2015 was remarkable! A great step was taken to bring the orangutans back to their natural habitat. It began as we were moving the orangutan from Samarinda to the new Rescue Center in Labanan Forest followed by preparation of pre-release process. An island is purchased for the pre-release with fund raised from the Sound for Orangutan concerts in Yogyakarta and Samarinda. The orangutans might not have to wait for a long time to be released back into their natural habitat this year.
This Rescue Center would also be a new hope for the orangutans which previously lived under a sorely bad upkeep. Unyil is of such examples. He was raised in a small wooden crate placed in a toilet. As you read this report, Unyil is learning to be a wild orangutan in Forest School. He is learning to climb, to make a nest and to find natural foods.
This case is one of our reasons why we urgently have to fight against illegal wildlife trades. The trades could be stopped only when the law is strictly enforced. Prison is the best classroom for the traders to learn understanding the reason why the wildlife should not be traded. News in the media about law enforcement is the best way in educating the animal lovers that they should not think little of wildlife. This is why we work really hard together with the law enforcement officer pursuing the wildlife trader with the intention that the illegal upkeeps of orangutan could be stopped.
2015 was burning. The El Nino phenomenon, land burning, and land-speculators’ effrontery has caused an outstanding breakdown. We have made a very well preparation. SOP was established and equipment was prepared. Simulations took place in order to anticipate the forest fire. Together with the local partners, we made a made a huge effort to stop the fire and ultimately securing the orangutans in Sungan Wain Protection Forest and Tanjung Puting National Park. The fire has narrowed the habitats of orangutans. Now the orangutans have to compete harder for living space and food. Conflict with the society becomes unavoidable. It means that our rescue team has to work even harder and the rescue center must always be ready to have new refugees.
It seems so difficult, but we are very optimistic that we will make it through, because we have you, the proud and militant Orangufriends. In addition, it is such a fortune for us to have new staffs that are young and highly dedicated. No question, because they are alumni from COP School. Bintang Dian Pertiwi will serve as the legal staff. Her job is to fight against wildlife crime. Ade Fitria Alfiani, this vet will join the APE Crusader Team. And the last is our new communication assistant, Zakia Kusumaningtyas who speaks English and German well. She will try and make effort to raise public support.
Meanwhile, we are continuously improving our Orangutan Rescue Center. Bawan Kecil Island is purchased and now it is a house for 7 orangutans before being released. We are currently working hard to raise fund for purchasing Bawan Besar Island and its surrounding land for pre-release program. There are a lot of things to do and having money is not an adequate solution. We have to run socialization and cooperate with the local society to ensure that all goes well. And once again, thank you for Orangufriends who had tirelessly raised fund so that the island and the boat is finally purchased.
There is also a sad story at the beginning of 2016. After almost a year working together with APE DEFENDER to run the Borneo Orangutan Reintroduction Center, the APE Crusader have to back to the road: to fight against the forest criminals. They will do investigations, documentations, and publish their findings to prompt the law enforcement. We are intended that this year would be a hard year for the forest and wildlife criminals. We have a readily well-done plan for it. All we need now is your support: the proud Orangufriends.
2016, JALAN PULANG KE RUMAH
2015 adalah tahun yang hebat. Kita telah mengambil langkah – langkah besar untuk membawa orangutan pulang ke habitatnya alaminya. Dimulai dari memindahkan orangutan dari kebun binatang Samarinda ke Pusat Penyelamatan yang baru di hutan penelitian Labanan hingga mempersiapkan pelepasliaran. Pulau untuk Pra Pelepasliaran sudah berhadil dibeli dengan dana yang dihimpun dari konser musik Sound for Orangutan di Yogya dan Samarinda. Pelepasliaran ke habitat alaminya di sebuah Cagar Alam hanyalah soal waktu belaka di tahun 2016.
Pusat Penyelamatan ini juga menjadi harapan baru bagi orangutan yang sebelumnya menjalani hari – hari yang buruk di peliharaan ilegal. Unyil adalah salah satu contohnya. Selama kurang lebih 5 tahunan, dia tinggal di dalam peti kayu di dalam sebuah toilet. Saat anda membaca laporan ini, Unyil sedang belajar menjadi orangutan liar di sekolah hutan. Dia belajar memanjat pohon, membuat sarang dan menemukan pakan alami.
Bagi kami, kasus Unyil adalah alasan kenapa kami harus memerangi perdagangan satwa liar. Hanya dengan penegakan hukum yang keras, perdagangan dapat dihentikan. Penjara adalah ruang kelas terbaik bagi para pedagang untuk belajar memahami kenapa satwa liar tidak boleh diperdagangkan. Berita di media mengenai penegakan hukum adalah bentuk sosialisasi terbaik untuk masyarakat pecinta satwa agar tidak main – main dengan satwa liar. Karena itulah kami bekerja keras bersama aparat penegak hukum memburu para pedagang satwa liar agar trend pemeliharaan orangutan secara illegal dapat segera berakhir. 2 orang berhasil dipenjara dan 4 bayi orangutan telah berhasil diselamatkan selama tahun 2015.
2015 juga tahun yang sangat panas. Gejala alam El Nino, budaya bakar untuk membuka lahan perladangan dan ulah spekulan tanah adalah kombinasi yang daya rusaknya luar biasa. Kami telah mempersiapkan diri dengan baik. SOP disusun dan peralatan disiapkan. Simulasi dilakukan untuk mengantispasi kebakaran. Kami berhasil melaluinya dengan baik saat kebakaran hebat itu terjadi. Kami juga tidak tinggal diam melihat api mengancam orangutan di Hutan LIndung Sungai Wain dan Taman Nasional Tanjung Puting. Bersama dengan mitra setempat, kami bekerja bahu membahu memadamkan api. Kebakaran juga menyebabkan semakin menyempitnya habitat. Orangutan harus bersaing lebih keras untuk memperebutkan ruang hidup dan pakan. Konflik dengan masyarakat menjadi tak terhindarkan. Ini artinya tim penyelamat kami harus bekerja keras lagi dan pusat penyelematan harus selalu dalam keaadaan siap untuk menerima pengungsi baru.
Meskipun nampak berat, kami sangat optimis untuk dapat melaluinya, karena kami punya anda, para Orangufriends yang bangga dan militan. Selain itu, kita juga sangat beruntung mendapatkan staff – staf baru yang muda dan berdedikasi tinggi. Wajar mereka adalah para alumni COP School. Mereka adalah Bintang Dian Pertiwi. Dia akan bertugas sebagai staff legal. Tugasnya memerangi kejahatan terhadap satwa liar. Selanjutnya ada Ade Fitria Yuliani. Dokter hewan ini akan bertugas sebagai kru APE Crusader dan yang terakhir adalah Zakia. Gadis yang mahir berbahasa Ingrris dan Jerman ini siap bekrja sebagai staff komunikasi, dengan tugas mengerahkan dukungan massa.
Sementara itu di Pusat Reintroduksi Orangutan, kami terus berbenah. Pulau Bawan Kecil kini telah dibeli dan ditinggali oleh 7 orangutan. Ini adalah perhentian terkahir sebelum mereka dilepasliarkan pada semester awal 2016. Kami sedang mengupayakan pembelian Pula Bawan Besar dan tanah – tanah disekitarnya untuk mendukung program pra pelepasliaran. Ada banyak hal yang harus dibereskan dalam hal ini. Punya uang saja tidak cukup. Kami harus melakukan sosialisasi dan bekerja dengan masyarakat setempat untuk memastikan semua berjalan sesuai dengan rencana. Sekali lagi, terima kasih untuk Orangufriends yang bekerja tanpa lelah mengumpulkan dana pemebelian pulau dan perahu beserta mesinnya.
Ada juga cerita sedih di awal tahun 2016. Setelah hampir setahun berbaur dengan tim APE Defender menjalankan Pusat Reintroduksi Orangutan Borneo, kini tim APE Crusader harus kembali ke jalanan: memerangi para penjahat kehutanan. Mereka akan menyelidiki, mendokumentasikan dan mempublikasikan temuan mereka agar penegak hukum bergerak. Kami bertekad agar tahun 2016 menjadi tahun yang berat bagi para pembabat hutan, pemburu dan pedagang satwa. Dan kami sudah punya rencana kerja yang matang untuk itu. Saat ini yang kami butuhkan hanya dukungan anda semua: Orangufriends yang bangga.