanpa keterlibatan semua pihak”, ungkap Bu Erlinda dari BKSDA Sumbar. Kata-kata ini menjadi pengingat bahwa harimau tidak bisa berjuang sendiri, mari bersama menyuarakan suara mereka.

Pemutaran film dokumenter juga mengajak kita masuk ke dalam hutan, menembus pepohonan lebat, melewati jalan setapak yang berbahaya, hingga melihat jejak harimau yang masih tersisa. Beberapa pengunjung tak bisa menyembunyikan rasa haru dan bangga karena harimau masih ada, sekaligus sedih karena ancamannya semakin nyata. Anak-anak pun ikut berpartisipasi lewat games dan art therapy menunjukkan bahwa kepedulian bisa tumbuh sejak dini. “Inilah ruang harapan, dimana Harimau Sumatra adalah simbol kekuatan alam sekaligus penentu keseimbangan ekosistem hutan tropis. Jika masyarakat adat, pemerintah, akademisi, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan setiap individu bersatu, harimau masih punya kesempatan untuk terus berlari bebas, bukan tinggal cerita”. (Putra_COP School 15)

BONGKAR JERAT JAHAT! SUARA SERENTAK SELAMATKAN HARIMAU SUMATRA

Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Day 2025 dirayakan serentak di sembilan kota di Indonesia dengan semangat yang sama: menyuarakan pentingnya perlindungan Harimau Sumatera. Dari Medan hingga Yogyakarta, aksi kampanye yang digelar Centre for Orangutan Protection (COP) bersama jaringan Orangufriends dan mitra lokal ini berhasil menyedot perhatian publik lewat aksi kreatif, poster, stiker, hingga orasi jalanan. Tujuannya sederhana tapi mendesak yaitu menyelamatkan harimau dari ancaman jerat, perburuan, dan hilangnya habitat.
Di Medan, suasana Car Free Day Lapangan Merdeka berubah meriah ketika warga dari berbagai usia berhenti sejenak untuk melihat dan ikut berkampanye. Anak-anak hingga orang tua ikut terlibat berdiskusi kecil tentang Harimau Sumatera, bahkan seorang anak penari reog spontan menari di depan kamera. Interaksi ini membuat pesan tentang bahaya jerat satwa lebih mudah diterima masyarakat. Sementara di Padang, aksi membagikan stiker di jalur CFD mendapat sambutan hangat dari pengunjung, bahkan ada pelari yang menghampiri peserta kampanye sambil berkata, “Ini aksi keren, kami mendukung!”.
Tak kalah menarik, di Pasaman, aksi berlangsung bersamaan dengan kegiatan jalan santai masyarakat. Kami mengusung pesan “Bongkar Jerat Jahat! Selamatkan Harimau” dan mengajak warga melakukan simbolisasi gerakan ‘cakar harimau’. Kehadiran Bupati dan Wakil Bupati Pasaman yang menyatakan dukungannya semakin menguatkan semangat publik untuk bersama menjaga habitat harimau. Di Kuningan, aksi longmarch diakhiri dengan “meja harapan”, dimana warga menuliskan doa dan aspirasi mereka untuk kelestarian satwa, sebuah cara kreatif mengikat partisipasi publik.
Sementara itu, di kota-kota lain seperti Batang, Malang, dan Yogyakarta, kampanye berlangsung penuh energi. Di Malang, anak-anak sangat tertarik dengan topeng harimau dan pedagang bahkan menempelkan stiker kampanye di lapaknya. Di Malioboro Yogyakarta, topeng harimau kembali menjadi daya tarik besar, wisatawan asing pun ikut terlibat dan mengapresiasi upaya melindungi satwa ikonik Indonesia ini. Bahkan seorang relawan yang sedang dalam perjalanan dari Solo menuju Yogyakarta tidak ketinggalan untuk mengangkat aksi ini di dalam gerbong KRL. Semua ini menunjukkan bahwa pesan konservasi bisa dikemas dengan cara menyenangkan, dekat dengan masyarakat, tanpa kehilangan urgensinya.
Kampanye serentak tahun ini mengusung tema “Bongkar Jerat Jahat! Selamatkan Harimau Sumatera!”, sebuah seruan yang lahir dari keprihatinan kasus terbaru: seekor harimau sumatera di Jambi yang sempat diselamatkan dari jerat, namun akhirnya mati di TPS. Peristiwa tragis ini menjadi pengingat betapa kejamnya ancaman jerat bagi satwa liar. Melalui aksi di berbagai kota, COP dan Orangufriends di seluruh Indonesia  mengajak masyarakat untuk tidak tinggal diam, sebab menyelamatkan harimau berarti menjaga kehidupan hutan dan masa depan generasi kita. 
Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, Orangufriends yang berada di Jogja, Medan, Padang, Pasaman, Batang, Depok, Malang, Pekanbaru, Mapala Kehutanan Universitas Kuningan (Mahakupala), Medan Book Party, Sumatra Wild Adventure, World Clean-Up Day, dan rekan-rekan dari Fakultas Kehutanan Universitas Brawijaya. (DIM)

TIGER YOUTH CAMP, SINTAS MENGGANDENG COP BAHAS KONFLIK HARIMAU MANUSIA

Organisasi nirlaba yang bergerak di bidang konservasi sumber daya alam, Sintas kembali menggelar kegiatan edukatif dan inspiratif bagi generasi muda melalui program Tiger Youth Camp. Acara yang berlangsung selama tiga hari, mulai dari tanggal 29 hingga 31 Juli 2025, bertempat di lokasi strategis Hutan Penelitian dan Pendidikan Biologi Universitas Andalas (UNAND). Tema tahun ini “Harimau Sumatera, Masa Depan Kita: Edukasi, Aksi, dan Konservasi” bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman generasi muda tentang pentingnya pelestarian harimau sumatra dan habitatnya serta isu-isu konservasi lainnya.

Sintas mengundang COP untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman di lapangan terkait “Konflik Harimau Manusia”. Topik ini didasari oleh meningkatnya kasus interaksi negatif antara harimau sumatra dan masyarakat di sekitar kawasan hutan dalam beberapa tahun terakhir. Dalam sesi yang berlangsung interaktif tersebut, COP memaparkan berbagai faktor pemicu konflik, mulai dari hilangnya habitat alami harimau akibat deforestasi dan alih fungsi lahan, hingga praktik perburuan liar yang mengurangi ketersediaan mangsa alami harimau. Dampak konflik dapat dilihat pada kedua belah pihak, kerugian materiil dan psikologis bagi masyarakat, maupun ancaman keselamatan bagi populasi harimau sumatra yang terancam punah jadi dilema.

Strategi dan upaya mitigasi konflik yang telah berhasil diterapkan di berbagai wilayah lain, dapat menekan pentingnya pendekatan kolaboratif dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, masyarakat adat, perusahaan perkebunan, dan organisasi konservasi. Edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang perilaku harimau dan cara menghindarinya juga menjadi poin penting agar dapat meminimalisasi konflik.

Gerakan Sintas dan COP dalam Tiger Youth Camp ini menjadi contoh sinergi yang positif antara organisasi konservasi yang memiliki fokus berbeda namun memiliki tujuan yang sama, yaitu menjaga kelestarian alam Indonesia. Semoga kegiatan seperti ini semakin menjangkau lebih banyak lagi generasi muda sehingga kesadaran pentingnya konservasi semakin meningkat dan masa depan harimau sumatra serta keanekaragaman hayati Indonesia dapat lebih baik lagi.

PERINGATAN HARI RANGER SEDUNIA: MENJAGA ASA HARIMAU SUMATRA BERSAMA PAGARI

Sebuah momen untuk menghargai dedikasi dan pengorbanan para penjaga hutan yang telah melindungi keanekaragaman hayati planet ini, setiap tahun di akhir bulan Juli kita memperingati Hari Ranger Sedunia (World Ranger Day). Tim APE Protector COP punya ranger atau penjaga hutan khusus di tanah Minang, Sumatera Barat. Patroli melindungi dan mengamankan kawasan bersama Patroli Anak Nagari (PAGARI) menjadi garda terdepan dalam menjaga kelestarian hutan dan yang terpenting memastikan masa depan Harimau Sumatra yang terancam punah.
Individu-individu berani ini secara rutin menjelajahi belantara kabupaten Pasaman. Mereka melangkah dan menemukan jejak-jejak keberadaan satwa liar tak terkecuali si raja hutan. Para penjaga hutan ini juga memasang kamera jebak untuk mengetahui keanekaragaman satwa penghuni kawasan. Rasa takut pun menghampiri saat jejak beruang madu begitu baru, tak jarang nyawa menjadi taruhan. Menghadapi pemburu dan penebang liar semakin membuat keringat yang mengucur semakin deras.
Jauh di dalam hutan, jerat satwa terpasang. Tak memilih korban, siapa pun bisa masuk dalam #jeratjahat ini. Ini merusak rantai makanan, ekosistem secara keseluruhan. Setiap penemuan jerat adalah momen yang menyakitkan, namun juga memicu semangat untuk terus bertindak. Para ranger ini pun dengan sigap menyisir dan membongkar jerat, sebuah tugas yang berbahaya dan memakan waktu. Upaya ini bukan hanya tentang menegakkan hukum, tetapi juga tentang edukasi dan sosialisasi pada masyarakat mengenai dampak negatif dari aktivitas perburuan liar.
Menjadi ranger adalah sebuah pilihan, bagaimana melindungi fisik hutan dan satwa. Mereka adalah warga lokal yang bertanggung jawab pada alam. Menyentuh kesadaran di tengah terpaan kehidupan dan kebutuhan. Menjadi ranger tidak hanya tentang konservasi yang katanya menghambat pembangunan, tapi juga menjadi pondasi keberlanjutan. “Alam adalah warisan”. Menyaksikan satwa tertentu masih ada menjadi kesenangan tak terkira, kelak hidup berdampingan dengan menghormati peran adalah yang terbaik. (NAB)

MARI BELAJAR DAN MENJELAJAH DI RIHAS RIMBO PANTI

“Pagi ku cerah… matahari bersinar”, lagu sepanjang masa ini pun terngiang-ngiang menyambut kedatangan 35 siswa SDIT Baitul Qur’an Panti di RIHAS (Ruang Informasi Harimau Sumatra). Penjelajahan akan sulit kalau dilakukan banyak orang, karena itu APE Protector (tim Centre for Orangutan Protection yang berada di Sumatra Barat) membaginya menjadi 4 kelompok. Halo Harimau, Badang, Singa, dan Monyet, keempat kelompok ini pun dibekali modul pembelajaran, alat pengamatan, serta kantong sampah untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Petualangan dimulai! Setiap kelompok menjelajahi jalur berbeda, mengamati alam, mencatat temuan, dan bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. Kelompok Singa bahkan meneriakkan yel-yel mereka, “Aummm!”, membuat suasana semakin seru. Di tengah perjalanan mereka menemukan berbagai keunikan alam seperti daun dengan bentuk aneh, serangga kecil yang sibuk bekerja, dan jejak kaki hewan yang misterius. Beberapa anak tertawa saat melihat serangga dari dekat menggunakan lup atau kaca pembesar, sementara yang lain sibuk menulis catatan di lembar kerja mereka.

Setelah petualangan selesai, semua kelompok kembali berkumpul di ruang edukasi. Sesi review dimulai, dan kuis pun diberikan untuk menguji ingatan mereka. Tangan-tangan kecil langsung terangkat, berebut menjawab dengan penuh semangat. Tepuk tangan dan gelak tawa memenuhi ruangan setiap kali ada jawaban yang benar. Hari itu berakhir dengan perasaan bangga dan bahagia. Mereka telah menjelajahi alam sekaligus belajar untuk peduli terhadap lingkungan. Sebelum pulang, seorang anak berbisik kepada temannya, “Seru banget! Besok kita ke sini lagi ya!”. (DIM)

JADI RELAWAN RIHAS DI SUMBAR YUK!

Ruang Informasi Harimau Sumatra (RIHAS) merupakan ruang edukasi yang dibentuk melalui kerja sama antara BKSDA Sumatra Barat dan Centre for Orangutan Protection (COP). Saya berkesempatan mengikuti kegiatan di RIHAS sebagai edukator untuk siswa Sekolah Dasar (SD), “Menarik, edukatif, dan seru. Bermain sambil belajar bersama para siswa, gak pernah terbayangkan sebelumnya ini sebuah wadah saling belajar”. Jadwal kegiatan yang ada disusun dengan baik dan menyenangkan bagi siswa.

Kegiatan pengamatan dan pengenalan satwa yang dilakukan mudah dimengerti oleh anak-anak sehingga mereka menikmati. Salah satu kegiatan yang dilakukan yaitu pengenalan satwa, herbarium, spesimen kayu, dan karya visual tentang satwa. Anak-anak diajak untuk mengenal berbagai satwa khususnya Harimau melalui gambar dan tulisan. Anak-anak juga disuguhkan langsung bagaimana bentuk dari herbarium dan spesimen kayu. Pengamatan tanda kehadiran satwa melalui jejak yang dicetak, apa itu camera trap, suara, dan juga visual menggunakan plot dengan menggunakan kaca pembesar membuat kegiatan semakin dekat dan nyata bagi anak-anak.

Mengenal konservasi sejak dini dapat meningkatkan rasa kepedulian mereka terhadap ekosistem. Dengan adanya kesempatan ikut serta dalam mengajar ini, saya sangat senang dan mempelajari hal yang baru. Pengemasan materi serius dalam bentuk permainan menjadi hal yang menarik dan memicu rasa penasaran dan semangat belajar mereka. Kelak di tangan merekalah masa depan konservasi berada. Ini hanya bagian kecil dari langkah besar konservasi yang bisa saya ikuti. Semoga RIHAS dapat lebih berkembang, saya, Hafifah Antini K, mahasiswa kehutanan Universitas Riau (UNRI) bangga dan bersyukur menjadi relawan di RIHAS. “Yuk, jadi relawan selanjutnya di RIHAS, belajar bersama dan berkembang bersama”. (Orangufriends Riau)

SUSI, RANGER PEREMPUAN DI APE PROTECTOR

Pagi ini berbeda dengan hari biasanya. Satu-satunya ranger perempuan di tim APE Protector, Sumatra Barat akan ikut patroli. Kegiatan patroli menelusuri jalur satwa liar dengan memasang dan mengambil rekaman kamera jebak akan menghasilkan keanekaragaman satwa liar yang ada di daerah tersebut. Dari sini, kita dapat menyimpulkan, keberadaan harimau sumatra dan ketersediaan pakan alaminya hingga menyelidiki penyebab kemunculannya di sekitar manusia. Beresiko, sudah pasti ya.

Susi, perempuan yang dilahirkan di air rambah tanah minang ini adalah seorang guru bimbingan konseling. Dunia pendidikan, adalah dunia yang sangat dicintainya. Sore harinya, Susi akan mengajar anak-anak sekitar mengaji selain itu juga les pelajaran sekolah untuk menambah kemampuan anak-anak terhadap materi yang disampaikan guru di sekolah. Berada satu tim dengan laki-laki dan bapak-bapak tentu saja bukan hal yang mudah. Tetapi sikap saling menghormati dan menghargai tim APE Protector lah yang membuat seorang Susi nyaman.

Terjun langsung ke lapangan dan merasakan sendiri pengalaman bersentuhan dengan alam adalah hal yang luar biasa. Sekalipun pada tugas pertamanya ikut patroli sempat terjatuh dari sepeda motor. Jalan berbatu licin dan curam salah satu penyebabnya. Tapi ini tak membuatnya mundur, malah bersyukur mendapatkan kesempatan mempelajari jejak satwa liar yang ada. Cakaran beruang di pohon, jejak kaki di tanah yang mulai mengering, hingga kotoran satwa liar yang berserakan. Lagi-lagi Susi menjadikan perjalanan sulit ini sebuah pembelajaran tanpa henti.

“Jika kita hanya ditempatkan di posisi tertentu, dan tidak berani atau mau mencoba kesempatan yang ada di depan kita. Kita tidak akan berkembang”, kata Susi saat ditanyakan apa sarannya untuk perempuan-perempuan yang ingin berkarir di profesi yang tidak biasanya perempuan lakukan. “Terkadang pilihan yang diberikan oleh orang lain, adalah cara Tuhan untuk mengajarkan kita yang lebih baik untuk pemahaman ilmu yang berbeda. Maka tidak ada batasan untuk perempuan memahami ilmu”, tambahnya lagi.

ACARA ORANGUFRIENDS SUMBAR DI HARI HARIMAU SEDUNIA 2023

Setiap tahun, keberadaan Harimau selalu diperingati sebagai usaha untuk meningkatkan kepedulian khalayak pada spesies harimau. Indonesia sejatinya memiliki Harimau Bali, Harimau Jawa, dan Harimau Sumatera. Namun saat ini hanya harimau sumatra yang tersisa. Orangufriends (relawan Centre for Orangutan Protection) Sumatra Barat menyelenggarakan rangkaian acara dengan puncak acara pada tanggal 29 Juli yaitu Peresmian Pusat Informasi Harimau yang ada di Rimbo Panti, Pasaman, Sumatera Barat. 

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumbar menjadikan momen peringatan World Tiger Day 2023 ini sebagai kampanye modern dengan mengadakan lomba desain stiker di bentor atau becak motor. Bentor ini adalah transportasi umum di provinsi Sumatra Barat yang mobilitasnya sangat tinggi. Tentu saja desain pemenang nantinya akan diaplikasikan dalam bentuk stiker dan dibagikan kepada bentor yang berada di Kabupaten Pasaman. 

“Kami berharap ini akan menjadi waktu yang menyenangkan dan santai untuk saling memahami antara masyarakat luas dan pengiat konservasi harimau sumatra. Lomba desain stiker di bentor, lomba cipta puisi dengan tema menjaga harimau terakhir Indonesia dan lomba menggambar dan mewarnai akan turut meramaikan peringatan Hari Harimau Sedunia 2023”, jelas Hilman Fauzi, kapten APE Protector COP, tim Centre for Orangutan Protection yang telah dua tahun ini membantu BKSDA Sumbar untuk perlindungan Harimau Sumatera. 

APE Protector sendiri kini sudah bekerja di dua lokasi yang berbeda dan memiliki tim PAGARI (Patroli Nagari) di Nagari Sontang-Cubadak dan Nagari Panti Selatan. “Kami berharap patroli yang dilakukan secara berkala dengan ranger lokal bisa meminimalisir konflik manusia dengan harimau sumatera. Kami berharap lomba yang ada dapat diikuti masyarakat luas, jangan lupa perhatikan tenggat waktunya ya”, kata Hilman lagi.

PEDAGANG KULIT HARIMAU SUMATRA TERTANGKAP TANGAN

Harimau Sumatra atau Patera trigis Sumatrae merupakan raja hutan yang menduduki kasta tertingi di keluarga kucing-kucingan yang ada di Indonesia. Kini nasibnya makin memprihatinkan. Dalam satu pekan terakhir, lembaga penegakan hukum di Indonesia mengganggalkan 2 transaksi jual beli kulit harimau yang masih basah. Dalam arti, satwa ini belum lama dibunuh dan dikuliti oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Setelah gempar dengan berita penangkapan salah satu oknum pengiat konservasi yang menjual kulit harimau di Sumatera Barat. Pada tanggal 10 Mei 2023, digagalkan kembali transaksi jual beli kulit harimau utuh beserta dengan tulang-tulangnya yang masih merah. Dalam satu pekan, dua raja hutan ini mati dengan sia-sia.

Lantas apa yang jadi motif dasar para pelaku ini menjerat dan membunuh satwa ini. Dari keterangan para tersangka, bahwa harimau banyak diburu untuk diambil bagian organ tubuhnya seperti kulit, taring, daging, kuku bahkan kumisnya. Organ-organ tersebut diperjualbelikan di pasar gelap dengan harga tinggi karena dapat dimanfaatkan sebagai obat, kerajinan (tas, pakaian, sepatu, dll) bahkan tak sedikit permintaan memanfaatkannya sebagai jimat.

“Jaringan perburuan dan perdagangan bagian-bagian tubuh harimau sangat tertutup dan rapi. Harga jualnya yang fantastis juga menjadi salah satu faktor perburuan, marak terjadinya. Kulit harimau basah dibandrol dengan harga di atas 60 juta rupiah, sedangkan dengan bagian tubuh lainnya seperti kuku, taring kumis berkisar 3 sampai 5 juta rupiah per item. Tergantung kualitas dan ukuran”, jelas Satria Wardhana, kapten APE Warrior COP yang fokus memerangi perdagangan satwa liar sejak sepuluh tahun terakhir.

Harimau merupakan satwa yang berperan sebagai konsumen puncak. Satwa ini berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsanya seperti babi hutan. Dalam konteks hilangnya harimau, akan memberikan efek kompleks pada ekosistem hutan. Ini juga akan berdampak pada ketersedian tumbuhan dan produk tumbuhan seperti buah. Hutan akan jadi rusak dan mempengaruhi kehidupan di bumi seperti berkurangnya udara bersih, air bersih, penyerbukan, hingga pengaturan suhu bumi. (SAT)

APE PROTECTOR JAGA HUTAN LINDUNG SINUANGON

Setahun lebih tim APE Protector menetap dan berkegiatan di Nagari Sontang Cubadak, Pasaman, Sumatra Barat. Pada 6 Mei yang lalu, tim PAGARI atau Patroli Anak Nagari mengecek kamera jebak yang telah dipasang sebulan lalu di Hutan Lindung Sinuangon (Pasaman Raya) tersebut. Selain monitoring kawasan, tim juga berkesempatan observasi satwa liar dan sayangnya gangguan habitat masih juga ada.

“Beruntungnya kalau lagi patroli, kita bisa berjumpa langsung dengan satwa liar yang juga kaget dengan kehadiran kita. Kali ini tim berjumpa dengan satu ekor Simpai (Presbytis melalophos) yang merupakan monyet endemik Pulau Sumatra. Selain itu, tim juga berhasil mendokumentasikan burung raja udang walau dengan kamera yang sangat terbatas. Sepanjang perjalanan, suara-suara alam serta kepakan burung enggang menemani perjalanan yang medannya cukup ekstrim. Secara tidak langsung, tim juga mengidentifikasi kehadiran babi hutan dan rusa lewat jejak yang ditinggalkan”.

Suara gergaji mesin dikejauhan menandakan aktivitas manusia yang membawa kayu turun dari lokasi hutan. Dentuman pohon roboh yang menyentuh tanah menandakan gangguan habitat masih terpantau aktif di area kawasan Hutan Lindung. Beda punggunggan dan tim harus kembali fokus menjemput kamera jebak.

Dari empat kamera yang terpasang sejak 6 April yang lalu, tertangkap kamera babi hutan. Kehadiran babi hutan tiga bulan berturut-turut membuat tim lega. Semoga ini tanda berakhirnya virus ASF (African Swine Fever). Jika perjumpaan langsung dengan jejaknya saja, kini, tim menyaksikannya langsung, termasuk rusa dari kamera jebak. Kehadiran Macan dahan, Musang congkok, Tikus hutan, Tupai tanah, Bajing tanah bergaris tiga, Sigung Sumatra, landak Sumatra, Musang bulan, Burung puyuh, Kucing Emas, dan Sinpai menambah deretan keanekaragaman satwa liar di hutan ini. Tak lupa si Beruk yang selalu eksis di hapir setiap kamera jebak. Satwa liar di hutan aja. (REV)