Siang itu, sedapatnya sinyal, tim pelepasliaran orangutan Centre for Orangutan Protection yang sedang dalam perjalanan menuju kawasan rilis mendapat informasi ada satu orangutan liar yang akan ikut dilepasliarkan di Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat. Orangutan betina yang berhasil diselamatkan dari kerusakan dan hilangnya habitatnya ini bernama Juliana.
Berbeda dengan orangutan rehabilitasi, Juliana memiliki sifat liar orangutan sesungguhnya. Setiap kali ada orang yang mendekati kandangnya, Juliana akan menunjukkan sikap defensif, memperlihatkan gigi taringnya dan mengeluarkan suara peringatan. Juliana juga terlihat berusaha menggigiti jeruji besi kandang, hingga melukai gusi-gusinya. Kondisi yang sangat memprihatinkan dari orangutan liar yang kehilangan rumahnya.
Setelah mobil berhasil menyeberangi sungai dan melalui perkebunan kelapa sawit akhirnya tiba di desa Long Less, Busang, Kalimantan Timur. Hari sudah gelap, Tim beristirahat di camp APE Guardian COP. Keesokan harinya akan dilanjut 3 jam mengarungi sungai hingga tiba di titik pelepasliaran yang ditentukan.
Juliana menjadi orangutan translokasi pertama di tahun 2025. Tanpa menunggu, sesaat saja pintu kandang angkut diangkat, Juliana pun melesat ke pohon dengan kecepatan yang luar biasa. “Luar biasa, lihat betapa cepatnya dia memanjat!”, seru Dedi, ranger yang bertugas memonitoring orangutan dengan nada kagum. Dalam sekejam, Juliana telah mencapai pucuk pohon, seolah ingin menyapa langit biru dan merasakan angin sejuk. Bebas dari ancaman tambang dan polusi. Orangutan ini pun mengamati kegiatan kami dari atas, melakukan orientasi hingga akhirnya memutuskan arah yang diambilnya. Juliana pun menghilang di kanopi hutan yang lebat, tak ada pergerakan maupun suara darinya lagi. (DIM)