OCW 2022: SCHOOL VISIT DI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA

Orangufriends ambil bagian dalam “Orangutan Caring Week 2022” mulai dari tim APE Sentinel yang melangsungkan kegiatan lomba mewarnai untuk anak SD di Medan hingga tim APE Guardian yang mensosialisasikan keberadaan orangutan di Busang, Kalimantan Timur. Sementara tim APE Warrior bersama Orangufriends Yogyakarta melakukan kegiatan school visit di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

“Tantangan banget ini menghadapi murid SMA kelas 3 yang akan segera menyelesaikan kegiatan belajar sekolah dan melanjutkan pendidikan di tingkat selanjutnya. COP berharap setelah lulus, mereka dapat bekal pengetahuan tentang konservasi perlindungan orangutan dan habitatnya dan tergerak untuk menjadi generasi penerus dunia konserasi”, ujar Satria Wardhana, kapten APE Warrior. 

Kunjungan ke sekolah kali ini juga dikordinir COP School Batch 12. COP School adalah sekolah atau pelatihan tentang kerja koservasi yang diselenggarakan setiap tahun. Regenerasi adalah fokus utamanya. Randy yag baru saja selesai melakukan presentasi menyampaikan, “Semoga dengan kegiatan ini dapat terus berjalan sesuai dengan harapan kita. Penyadartahuan tentang perlindungan orangutan dan habitatnya harus dilakukan secara menyeluruh ke masyarakat luas”.

Minggu di bulan November memang selalu sibuk untuk orangufriends (relawan orangutan). Besok sekolah mana lagi ya? (SAT)

SELAMATKAN SECEPATNYA, SEBELUM TERLAMBAT

COP mendapat laporan dari masyarakat Tegalwaru, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta bahwa ada satwa liar yang masuk ke dalam pekarangan rumah yang hampir memakan ternak milik warga setempat. Tak menunggu lama setelah menerima laporan, tim respon cepat APE Warrior dibantu dua COP School Batch 12 bergegas menuju lokasi untuk mengamankan satwa liar jenis Reticulated python atau Malayopython reticulatus (Yellow variant) sepanjang 2,5 meter berjumlah satu ekor dan kemudian dibawa untuk diobservasi.

Setelah observasi dilakukan selama 1×24 jam, ular tersebut menunjukkan kondisi yang baik. Kondisisinya sehat, gesit, liar serta tidak menunjukkan tanda-tanda luka pada sekujur tubuhnya. Pada hari berikutnya, Senin, 7 November 2022, tim membuka komunikasi dengan salah satu pengurus Kawasan Studi dan Konservasi Burung Hantu (Tyto alba) di Dusun Cancangan, Yogyakarta untuk mencari lokasi soft rilis satwa tersebut. 

“Karena jika ular jenis ini tidak segera diamankan selain berpotensi menyebabkan konflik berkepanjangan di masyarakat, juga berpotensi terbunuh karena anggapan sebagai hama. Bisa juga tereksploitasi kulitnya, dijadikan obat tradisional bahkan dijual menjadi peliharaan sehingga mempercepat kepunahan yang akan berdampak pada ketidakseimbangan ekosistem dan penurunan nilai ekologi yang akan menyebabkan bencana alami berkepanjangan bagi manusia. Jika ada satwa liar yang masuk ke dalam pemukiman, apupun jenisnya, jangan panik, jangan dibunuh dan jangan dilukai. Hubungilah tim Animal Rescue di kota Anda atau institusi seperti BKSDA maupun Damkar”, kata Satria Wardhana, kapten APE Warrior.

Urban Wildlife Conflict atau konflik satwa liar perkotaan sangatlah sering dijumpai bagi mereka yang tinggal dekat dengan rawa, hutan, bukit, persawahan, danau, sungai, pantai, gambut maupun pegungungan yang berpotensi mempunyai nilai ataupun komoditas yang menghasilkan ekonomi. Urban Wildlife Conflict adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hewan yang telah menyesuaikan gaya hidup mereka untuk tinggal di kota dan daerah pinggiran kota. Terlepas dari upaya awal manusia untuk membersihkan kota dari satwa liar, mereka akhirnya kembali dan berbaur dengan kehidupan perkotaan dengan sangat mulus. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh keputusan orang-orang di kemudian hari untuk menanam pohon, membangun taman dan meningkatkan kebersihan umum di kota untuk manfaat kesehatan dan ekonomi yang tidak mengejutkan bagi manusia itu sendiri. (SAT)

APE CRUSADER, TIM GARIS DEPAN HABITAT ORANGUTAN

Bulan lalu, saya masih seorang mahasiswa kehutanan. Berbeda dengan sekarang, menjadi bagian dari tim APE Crusader. Tak ada jeda setelah berjuang dengan skripsi, kini masih juga berjuang dengan kenyataan di lapangan. COP School Batch 10 adalah perkenalan pertama saya dengan Centre for Orangutan Protection, berkesempatan menjadi relawan di BORA (Bornean Orangutan Rescue Alliance) sekaligus PKL di pusat rehabilitasi orangutan yang berada di Berau, Kalimantan Timur. Saya, Hilman Fauzi.

Keluar-masuk hutan Kalimantan Timur, tersesat di jalan konsesi yang di dalam hutan bahkan berjumpa orangutan liar di habitatnya langsung menjadi pengalaman yang luar biasa di awal saya bekerja untuk orangutan. Perjumpaan dengan orangutan liar secara langsung di habitatnya yang vegetasinya masih bagus diselingi suara-suara satwa lainnya di antara pepohonan besar dan ternyata mereka adalah satwa endemik Kalimantan seperti Lutung Merah, Rangkong, Owa Kalimantan dan lainnya.

Terkadang, tidak selalu kabar baik yang datang. Laporan orangutan masuk kampung atau orangutan berada di pinggir jalan bahkan laporan orangutan menyeberangi jalan yang viral baru-baru ini membuat tim APE Crusader harus kembali ke lokasi walau waktunya libur.

Kemunculan orangutan sebenarnya bukanlah hal yang baru. Bahkan pada tahun 2011, ketika Centre for Orangutan Protection sedang berdiri di pinggir jalan dan berusaha menjelaskan kemunculan orangutan di pinggir jalan di depan kamera yang sedang merekam, orangutan dengan santainya menyeberangi jalan tersebut. Lalu, apa yang seharusnya kita lakukan ketika berjumpa dengan orangutan? (HIL)

ENRICHMENT BAMBU UNTUK UCOK DAN MUNGIL DI YKAY

Ucokwati dan Mungil adalah dua dari tujuh orangutan yang berada di Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta (YKAY) atau Wildlife Rescue Center (WRC) Yogyakarta. Induk dan anak ini berada di ujung blok kandang yang teduh di bawah pepohonan.

Hari ini, kita memberikan sesuatu yang spesial untuk menemani sore harinya. Sebuah enrichment dalam bentuk snack terbuat dari bambu dengan isian beberapa potongan-potongan buah, diberi sedikit selai kancang dan dibalut dengan akar pohon yang sudah direndam madu.

Setelah makan siang, rencananya kelimabelas paket enrichment akan dibagikan. “Ada primata lain yang kebagian juga loh. Owa 5 paket dan Macaca 3 paket”, ujar Satria Wardhana, kapten APE Warrior. APE Warrior adalah tim Centre for Orangutan Protection yang bekerja di pulau Jawa. Fokus pekerjaannya adalah membantu satwa yang membutuhkan pertolongan selain itu juga sebagai poros relawan satwa. Kegiatan pengayaan kandang di WRC Yogya juga tidak lepas dari bantuan para relawannya.

Ibu dan anak orangutan ini saling berebutan untuk mendapatkan enrichment yang diberikan. Bambu diendus-endus, Ucokwati dan Mungil terlihat sangat antusias. Membolak-balik bambu dan diluar dugaan, orangutan Ucokwati sangat rapi dalam membuka ikatan akar dan penutup lubang ruas bambu. Sedangkan Mungil membentur-benturkan bambu ke tembok kandang. Mungil sangat tergesa-gesa untuk menikmati isinya bambu. Bambu dikaitkan ke sela-sela besi kandang dan krak… bambu pecah, Mungil mengambil buah-buahan yang menyembul dari bambu.

Orangutan sudah lama dikenal sebagai salah satu primata yang cerdas. Orangutan juga satwa liar yang memiliki kekuatan luar biasa. Kebayangkan, kalau saja tangan mu ditariknya. Pemberian enrichment pada orangutan yang berada dalam kandang adalah salah satu cara untuk tetap membuatnya sibuk dan mengasah insting liarnya seperti indra pencium untuk menemukan makanan dan menyelesaikan masalahnya. (SAT)

ALUMNI COP SCHOOL BUKA POSKO BANTUAN SATWA DI MAMUJU

Dokter hewan satu ini adalah salah satu orang yang berinisiatif untuk membuka posko bantuan terhadap kesehatan satwa sesaat setelah gempa berkekuatan 6,2 magnitudo mengguncang kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat pada Jumat (15/1/2021). Drh. Fikri Ma’ruf namanya, dia seorang alumni COP School batch 7 yang juga jebolan FKH UNAIR, saat ini bertugas sebagai dokter hewan di Dinas Peternakan dan Pertanian Kabupaten Mamuju.

Posko kesehatan satwa tak hanya membagi pakan satwa namun juga memberikan pelayanan medis gratis untuk satwa yang terdampak gempa. Bersama tim APE Warrior yang telah berpengalaman menangani satwa terdampak bencana alam melakukan street feeding. Sehingga kegiatan ini mendapat apresiasi dari warga karena pada saat satwa peliharaan ditinggal oleh pemiliknya mengungsi, satwa-satwa seperti anjing dan kucing masih mendapatkan perlakuan yang layak dengan adanya street feeding pada pagi dan sore hari.

Semua kegiatan ini dilakukan dengan ikhlas tanpa pamrih oleh drh. Ma’ruf dan timnya demi membantu satwa yang terdampak bencana alam gempa bumi Mamuju. “Tulisan ini didedikasikan untuk para punggawa COP School agar tetap semangat dan terus berjuang demi satwa, baik itu satwa lia maupun satwa domestik,” ujar Ibnu Ashari, alumni COP School batch 1. (NOY)

PENDATAAN KURA-KURA BAJUKU DI WRC JOGJA

Kamis, 27 Agustus 2020, Orangufriends Nana, Angel dan Zain bersama mahasiswa magang dari Universitas Teknologi Yogyakarta yaitu Ilham mengunjungi WRC di Kulon Progo, Yogyakarta dalam rangka membantu proses pendataan dan pemindahan kura-kura bajuku. Kura-kura bajuku (Ortilia borneensis) yang saat ini juga berstatus terancam punah (IUCN) ini merupakan satwa translokasi yang sudah berada di WRC sejak tahun 2003.

Selain pendataan, pemisahan dan pemindahan kura-kura dari satu kandang ke kandang lainnya dilakukan berdasarkan jenis kelamin dan usia. Kura-kura dikeluarkan dari kandang, lalu pengukuran plastron atau bagian perut dan karapas atau bagian tempurung dicatat. Selanjutnya pemberian nomor dan penyuntikan vitamin. Sekalian pemeriksaan kesehatan, kura-kura yang mengalami luka atau sakit juga segera diobati. Secara keseluruhan terhitung ada sekitar 40 kura-kura yang didata.

Nana yang merupakan alumni COP School batch 6 dan merupakan mahasiswa kedokteran hewan menyatakan, “Senangnya bisa belajar secara langsung dari dokter hewan di lapangan yang ilmunya sulit didapatkan dari kampus.”. Belajar bisa dimana saja dan kapan saja. Keuntungan menjadi bagian Orangufriends, memang seru! (LIA)

TUJUH BURUNG KEPAKKAN SAYAPNYA DI TN BALURAN

Selesai sudah pelepasliaran satwa liar jenis aves ke Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Ketujuh burung kembali ke alam, walau dengan usaha yang tidak mudah dan murah. “Perjalanan tim APE Warrior dari Yogyakarta ke TN Baluran saja sudah memakan waktu sembilan jam. Itu belum persiapan sebelum keberangkatan. Setibanya di TN Baluran juga tidak serta merta dilepaskan, tetapi juga harus melalui habituasi, baru kemudian bisa dilepaskan. Sudah selesai? Belum, masih ada monitoring, apakah satwa mampu bertahan hidup di habitat barunya atau tidak.”, sedikit penjelasan dari Hery Susanto, Centre for Orangutan Protection.

Tiga individu elang dan empat individu merak akhirnya mengepakkan sayapnya di alam pada 15 Juli 2020 ini. Pintu kandang habituasi dibuka oleh Kepala Balai Taman Nasional Baluran bersama kepala BKSDA Yogyakarta. Keempat relawan orangutan (Orangufriends) yang ikut menghela nafas lega. “Senang sekali, akhirnya mereka dapat bebas.”, ujar Netu yang merupakan alumni COP School 10 dari Jakarta.

“Cuti lima hari untuk ikut pelepasliaran lebih bermakna.”, kata Angga lagi. Sementara Rebi yang saat ini sedang WFH (Work From Home) tanpa aktivitas menjadikan kegiatan relawan kali ini lepas dari karantina di kost-kostan yang telah berlangsung selama empat bulan. Pelepasliaran satwa liar di tengah pandemi COVID-19 memiliki arti tersendiri untuk para relawan. Merasakan karantina selama pandemi berlangsung menjadikan kita dapat merasakan bagaimana satwa liar hidup di dalam sangkar. Seindah apapun sangkar itu, akan lebih baik berada di habitat alaminya.

WORLD CHALLENGE MENGENAL ORANGUTAN

Rabu kemarin (17/7/19), COP bersama orangufriends diberi kesempatan untuk mengisi sesi acara school group programme di Wildlife Rescue Centre (WRC) Jogja untuk menjelaskan tentang apa yang COP kerjakan untuk orangutan dan satwa liar. Peserta acara tersebut merupakan siswa siswi SMA dari UK yang tergabung dalam serangkaian kegiatan World Challenge. Selama 6 hari, mereka menetap dan berkegiatan di WRC untuk belajar tentang satwa liar, membantu memperbaiki enclosure dan membuat enrichment untuk satwa liar yang ada di WRC. 

Acara dimulai pukul 19.30 setelah makan malam. Sekitar 15 orang berkumpul di lobi WRC Jogja untuk mendengarkan presentasi yang disampaikan oleh Sari Fitriani. Dalam presentasi tersebut dijelaskan tentang apa yang dilakukan oleh COP untuk orangutan, dan satwa liar dari investigasi, kampanye, rescue, rehabilitasi, rilis, edukasi hingga melawan perdagangan satwa liar. Selain itu, juga diputar beberapa video seperti Lara Pongo, proses pelepasliaran orangutan dan monitoring paska pelepasliaran. Mereka terlihat sangat antusias dan tersentuh saat menyaksikan video-video tersebut.

Di akhir presentasi mereka menanyakan beberapa pertanyaan, seperti mengapa banyak orang yang mau menyakiti orangutan, apakah budaya masyarakat mengancam keberadaan orangutan dan bagaimana kehidupan dan populasi mereka (orangutan) sekarang ini, apakah membaik atau tambah buruk. Jawabannya adalah masih banyak sekali orang-orang yang tidak sadar seberapa penting menjaga orangutan dan hutan yang ada untuk masa depan. Dan bukan budaya yang menjadi ancaman orangutan, namun pihak-pihak serakah yang ingin meraup keuntungan besar dengan mengubah hutan tempat tinggal orangutan atas nama industri dan memperjualbelikan orangutan atas nama uang. Tidak dapat dikatakan bahwa populasi orangutan saat ini membaik karena deforestasi terus terjadi. Di akhir sesi, mereka mengucapkan terima kasih atas kerja Centre for Orangutan Protection dan berharap mereka juga dapat membantu untuk kehidupan orangutan yang lebih baik kedepannya. (SAR)

ORANGUFRIENDS BALI THWARTED WILDLIFE TRADE

On March 21th 2019, Orangufriends Bali found a post on Facebook which contains an advertisement to sell a protected species. The seller posted the ad in Facebook group for cat lovers for Bali area. In the pictures he shared, there was a forest cat cub. The seller stated that the cub was two months old and a female, and he is selling it for Rp 850,000. On the comment section, some of the group members tried to warn him that forest cat is a protected species therefore it is illegal to put them for sale, but he ignored them.

Promptly, Orangufriends Bali reported the case to the authorities, BKSDA Bali. They responded the report effectively and responsively. However, BKSDA requires the exact location of the seller in order to follow up the report, so Orangufriends Bali pretended to be interested to purchase the cub. Once the seller has agreed on a location and time to meet, Orangufriends bali informed BKSDA team and they went to the location as soon as possible.

When the transaction was happening, BKSDA team ambushed the seller. The seller and BKSDA team had a conversation for a while, and later the seller and the cub was taken to the authorities office. The cub is currently safe at the Animal Rescue Center of Tabanan area where she will be examined and reviewed, and released in the future if possible. The case is currently handled by Polda Bali and the seller is still under police investigation. (Zahra_COPSchool)

ORANGUFRIENDS BALI GAGALKAN PERDAGANGAN SATWA LIAR
Pada tanggal 21 Maret 2019, Orangufriends Bali menemukan penjual satwa dilindungi di Facebook. Penjual tersebut menjajakan dagangannya melalui sebuah grup pecinta kucing di area Bali. Di foto yang penjual berinisial A tersebut bagikan, terdapat seekor kucing hutan yang masih cukup muda. Penjual mengaku bahwa kucing hutan tersebut berumur 2 bulan dan berjenis kelamin betina, dan dijual dengan harga Rp. 850,000 saja. Pada foto kucing hutan tersebut, beberapa anggota grup sudah mengingatkan kepada penjual bahwa kucing hutan adalah satwa yang dilindungi UU sehingga ilegal untuk diperjualbelikan, namun tidak digubris oleh penjual.

Orangufriends Bali kemudian segera melaporkan kejadian tersebut ke BKSDA Bali. Laporan ditanggapi dengan cukup efektif dan responsif. Namun tim BKSDA membutuhkan posisi tepat pelaku agar dapat segera ditindaklanjuti. Setelah terjadi kesepakatan waktu dan tempat untuk transaksi, Orangufriends Bali segera menginformasikan ke tim BKSDA, dan mereka pun bergegas ke tempat yang sudah ditentukan.

Saat transaksi berlangsung antara penjual dan Orangufriends Bali, tim BKSDA langsung melakukan penggerebekan. Sempat terjadi diskusi antara penjual dan tim BKSDA, dan akhirnya pelaku dan 1 ekor kucing hutan diamankan ke kantor BKSDA. Satu ekor kucing hutan tersebut saat ini berada di Pusat Penyelamatan Satwa area Tabanan untuk dilakukan pemeriksaan, kemudian dilepasliarkan di masa mendatang bila memungkinkan. Berkas kasus ini sudah dilimpahkan ke Polda Bali dan pelaku masih dalam pemeriksaan polisi. (Zahra_COPSchool)

SCHOOL VISIT TO SMAN 1 BANGUNTAPAN

A month has passed since the COP School Batch 9. Campus activities are busy, but it does not mean neglecting assignments, visits to schools. Alfikri, Aulia, Elsa, Wulan and Wildan together with DigiYouth #BhayPlastik and Gajahwong School shared their knowledge to SMAN 1 Banguntapan, Ngentak, Bantul, Yogyakarta. “Oops … back to school? Yes, but not in hisghscool uniform anymore. In the past I was in high school uniform but this time I came to share about orangutans.”, Alfikri said.

There were 53 students who had gathered in the school hall. Ms. Nurul Supriyanti who represented the Head of SMAN 1 Banguntapan appreciated this ‘school visit’ activity because it can enrich students’ knowledge. Wulan (COP School Batch 9) continued the session with information on animal welfare that can be assessed from animal stereotypic behavior. Furthermore, to avoid these behavioral aberrations, animals must be given enrichment.

Students were also invited to play the Kahoot! Game. There were nine questions about the material presented earlier. Who are the orangutans, what are the threats, and the results 68.06% of the questions are answered correctly. “Not bad …a two hour-session mixed with plastic hazard information, the insistent information can be digested by the students of SMAN 1 Banguntapan.”, Said Wulan relieved, after the school visit was over.

For those who want to be visited by the COP, please contact info@orangutanprotection.com or leave a message on COP’s social media directly. (EBO)

SCHOOL VISIT KE SMAN 1 BANGUNTAPAN

Sebulan sudah COP School Batch 9 berlalu. Aktivitas kampus juga padat-padatnya. Tapi tak berarti abai pada tugas, kunjungan ke sekolah-sekolah. Alfikri, Aulia, Elsa, Wulan dan Wildan bersama DigiYouth #BhayPlastik dan Sekolah Gajahwong berbagi pengetahuan ke SMAN 1 Banguntapan, Ngentak, Bantul, Yogyakarta. “Ups… balik lagi ke sekolah? Iya, tapi tidak dengan seragam sekolah lagi. Kalau dulu aku yang berseragam SMA kali ini aku datang untuk berbagi tentang orangutan.”, ujar Alfikri.

Ada 53 murid yang sudah berkumpul di aula sekolah. Ibu Nurul Supriyanti yang mewakili Kepala SMAN 1 Banguntapan mengapresiasi kegiatan ’school visit’ ini karena dapat menambah pengetahuan. Wulan (COP School Batch 9) melanjutkan informasi tentang kesejahteraan satwa yang bisa dinilai dari stereotypic behavior satwa. Selanjutnya untuk menghindari penyimpangan prilaku tersebut, satwa harus diberi ‘enrichment’.

Tak lupa, murid-murid diajak bermain game Kahoot!. Ada sembilan pertanyaan tentang materi yang disampaikan tadi. Siapakah orangutan, apa saja ancamannya dan hasilnya 68,06% pertanyaan dijawab dengan benar. “Not bad lah… dua jam penuh bercampur dengan informasi bahaya plastik, informasi yang bertubi-tubi tersebut bisa dicerna adik-adik SMAN 1 Banguntapan.”, kata Wulan lega, setelah school visit usai.

Untuk yang sekolahnya mau dikunjungi COP langsung hubungi info@orangutanprotection.com atau bisa langsung tinggalkan pesan di media sosial COP.