APE Guardian salah satu tim dari COP sudah lebih dari setengah tahun mengurus pelepasliaran orangutan yang berada di Busang, Kalimantan Timur. Sebuah pondok kayu yang berdiri di tengah hutan berfungsi sebagai pos monitoring menjadi tempat berteduh para ranger dan keeper. Para keeper senantiasa mengawasi perilaku harian orangutan di pulau pra-pelepasliaran. Sementara para ranger siap sedia melakukan monitoring paska pelepasliaran dengan cara keluar masuk hutan dan menyisir sungai.
Bukan hanya melakukan rutinitas harian, di sela-sela kegiatannya juga melakukan kegiatan tambahan demi menjaga kawasan pelepasliaran. Ranger tidak pernah lelah bersosialisasi dan bertanya pada warga lokal yang ditemui selama melakukan kegiatan di sungai. Hal ini dilakukan sebagai bentuk mitigasi potensi konflik antara orangutan dan warga lokal. Warga lokal memang sangat bergantung pada sungai untuk mencari ikan menggunakan perahu bermesin dan tak jarang warga melakukan aktivitas mencari ikan di sekitar kawasan pelepasliaran. “Kekhawatiran utama kami jika, suara mesin perahu dan suara aktivitas warga tersebut dapat menarik perhatian orangutan untuk mendekat”, ujar Noh, ranger APE Guardian. Harapannya kegiatan sosialisasi dan penyadartahuan kepada warga dapat mencegah konflik yang mungkin terjadi dengan orangutan yang kami lepasliarkan.
Beda halnya yang dilakukan oleh dua orang COP Academy yang sedang magang di tim APE Guardian seperti Randi dan Eko. Di sela-sela monitoring keduanya secara rutin melakukan pencatatan biodiversitas fauna di hutan dan sungai dalam kawasan pelepasliaran. Walaupun hutan di kawasan pelepasliaran masih dalam tahapan suksesi paska kebakaran hutan, namun fauna yang dilindungi dan masuk daftar jenis hewan dalam Permenhut No. 106 tahun 2018. Sejauh ini fauna mamalia dilindungi yang berhasil ditemui jejak keberadaannya dalam kawasan pelepasliaran meliputi berang-berang, kijang, pelanduk napu dan beruang madu. Untuk fauna burung, tim berhasil mengidentifikasi keberadaan elang brontok, elang bondol, elang ikan, enggang badak dan kangkareng perut putih. Jenis-jenis yang ditemui kemungkinan besar akan semakin bertambah seiring dengan rutinitas monitoring dan patroli yang dilakukan APE Guardian. Tentunya dengan temuan-temuan ini harapannya kawasan pelepasliaran ini dapat menjadi kawasan retorasi demi menjaga kelestarian berbagai spesies.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan ini bukan hanya memiliki andil dalam peletarian orangutan, namun juga meningkatkan nillai konservasi kawasan dan menambah pengetahuan serta penyadartahuan masyarakat banyak terhadap konservasi orangutan. Selama kawasan pelepasliaran ini masih ada APE Guardian, maka akan senantiasa menjaga orangutan, hutan dan keanekaragaman di dalamnya. (EKO_COPAcademy)