JEJAK HUTAN DI TENGAH KOTA MEDAN PADA ABELII FEST BATCH 3

“Ma, ada orangutan di mall!”, seru seorang anak kecil sambil menarik tangan ibunya di depan sebuah ruang pameran di lantai 2 Manhattan Times Square, Medan. Mall yang biasanya penuh hiruk-pikuk belanja kini terasa berbeda. Pada 14-17 November 2024, Abelli Fest Batch 3 membawa suasana hutan dan habitat orangutan ke tengah kota. Jejeran foto hasil dokumentasi Sumatran Rescue Alliance (SRA), diorama sarang orangutan, hingga peralatan enrichment tersusun rapi, menghadirkan pengalaman seolah berada di tengah hutan. Bahkan, tanda-tanda keberadaan orangutan Tapanuli yang ditemukan tim APE Patriot ikut dipamerkan, membuat pengunjung merasa seperti seorang penjelajah.

Hari pertama dimulai dengan penuh semangat. Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alama Sumatera Utara, Novita Kusuma Wardhani S.Hut., M.AP., M.Env., memotong pita pembukaan dengan senyum antusias. Setelah itu, para tamu dan pengunjung diajak berkeliling pameran, didampingi relawan orangutan (Orangufriends) yang menjelaskan setiap detail dengan penuh dedikasi. Di sore hari, talkshow tentang Konservasi Orangutan Sumatra mengisi ruang pameran. Para panelis membagikan cerita dari lapangan, menyentuh hati pengunjung.

Pada hari kedua, suasana semakin meriah dengan kompetisi ‘Abelii Quiz’ yang diikuti tiga sekolah. SMA Negeri 13 Medan keluar sebagai juara, disambut sorak-sorai pendukungnya. Sementara itu, PMI dan Yayasan HOPE membuka stand donor darah, mengundang pengunjung untuk berkontribusi lebih jauh. Antusiasme pengunjung terus meningkat, membawa energi yang terasa sampai ke sudut-sudut ruang pameran. Hari itu, lebih dari 100 orang datang, meninggalkan ruang dengan penuh kesan.

Hari ketiga dikhususkan untuk anak-anak. Siswa TK berpartisipasi dalam lomba mewarnai, menghasilkan gambar-gambar orangutan penuh warna. Setelah itu, mereka mendengarkan dongeng tentang orangutan yang disampaikan Orangufriends, mata mereka berbinar penuh imajinasi. Pada malam harinya, pengunjung memadati ruang pameran hingga relawan harus bekerja ekstra untuk melayani semua pertanyaan. Pameran malam itu hidup dengan tawa dan rasa ingin tahu yang tulus.

Hari terakhir menjadi puncak inspirasi dengan tema literasi. Workshop kepenulisan yang dipandu Abdul Halim dan Titan Sadewo mendorong peserta untuk mencurahkan pikiran mereka dalam tulisan. DI sore hari, suasana tenang menyelimuti pameran saat komunitas Medan Book Party mengadakan ‘silent reading’ yang menciptakan suasana penuh refleksi di tengah riuhnya mall. Sebagai penutup, seorang kika asal Aceh, Hafiz Ikram, membawakan lelucon segar yang mengundang tawa riuh. (BUK)

MENGENAL MABAS DAN SEMANGAT KONSERVASI DI TINADA

Sabtu pagi yang sejuk menyelimuti Tinada, Pakpak Bharat, Sumatera Utara. Di sebuah ruang kelas sederhana SDN 030428 Tinada, anak-anak kelas 4, 5, dan 6 duduk denga penuh antusias menunggu kehadiran kami yang selama sepekan ini roadshow edukasi di sekitar lokasi pembangunan sekolah hutan untuk Orangutan Sumatra.

“Anak-anak tahu gak kita mau belajar apa hari ini?”, sapa Bukhori dari tim APE Sentinel COP yang biasanya berada di Medan dan fokus pada penggalangan dukungan publik dan pengembangan edukasi serta penyadartahuan tentang konservasi Orangutan. “Orangutan”, teriak seorang siswa sambil menunjuk boneka orangutan yang dipegang Bukhori. “Betul. Kenalkan, ini Mabas. Mabas adalah orangutan yang hidup di hutan kita. Ada yang tahu apa arti mabas dalam bahasa kita?”, tanya Bukhori. “Orangutan, kak”, jawab seorang anak dengan cepat. Boneka orangutan it langsung mencuri perhatian, bahkan anak-anak kelas 3 yang tidak termasuk dalam kegiatan hari itu mulai mengintip dari jendela. Melihat itu, Nabil tertawa dan mengajak, “Ayo, yang di jendela juga masuk saja. Tapi duduknya rapi ya”.

Orangutan dan perannya di hutan, seperti anak-anak yang punya peran di keluarga, sekolah, dan lingkungannya. Ketika Bukhori bertanya apakah ada yang pernah melihat orangutan secara langsung, seorang anak mengangkat tangan. “Kak, saya pernah melihat orangutan di ladang ayah saya. Tapi dia cuma duduk, gak ganggu”, jelasnya. “Orangutan memang biasanya hanya mencari makan. Mereka gak mau mengganggu manusia. Yuk kita bermain “pemburu dan Penebang”, ajak Bukhori. Melalui permainan ini, siswa diajak merasakan bagaimana rusaknya hutan akibat perburuan dan penebangan liar. Menariknya, seorang siswa kelas 5 dengan percaya diri mampu menjelaskan filosofi permainan tersebut dengan lugas. Tiba waktunya tim berpamitan, meninggalkan Tinada yang penuh semangat demi kehidupan satwa liar yang lebih baik. (DIM)

SEMANGAT KONSERVASI DI TENGAH RINTIK HUJAN UNTUK SD MUHAMMADIYAH 1 SIDIKALANG

Hanya di seberang jalan, tim APE Sentinel pun melanjutkan mengunjungi SD Muhammadiyah 1 Sidikalang. Meski ritik hujan terus membasahi kota, semangat tak pudar. Kali ini ada 50 siswa dari berbagai kelas dan enam orang guru pendamping menyambut tim edukasi Centre for Orangutan Protection dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara Seksi Kerja Wilayah (SKW ) 1 Sidikalang. Sedikit berbeda, dengan bantuan boneka orangutan, Bukhori menyapa anak-anak yang sedang terpaku, “Ini siapa namanya?”, sambil menggerak-gerakkan boneka. “Orangutan!”, seru murid yang duduk di tengah-tengah. “Betul sekali! Orangutan adalah satwa yang sangat pintar dan juga penting untuk hutan kita”, timpal Bukhori, membuat semua anak mendekat, penasaran dengan kisah orangutan.

Bukhori pun mengajak seorang siswa maju ke depan untuk menggambarkan skema rantai makanan. Melalui diskusi inetaraktif, siswa dan guru mulai memahami bahwa satwa liar, termasuk orangutan memiliki peran tak tergantikan dalam menjaga keseimbangan alam. Anak-anak pun diajak untuk berhitung dan mulai berkelompok. Kali ini permainan seru antara kelompok satwa liar, pohon, pemburu, dan penebang membuat kegaduhan di ruangan. Mereka berlarian dengan penuh semangat, mensimulasikan kerusakan hutan akibat perburuan dan penebangan liar. Semakin ramai saat dua guru mereka pun ikut bergabung, berlari bersama siswa. “Lindungi pohonmu! Jangan biarkan ditebang!”, teriak salah satu siswa sambil melindungi teman-temannya yang menjadi pohon.

Gerimis pun mulai deras, seluruh siswa dan guru memberikan tanda dukungan pada konservasi orangutan di kertas putih. Tak lupa kami semua berfoto bersama di depan kelas dengan harapan bahwa semangat konservasi yang telah ditanamkan akan terus tumbuh dan menginspirasi generasi muda Sidikalang. (DIM)

HUJAN BUKANLAH PENGHALANG SCHOOL VISIT DI SMP MUHAMMADIYAH 51 SIDIKALANG

Hujan deras mengguyur kota Sidikalang sejak pagi buta. Udara pun terasa dingin menusuk tulang. Namun itu bukan halangan bagi tim APE Sentinel dan BBKSDA Sumut SKW 1 Sidikalang untuk menuju SMP Muhammadiyah 51 Sidikalang. Benar saja, ruang kelas telah disulap menjadi aula sederhana dengan 75 siswa dari kelas 7, 8, dan 9 yang telah tertata rapi. Awalnya memang masih canggung, apalagi suara air hujan di atap seng cukup mendominasi.

Bukhori dari tim APE Sentinel COP (Centre for Orangutan Protection) dengan senyum hangat maju ke depan dan menyapa, “Selamat pagi semuanya!”. “Pagi, Kak!”, balas beberapa siswa dengan suara kecil. “Wah, ini kok seperti suara hujan ya? Kita harus lebih semangat! Yuk, kita mulai dengan tepuk semangat! Ikuti saya , ya.”. “Tepuk semangat!”, serunya sambil bertepuk tangan dengan ritme unik. Para siswa, meski sedikit ragu awalnya, perlahan mengikuti. Suara tawa mulai terdengar ketika beberapa siswa salah mengikuti gerakan.

Setelah suasa mencair, Hafsah, anggota tim SKW 1 Sidikalang mulai menyisipkan tebak-tebakan. “Siapa yang tahu, orangutan tinggal dimana?”, tanyanya. “Di hutan”, jawab salah satu siswa. “Betul. Tapi bukan sembarang hutan ya. Orangutan Sumatera tinggal di hutan tropis seperti di SUaka Margasatwa Siranggas”, jelas Hafsah sambil menunjukkan peta. Diskusi semakin hidup ketika pertanyaan tebak-tebakan lainnya diberikan untuk mengasah pemahaman siswa dalam mendengarkan penyampaian.

Sampai pada permainan “Pemburu dan Penebang” dimulai, para siswa pun semakin terpacu adrenalinnya, berlarian di dalam aula. “Ayo, ayo, lindungi pohonmu!”, seru Reza memprovokasi siswa yang terlalu fokus pada pemburu. Ini adalah permainan yang menunjukkan bahwa perburuan liar dan penebangan hutan merusak rumah satwa seperti orangutan. Kalau kita tidak menjaga hutan, satwa-satwa itu tidak akan punya tempat tinggal lagi.

Hampir dua jam waktu berlalu. Simbol kolaborasi sekolahan dalam mendukung konservasi orangutan pun telah dibubuhkan. Senyum bersama dalam satu frame pun telah diabadikan. Semoga semangat tadi akan terus menyala. Tim pun melanjutkan kunjungan ke sekolah lainnya, masih di kota Sidikalang, Sumatera Utara. (DIM)

MEMBANGUN KESADARAN KONSERVASI DI SMPN 2 KERAJAAN

Pagi itu suasana ruang Laboratorium Komputer SMP Negeri 2 Kerajaan begitu riuh. Sebanyak 50 siswa dari kelas 7, 8, dan 9 tampak penuh semangat meski baru saja selesai ujian tengah semester. Tim APE Sentinel dan SKW 1 Sidikalang tiba dengan senyum ramah, membawa energi baru yang langsung disambut hangat oleh para siswa. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya menyadarkan masyarakat sekitar lokasi pembangunan sekolah hutan yang sedang dikerjakan Centre for Orangutan Protection (COP).

“Apa makanan favorit orangutan?”, tanya Reza dari tim APE Sentinel COP. “Buah-buahan!”, seru siswa serempak. “Benar! Tapi ada lagi yang mereka makan loh. Seperti daun dan kulit pohon”, jelas Reza sambil menunjukkan gambar orangutan di habitat aslinya. SMP yang letaknya sangat dekat dengan rumah orangutan yaitu Suaka Margasatwa Siranggas ini pun menjadi riuh dengan permainan tebak-tebakkan yang nyaris tidak bisa dihentikan. Keseruan memuncak saat permainan “Pemburu dan Penebang” dimulai. Ada siswa yang berperan sebagai pemburu, penebang pohon, dan satwa yang dengan semangat menjaga hutan mereka. Para siswa berlarian dan bercanda gurau sambil menghindari “pemburu” dan menjaga temannya yang berperan sebagai “orangutan”.

Sebagai penutup, para siswa memberikan cap di atas selembar kertas putih besar sebagai tanda dukungan mereka terhadap konservasi orangutan. Harapan besar pada siswa SMPN 2 Kerajaan menjadi bagian generasi muda yang peduli dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan pun disampaikan. Akhirnya tim pamit, “Sampai Jumpa!”. (DIM)

BELAJAR DAN BERMAIN BERSAMA DI SDN 030432 RAHIB

Rabu pagi yang cerah di SD Negeri 030432 Rahib, suasana ceria terasa di halaman sekolah. Sebanyak 34 siswa, didampingi lima guru, berkumpul untuk mengikuti kegiatan spesial bersama tim APE Sentinel dan SKW 1 Sidikalang. Tim memulai kegiatan dengan tepuk semangat, dimana siswa mengikuti irama sambil berteriak menyahuti ajakan tepuk semangat. Suasana semakin hangat ketika Hafsah dari SKW 1 Sidikalang mulai bercerita tentang orangutan, satwa ikonik Sumatra yang membutuhkan perlindungan. Ada tips yang diberikan bagaimana bersikap jika bertemu satwa liar di alam, terutama orangutan.

Keseruan semakin terasa saat permainan kartu “Eat and Run, Ecosystem” dimulai. Siswa diajak memahami bagaimana satwa liar memenuhi kebutuhan makanannya di alam sambil menjaga keseimbangan ekosistem. Permainan ini tidak hanya mendidik tetapi juga memicu imajinasi siswa tentang kehidupan satwa liar. Di tengah permainan, senyum lebar terlihat di wajah mereka saat berhasil memahami konsep pentingnya menjaga keberlanjutan hutan sebagai rumah bagi satwa liar.

Di akhir kegiatan, para siswa dan guru membubuhkan cap tangan mereka di atas kertas besar sebagai simbol dukungan untuk konservasi Orangutan. Tawa ceria pun masih terdengar ketika tim melangkahkan kaki keluar sekolah. Desa kecil ini dengan sekolah dan warganya akan menjadi contoh nyata konservasi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. (DIM)

MARI MENUMBUHKAN KESADARAN LINGKUNGAN DI SMAN 1 SIGUNUNG

Aula SMA Negeri 1 Sigunung pagi itu dipenuhi oleh antusiasme 75 siswa dari kelas XII MIPA dan XI MIPA. Tim APE Sentinel bersama dengan tim SKW 1 Sidikalang tiba dengan semangat, disambut hangat oleh Ibu Tonggos Sihombing, guru pendamping yang penuh energi. “Tahukah kalian bahwa kita punya hutan yang jadi rumah bagi orangutan Sumatera, salah satunya di Suaka Margasatwa Siranggas?”, tanya Hafash, perwakilan SKW 1 Sidikalang. Para siswa mulai mengangguk, beberapa terlihat kagum. “Apa yang terjadi kalau habitat mereka hilang?”, tanyanya lagi. “Orangutan tak punya tempat tinggal, Kak!”, jawab salah satu siswa dengan lantang. “Betul sekali! Itu juga berdampak pada kita sebagai manusia”, jawab Hafsah sambil tersenyum.

Suasana semakin seru saat para siswa diajak bermain permainan “Pemburu dan Penebang”. Permainan ini menjadi refleksi nyata tentang kondisi hutan yang terganggu dan dampaknya terhadap satwa liar. Siswa aktif berpartisipasi, menjawab pertanyaan serta menjawab tebak-tebakan dengan antusias. Salah satu momen menarik adalah cerita seorang siswa yang pernah melihat orangutan singgah di kebun keluarganya tanpa merusak tanaman.Pengalaman ini menjadi titik diskusi yang menggugah pemahaman tentang pentingnya hidup berdampingan dengan satwa liar. Semangat dan rasa ingin tahu siswa menciptakan suasana diskusi yang penuh makna.

Di akhir kegiatan, para siswa membuat tanda tangan dan cap jari di atas kertas besar sebagai simbol komitmen mereka mendukung konservasi orangutan. “Karya ini akan kami pajang di mading sekolah agar semua orang tahu bahwa kita peduli”, ujar Ibu Sihombing dengan bangga. Dengan semangat yang tertinggal di SMAN Sigunung, Tim APE Sentinel yakin bahwa generasi muda Pakpak Bharat akan menjadi penjaga alam yang berani dan penuh tanggung jawab.

APE SENTINEL MENANAMKAN KESADARAN KONSERVASI DI SMAN 2 BINJAI

Kamis pagi yang cerah, suasana di SMA Negeri 2Binjai terasa berbeda. Ruangan kelas XII IPA 1 dipenuhi oleh 35 siswa yang penuh semangat menunggu kedatangan tim APE Sentinel dan relawan orangutan (Orangufriends). Saat tim masuk, mereka langsung disambut oleh Bapak Edi, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan. School Visit kali ini dibuka dengan semangat oleh Orangufriends, Ibnu. “Siapa yang tahu apa itu konservasi?”, tanyanya sambil memandang para siswa yang duduk rapi. Seorang siswa, dengan antusias mengangkat tangan. “Usaha untuk menjaga lingkungan dan satwa kan, Kak”. “Benar sekali, Dina!”, jawab Ibnu. “Dan hari ini kita akan bahas, kenapa konservasi itu penting, khususnya untuk orangutan, penjaga hutan kita”.

Keseruan bertambah saat sesi permainan dimulai. Permainan “Tangan Kusut” memupuk kerja sama tim dan mengajarkan pentingnya kolaborasi dalam menjaga alam. Permainan “Pemburu dan Penebang” mengajarkan siswa tentang dampak buru kerusakan hutan terhadap satwa liar seperti orangutan. Setelah permainan, para siswa denga percaya diri menganalisis hikmah di balik aktivitas tersebut, menunjukkan bahwa edukasi tidak hanya menjadi pengalaman yang menyenangkan, tetapi juga membangun pemahaman yang mendalam. Suasana kelas dipenuhi tawa, refleksi, dan rasa kepedulian yang tumbuh.

Sebagai penutup, tim bersama para siswa dan guru mengambil foto bersama sebagai kenang-kenangan. Poster edukasi tentang orangutan juga diserahkan kepada pihak sekolah, menandai komitmen bersama dalam mendukung konservasi. Kunjungan ini adalah langkah penting dalam mengenalkan Pusat Rehabilitasi Orangutan SRA (Sumatran Rescue Alliance) dan membangun generasi yang peduli terhadap kelestarian satwa dan habitatnya. Harapan besar terpancar dari SMA Negeri 2 Binjai, mereka siap menjadi bagian dari solusi pelestarian lingkungan yang berkelanjutan. (DIM)

APE SENTINEL MENGINSPIRASI GENERASI MUDA DI SMAN 5 BINJAI

Pagi yang cerah di aula semi-outdoor SMAN 5 Binjai diwarnai antusiasme 70 siswa dari kelas XII IPS 1 dan XII MIA 1. Tim APE Sentinel baru saja tiba, disambut hangat oleh Bu WIwi, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan. Dengan senyum penuh semangat, Bu Wiwi membuka acara. “Hari ini, kita akan belajar hal yang sangat penting. Mari buka hati dan pikiran kita untuk mendengarkan cerita dari teman-teman Centre for Orangutan Protection (COP)”, katanya.

Bukhori, staf edukasi COP memulai sesi dengan sebuah pertanyaan sederhana, “Ada yang tahu kenapa orangutan disebut ‘penjaga hutan’?”. Salah satu siswa denga cepat mengangkat tangan. “Karena mereka bantu sebar biji-bijian di hutan, Kak!”. “Betul sekali, hebat!”, jawab Bukhori. “Orangutan itu seperti petani alami. Kalau mereka tidak ada, hutan akan kehilangan salah satu penjaganya. Dan kalau mereka tidak ada, hutan akan kehilangan salah satu penjaganya. Dan kalau hutan hilang, kita juga akan kehilangan banyak hal. Ada yang tahu apa saja?”, tanya Bukhori lagi. “Ada banjir, Kak!”, seru seorang siswi. “Dan udara jadi gak sehat”, siswa lain pun ikut bersahutan menjawab pertanyaan tersebut.

Diskusi berlangsung interaktif dengan siswa aktif bertanya dan memberikan pendapat mereka. Salah satu momen yang paling dinanti adalah permainan “Pemburu dan Penebang”. Melalui permainan ini, siswa diajak memahami perjuangan orangutan dalam bertahan hidup di hutan yang rusak akibat ulah manusia. Ketika permainan usai, siswa dengan percaya diri mampu menjelaskan filosofi permainan tersebut dan menyadari bahwa pelestarian hutan adalah tanggung jawab bersama. Tawa, semangat, dan keingintahuan mereka menciptakan suasana belajar yang hidup. Kegiatan hari itu ditutup dengan penuh apresiasi dari pihak sekolah. Bu Wiwi menyampaikan rasa terima kepada tim atas edukasi yang menyentuh dan memberikan wawasan baru bagi siswa. (DIM)

EDUKASI SERU TENTANG ORANGUTAN DI SDIT PLUS AZ-ZAHRA

“Kak, orangutan itu beneran pintar kayak manusia?”, tanya seorang anak perempuan kelas 5 sambil mengangkat tangan dengan semangat. “Iya, betul sekali!” Jawab Medi dengan senyum. “Orangutan punya kecerdasan luar biasa. Mereka bisa pakai alat sederhana, seperti daun untuk melindungi kepala dari hujan, atau ranting untuk mengambil buah”. Anak-anak di aula langsung bersorak kagum, seakan membayangkan orangutan membawa payung daun di tengah hutan.

Pagi itu, aula SDIT Plus Az-Zahra dipenuhi keceriaan. Sebanyak 220 siswa dari kelas 1 hingga kelas 6 duduk rapi, siap mendengarkan cerita dari tim APE Sentinel bersama Orangufriends Medan yaitu Medi dan Aulia. Dengan gaya bercerita yang seru, Medi mengenalkan kehidupan orangutan, satwa liar yang menjadi ikon penting hutan Indonesia. “Kalau kalian lihat orangutan di alam, apa yang harus kalian lakukan?”, tanya Medi sambil menatap para siswa. “Jangan ganggu! Jangan kasih makan!”, seru dorang anak laki-laki dari kelas 3. “Betul! Hebat kamu!”, puji Aulia sambil memberikan jempol. “Kita harus jaga jarak dan biarkan mereka hidup bebas di habitatnya.”.

Setelah sesi bercerita, suasana semakin seru saat Medi memimpin permainan “Pemburu dan Penebang”. Anak-anak berlari kesana-kemari, berpura-pura menjadi pohon, satwa liar, atau pemburu. Terikan dan tawa memenuhi halaman sekolah. “Ayo, lindungi pohonmu! Jngan sampai ditebang!”. Tim memberikan semangat dan anak-anak berlomba-lomba menjaga ‘hutan’ kecil mereka dari pemburu dan penebang. Ketika permainan usai, seorang guru mendekati Medi dan Aulia. “Kegiatan ini luar biasa. Anak-anak jadi lebih paham pentingnya menjaga alam”, ujar beliau dengan penuh apresiasi.

Kegiatan ditutup dengan sesi foto bersama di halaman sekolah. Semua anak tersenyum lebar, beberapa mengangkat tangan sambil berteriak, “Lestarikan orangutan!”. Hari itu bukan hanya sekedar belajar, tetapi juga langkah kecil untuk menanamkan kesadaran konservasi kepada generasi muda dan menjadi momen penting untuk mengenalkan konservasi orangutan kepada masyarakat Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. (DIM)