ANTOLOGI CERITA PENDEK ORANGUTAN 2020

Bukankah cinta banyak rupa? Itulah yang dikatakan dalam cerpen Bukan Cinta yang Beracun di Dalam karya Ragdi F. Daye, berhasil menjadi juara pertama dalam lomba cerpen dengan tema ‘Bertemu’ yang diadakan pada bulan Juni 2020 lalu. Lomba cerpen yang digagas para relawan Centre for Orangutan Protection ini adalah lomba di masa pandemi COVID-19.

Lomba cerpen kali ini benar-benar membuat juri terpaksa meminta waktu tambahan saat penilaian. Apalagi saat karya dari Dyah Sekar berjudul Nandna berhasil mencuri nilai. Botol bertuliskan ‘Hutan Tropis’ seolah-olah memberi harapan untuk kita yang sejak pertengahan Maret lalu terkurung di dalam rumah dengan pilihan di rumah aja. Mungkin saja aroma hutan dijual untuk kita yang sedang berada dalam karantina mandiri.

Sekali lagi, menentukan juara dari sebuah karya seni tidaklah mudah. Judul cerpen Hantu-Hantu dan Tanamannya karya Herpin Nopiandi Khurosan mengajak kita berkelana pada rasa takut yang mendalam. Saat menjadi musuh tanpa bayangan namun nyata.

Buku kumpulan cerpen ini tak hanya memuat tiga pemenang tadi, tapi ada sepuluh karya lainnya yang akan membuat harimu hanyut dalam karya sastra. Begitulah orangutan saat bertemu para sastrawan. Mari kita tenggelam dalam karya untuk orangutan. Terimakasih Orangufriends… terimakasih rekan media yang telah ikut menyebarkan informasi lomba cerpen orangutan 2020 ini. Selamat Hari Orangutan Internasional!

AKU, SEPTI DAN JAHE (1)

Septi, salah satu orangutan yang cantik dan menawan di Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo. Namun, dari awal kedatanganku sebagai tim medis di sini, ada yang mengganjal pikiranku saat ku bertemu dengannya. Pesan pertama yang ku lihat dari pandangannya adalah kehampaan. Sebelumnya Alouise selalu menemaninya setiap saat dan sekarang dia sendirian. Setiap kali dia mendengar suara bayi-bayi orangutan, ia langsung meletakan kedua tangannya di atas kepala, seperti teringat Alouise.

Septi memilki satu bagian tubuh yang besarnya melebihi ukuran pada normalnya. Ya… perutnya yang besar seperti ukuran bola basket. Saat kupegang dan ku ketuk, ternyata perutnya keras bak bola yang diisi angin berlebihan. Lalu aku memastikan apa isi perutnya menggunakan stetoskop. Yang aku dengar hanyalah angin dalam perutnya. Walaupun tim medis sudah menghilangkan pakan yang menyebabkan kembung, ternyata perutnya tak kunjung mengempis. Dan saat kuamati beberapa hari ini nafsu makannya sangat buruk.

Setelah aku dan tim medis lainnya melakukan pengamatan selama tujuh minggu, terbesit suatu ide pengobatan yang belum teruji sebelumnya di orangutan. Jahe… ya, jahe! Aku teringat masa studiku di salah satu universitas di Surabaya, saat aku mengalami kembung, aku selalu meminum wedang jahe. Kuberanikan diri mengusulkan memberi wedang jahe sebagai pengobatan kepada tim medis yang lain. Tim medis yang lain pun menyetujui ide pengobatan menggunakan jahe.

Apakah berhasil? (GIL)

ENRICHMENT KERANJANG BAMBU UNTUK ORANGUTAN

Sebelum matahari semakin terik, kami segera beranjak untuk melaksanakan rutinitas yang sudah berjalan tiga bulan terakhir, yaitu mengirimkan pakan untuk orangutan yang berada di Wildlife Rescue Center (WRC) Jogja. Pasar Gamping, salah satu pusat pasar buah di Jogjakarta, di situlah kami membeli pepaya, pisang, semangka, ketimun, ketela, kangkung, kacang panjang dan keranjang yang terbuat dari bambu untuk membuat enrichment dan memasukkannya ke dalam mobil APE Warrior.

Riuh suara berbagai satwa seperti Owa Jawa, Siamang dan satwa liar lainnya menyabut kedatangan kami berpadu dengan semilir angin yang sejuk khas WRC Jogja yang berada di Kulon Progo, cukup dekat dengan perbukitan menoreh. Kami segera memindahkan buah dan sayuran ke tempat penyimpanan pakan. Tak lupa bantuan masker medis untuk para perawat satwa dan beberapa suplemen vitamin. Jaring raksasa bantuan IFAW juga turut kami serahkan untuk membantu berbagai kegiatan di YKAY (Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta) nama lain dari WRC Jogja.

Kamis ini waktunya kami berkreasi membuat enrichment untuk ketujuh orangutan. Keranjang bambu yang kami beli di pedagang pasar, kami isi dengan pisang dan pepaya. Setelah itu kacang panjang dililitkan mengelilingi keranjang. Yang terakhir, mengikat keranjang dengan akar pohon beringin dengan kuat agar buah yang di dalam keranjang tidak cukup mudah untuk keluar. “Susah loh, kita sampai saling tarik untuk mengikatnya. Untuk orangutan yang punya kekuatan 20 kali atlet yang terlatih tentu ini bukan masalah ya. Tapi kita senang…”, ujar Grace sambil menunjukkan keranjang bambunya.

Dipandu drh. Tom, kami membawa tujuh keranjang enrichment untuk ketujuh orangutan. “Makan yang lahap ya! Semoga kalian segera kembali ke habitat kalian.”, pesan Grace dan teman-teman magangnya saat berpisah. Benarkah orangutan cukup sibuk dengan enrichment yang kali ini dibuat? Setidaknya, mereka tidak semudah biasanya mengambil makanan di tempat pakannya biasa diletakkan. (GRACE_MahasiswaMagang)

GUNUNG SINABUNG HARI INI

Gunung Sinabung yang dikenal tidak aktif ini telah mengalami erupsi sejak tahun 2010. Pada Senin, 10 Agustus 2020 pukul 10.16 WIB kembali mengalami erupsi dengan ketinggian kolom abu 5000 meter dengan intensitas tebal condong ke arah timur dan tenggara. Tim APE Warrior dari Centre for Orangutan Protection bersama Orangutan Information Centre melakukan asesmen terhadap erupsi yang sempat membuat cuaca menjadi gelap ini. 

Saat ini, gunung Sinabung masih berada di level III atau Siaga dimana terjadi peningkatan aktivitas vulkanik secara signifikan. Status kewaspadaan ini ditetapkan sejak Mei 2019. Letusan kemungkinan besar terjadi dan area potensi bahaya letusan berada di daerah Kawasan Rawan bencana (KRB) II. Masyarakat dilarang melakukan kegiatan di dalam area KRB II ini. 

Erupsi Sinabung hari ini menyebabkan tiga kecamatan di kabupaten Karo terpapar hujan abu. Ketiga kecamatan itu adalah Naman Teran, Berastagi dan Merdeka. Masyarakat masih beraktivitas seperti biasanya. “Memasuki tahun kesepuluhnya gunung Sinabung bangkit dari tidurnya, masyarakat terlihat tidak panik dalam menghadapi letusannya. Anak-anak terlihat masih bermain. Beberapa warga yang masih kembali ke desa yang telah direlokasi terlihat bergegas meninggalkan desa yang seharusnya sudah tidak berpenghuni ini. Guyuran hujan abu sesaat menghentikan aktivitas masyarakat di ladang. Satwa dan ternak masih terlihat tenang.”, ujar Sari Fitriani, COP dari desa terakhir kaki gunung Sinabung.

COP BERSAMA OIC UNTUK PRIMATA SUMATERA

Kedua orang pendiri organisasi orangutan di Indonesia ini telah lama bekerja bersama. Dua puluh tahun lebih saling mengenal dan berkarya untuk penyelamatan orangutan Indonesia. Jika Centre for Orangutan Protection lebih dikenal sebagai organisasi kampanye perlindungan orangutan dan habitatnya tak jauh berbeda dengan Orangutan Information Center yang telah menyelamatkan orangutan Sumatera di Sumbagut. Di bulan kemerdekaan Republik Indonesia ini, keduanya menandatangani perjanjian kerjasama Pembangunan dan Pengelolaan Pusat Penyelamatan Orangutan dan Primata Dilindungi Lainnya dalam Upaya Mendukung Rehabilitasi dan Pelepasliaran Primata di Sumatera. Sebuah komitmen besar untuk satwa liar.

“Kami berharap dapat bekerja maksimal untuk satwa liar Sumatera yang unik dan endemik agar kelak tak sekedar dongeng pengantar tidur. Laporan kepemilikan ilegal satwa liar yang dilindungi terutama primata yang selama ini masuk, semoga mendapatkan kesempatan keduanya untuk dapat kembali ke habitatnya. Penyelamatan, Rehabilitasi dan Pelepasliaran bukanlah hal yang mudah, tenaga dan biaya yang terkuras untuk itu sangat besar. Kami berharap kita semua, masyarakat Sumatera dapat menjadi pelindung juga untuk satwa liar tersebut.”, kata Daniek Hendarto, Direktur COP usai menandatangani perjanjian kerjasama di kantor Yayasan Orangutan Sumatera Lestari yang berada di Jl. Bunga Sedap Malam XVIIIc No. 10 Medan.

Sementara Hardi Baktiantoro (pendiri COP) dan Panut Hadisiswoyo (pendiri YOSL) terlihat sama-sama lega setelah melihat regenerasi organisasinya saling membubuhkan tanda tangan untuk Sumatra Rescue Alliance Primate Center. Mohon doa Orangufriends dan para pendukung agar pembangunan sarana dan prasarana dapat berjalan dengan baik dan lancar. 

HOW IS PALM OIL INDUSTRY DURING THE PANDEMIC?

The covid-19 pandemic has disrupted almost all economic activities in business industries. The restriction on human mobility and social contact has affected many production activities, resulting in supply and demand shock. This is a challenge for the industrial sectors, including palm oil plantation. Then, how is the palm oil plantation going during the pandemic?

According to Indonesian Palm Oil Producers Association (GAPKI) data, there has been a decrease in the statistics of the Indonesian Palm Oil Industry 2020 compared to 2019. Accumulatively, total palm oil production in Jan – May 2020 reduced by 2,936 million tons from the previous year. While total exports and totl domestic consumption from Jan – May 2020 fell by 1,587 million tons and 22 thousand tons, respectively. The decline was largely due to social and mobility restrictions to prevent the spread of covid-19 virus, especially the exports to recipient countries such as China, Africa, India, Europe and Pakistan.

However, APE Crusader team found that land clearing for palm oil plantation extention keep happening. In early 2020, the team found two (2) individual orangutans in a forested area near a palm oil plantation in Seruyan, Central Kalimantan and found out that by June 2020 the area had been cleared. In addition, APE Crusader team also discovered a massive forest clearing for palm oil plantation in West Kutai, East Kalimantan from the beginning of 2020 and still going until now.

Although, covid-19 pandemic has affected production and export activities of palm oil, land clearing activities for plantation keep on happening. “Pandemics do affect many aspects of life, but we must not let our guard down. Do not let our forests and orangutans gone as the pandemic gone.” said Sari Fitriani, manager of COP Orangutan Habitat Protection Program. (SAR)

APA KABAR INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KALA PANDEMI?

Pandemi COVID-19 telah mengakibatkan terganggunya kegiatan ekonomi hampir di semua industri bisnis. Hal ini dikarenakan pembatasan mobilitas manusia mempengaruhi banyak kegiatan produksi, sehingga mengakibatkan penawaran (supply) dan permintaan (demand) mengalami guncangan. Ini menjadi tantangan bagi sektor perindustrian, tidak terkecuali industri perkebunan kelapa sawit. Lalu Bagaimana kabar industri perkebunan kelapa sawit selama pandemi?

Menurut data yang dihimpun oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), terjadi penurunan terhadap angka statistik industri minyak sawit Indonesia tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2019. Secara akumulatif, total produksi minyak sawit bulan Januari-Mei 2020 mengalami penurunan hinga 2,936 juta ton dari total produksi tahun sebelumnya. Sedangkan total ekspor dan total konsumsi domestik Januari-Mei 2020 berturut-turut hingga 1,587 juta ton dan 22.000 ton dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan tersebut banyak diakibatkan oleh pembatasan sosial dan mobilitas yang diberlakukan untuk mencegah penyebaran virus COVID-19, terutama ekspor ke negara-negara penerima minyak sawit Indonesia seperti Cina, Afrika, India, Eropa dan Pakistan.

Meskipun begitu, tim APE Crusader mendapati bahwa pembukaan lahan untuk ekspansi perkebunan kelapa sawit masih terus terjadi. Di awal tahun 2020, tim APE Crusader menemukan adanya dua individu orangutan di area berhutan dekat perkebunan kelapa sawit di Seruyan, Kalimantan Tengah dan mendapati bahwa pada bulan Juni 2020 area berhutan tersebut sudah habis dibuka. Selain itu, di Kutai Barat, Kalimantan Timur tim APE Crusader juga menemukan adanya pembukaan hutan besar-besaran untuk perkebunan kelapa sawit yang tengah. berlangsung dari awal tahun 2020, hingga saat ini.

Meski pandemi memberikan dampak berkurangnya produksi dan ekspor minyak kelapa sawit, aktivitas pemukaan lahan untuk perluasan perkebunan kelapa sawit masih terus berlangsung. “pandemi memang mempengaruhi banyak aspek kehidupan, namun kita tidak boleh lengah. Jangan sampai sat pandemi COVID-19 hilang, kita juga kehilangan lebih banyak lagi hutan an orangutan.”, tegas Sari Fitriani, manajer Perlindungan Habitat Orangutan COP. (SAR)

HABITAT ORANGUTAN KALIMANTAN TERUS TERANCAM KARHUTLA UNTUK KELAPA SAWIT

Periode 2019 hingga pertengahan tahun 2020, habitat orangutan Kalimantan terus terancam, mulai dari kebakaran hutan hingga pembukaan lahan demi ekspansi perkebunan kelapa sawit. APE Crusader memantau adanya titik api (hotspot) serta pembukaan lahan baru yang diduga untuk ekspansi monokultur ini. Area yang menjadi fokus pemantauan ini secara administratif berada di wilayah kecamatan Hanau, kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah.

Berdasarkan peta distribusi orangutan liar, titik api serta pembukaan lahan yang dilakukan merupakan habitat sub spesies orangutan Kalimantan wurmbii (Pongo Pygmaeus Wurmbii) dan berada di dalam kawasan Hutan Produksi Konversi (HPK). Kanal-kanal primer yang membentang dari timur ke barat menuju sungai Seruyan di sebelah barat, memperlihatkan hutan rawa gambut dan termasuk dalam wilayah pengukuran kinerja REDD.

Hutan rawa gambut merupakan habitat penting bagi orangutan Kalimantan. Ditambah sulitnya memadamkan api di rawa gambut, lebih sering api yang ada di atas padam namun bara di dalamnya terus membakar. “Peran serta semua pihak dalam menjaga habitat orangutan sekaligus menyelamatkan hutan rawa gambut adalah tanggung jawab bersama. Tumpang tindih ekspansi perkebunan kelapa sawit tak seharusnya terus menerus ditolerir. Hentikan atau kutukan dunia untuk kita sebagai eksportir asap.”, tegas Sari Fitriani, manajer Perlindungan Habitat Orangutan. (RIF)

MENENGOK CARA AMAN MEMAKAN BATANG PISANG

Orangutan Aman sangat suka bermain. Tiap kali waktu feeding, ia tiada henti bergerak memainkan daun-daunnya lalu menatanya membuat sarang seadanya. “Agar tidak bosan, kucarikan batang pisang yang tumbuh liar di sekitar camp COP Borneo.”, cerita Amir, perawat satwa di Pusat Rehabilitasi Orangutan satu-satunya yang didirikan putra-putri Indonesia.

Siapa sangka dengan jumlah jarinya yang tidak lengkap ia bisa sangat cepat membuka batang pisang untuk dicari umbutnya, bagian tengah batang pisang. Ia cukup lihai mengandalkan mulut dan gigi-giginya. Hanya dengan sedikit bantuan saja, ia akhirnya bisa menemukan umbut di tengah batang piang. “Bagus Aman.”, pujiku.

Dalam benakku, terlindat perasaan iba dengan Aman. Ia juga sering kali terlihat sulit mengambil potongan buah karena jarinya yang tidak bisa mencengkeram makanan. Sehingga sering buah yang diberikan orangutan Aman terjatuh. “Semangat Aman!”, sambil menatapnya lekat-lekat penuh harapan. (AMIR)

MENGENDUS PERBURUAN DAN PENYELUDUPAN SATWA LIAR DI INDONESIA

Kamis, 30 Juli 2020, Mongabay mengadakan Workshop Daring dengan tema “Mengendus Perburuan Satwa Liar di Lampung”. Mongabay Indonesia bersama dengan journalist Learning Forum yang dipandu Dwi Nugroho Adhiasto yang merupakan seorang Regional Wildlife Trade Specialist, Wildlife Crime Unit ini menjelaskan berbagai hal terkait perburuan dan perdagangan ilegal satwa liar di Indonesia. Mulai dari pelaku kejahatan, modus operandi dan apa yang bisa dan dapat kita lakukan.

Dwi memaparkan bahwa masyarakat dan aparat penegak hukum dapat melakukan usaha preventif dan represif. Mulai dari memperkuat pengamanan di habitat satwa seperti melakukan patroli sampai intimidasi menggunakan teknologi seperti CCTV hingga penanda-penanda pengamanan. Kemudian juga memperketat kontrol dan pemeriksaan di jalur atau pintu keluar masuk peredaran satwa dengan mencatat identitas masyarakat yang melewati jalur tersebut.

Selain itu, Dwi menekankan bahwa penegakan hukum tidak boleh tebang pilih dan kapasitas penyidik untuk kejahatan online harus ditingkatkan. Penggunaan multi regulasi atau UU dapat diberlakukan untuk menindak pelaku kejahatan seperti menggunakan UU Kanrantina, UU Bea Cukai, UU Kementrian Kelautan dan Perikanan, UU Tindak Pidana Pencucian Uang dan lain-lain untuk memberikan hukuman berlapis bagi pelaku kejahatan.

Upaya preemtif seperti sosialisasi maupun penyadartahuan untuk masyarakat yang terlibat dalam perburuan ataupun perdagangan juga diperlukan. Masyarakat lokal sering tidak memahami apa saja kegiatan yang termasuk melanggar hukum. Semoga kejahatan terhadap satwa liar, terutama yang dilindungi di Indonesia dapat berkurang dan diberantas.

“Ayo Orangufriends… kamu ambil peran yang mana? Email kami info@orangutanprotection.com Bersama kita bisa!”, ajak Liany Suwito, juru kampanye non Habitat Centre for Orangutan Protection.

(LIA)

KOLA SUKA PILIH-PILIH MAKANAN

Sejak awal kedatangannya di Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo hingga sekarang, Kola masih beradaptasi soal makanan. Yang perawat ketahui, selama ini ia paling suka pisang dan baru pepaya. Belakangan ini juga mulai menyukai nanas. Oh… ada lagi, buah naga juga mulai disukainya.

Mulanya tiap pagi nafsu makannya kurang baik, selalu menyisakan makanan. Tapi ada kalanya ia terlihat makan dengan lahapnya di pagi hari meskipun tetap menyisakan buah yang tidak digemarinya.

Beberapa kali sudah diberikan varian makanan seperti jagung, singkong, terong, tomat, jeruk tapi ketika ditunjukkan isi kerangjang buah… pasti ia akan langsung mengambil pisang. Maka tak heran banyak tupai yang suka mendatangi kandang Kola karena banyak buah yang disisakan olehnya. “Kola… Kola… kamu koq pilih-pilih sih. Kita kan bingung!”. (WID)