5 Februari 2025, sebuah video pendek menyebar seperti api di media sosial. Gambar buram orangutan besar yang berjalan di tengah kawasan tambang membuat banyak orang tersentak. Di tengah landskap tambang yang gersang, kehadiran makhluk berambut itu terasa seperti seruan permintaan tolong dari alam. Orangutan, spesies yang terancam punah dan dilindungi, tak seharusnya berada di sana. Hutan yang dulu menjadi rumahnya kini berbatasan dengan perkebunan sawit dan kawasan tambang, sebuah dunia yang asing dan penuh bahaya baginya.
Melihat video tersebut, BKSDA Kaltim tak membuang waktu. Dengan sigap, tim WRU SKW II Tenggarong berangkat menyelamatkan makhluk luar biasa ini dari nasib tak pasti. Tim bertemu dengan warga setempat yang pertama kali merekam video viral itu. “Dia muncul di pagi hari, biasanya sendirian”, ujar salah seorang warga dengan mata penuh kekhawatiran. Dari cerita mereka, tim tahu bahwa orangutan ini bukan tamu biasa. Ia adalah individual jantan besar, mungkin tersesat atau terdesak dari habitat aslinya oleh perluasan tambang dan kebun sawit. Ditambah lagi informasi penampakan orangutan tersebut sedang memakan umbut sawit di dekat hutan karet, sebuah tanda bahwa ia berjuang mencari makanan di lingkungan yang tak ramah.
Hutan karet yang lebat dengan tanah basah menyambut mereka, namun tak menghentikan kesigapan tim untuk menyelamatkan orangutan tersebut. Di antara pepohonan, orangutan jantan perkasa dengan bobot lebih dari 70 kg membuat tim terkagum-kagum, tapi bukan saatnya. Orangutan adalah satwa cerdas dan kuat, menyelamatkannya bukanlah tugas yang mudah. Diperlukan koordinasi yang matang untuk memblokir pergerakan orangutan. Senjata bius disiapkan, jaring diatur, dan setiap anggota tim penyelamatan mengambil posisi. Jantung mereka berdegup kencang saat menunggu momen yang tepat. “Sekarang!”, seru salah seorang anggota tim dan sebuah peluru bius melesat mengenai sasaran dengan presisi. Ketegangan belum usai, Orangutan itu memanjat pohon dengan gerakan pelan lalu dengan keadaan tidak sadarkan diri terjatuh pada jaring yang sudah ditarik tegang anggota tim. Usianya sekitar 17 tahun, masih muda, tanpa luka namun cukup besar untuk menjadi simbol kekuatan alam yang rapuh di tangan manusia. Evakuasi selesai, tetapi misi belum berakhir. Anshar begitu namanya, akhirnya dibawa menuju Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat, sebuah kawasan yang masih hijau dan liar, tempat ia kembali menjadi bagian dari alam.
Rabu, 12 Februari pukul 13.00 WITA, di tengah lebatnya hutan, kandang angkut Anshar dibuka. Matahari siang menyelinap melalui kanopi hutan, menerangi rambutnya yang bercahaya. Dengan langkah ragu namun penuh makna, Anshar melangkah keluar. Udara segar hutan memenuhi paru-parunya dan suara burung serta gemerisik daun seolah menyanyikan lagu penyambutan. Ia menoleh sekilas ke arah tim yang telah menyelamatkannya, lalu menghilang ke dalam lebatnya hutan, kembali ke tempat ia seharunya berada. Translokasi Anshar bukan sekedar akhir dari sebuah operasi penyelamatan, di bawah naungan pohon-pohon tinggi, Anshar melangkah menuju kehidupan barunya. Mungkin suatu hari, anak-anaknya akan mengisi hutan dengan kehidupan. Dan mungkin, cerita ini akan terus menginspirasi kita untuk tidak menyerah pada pelestarian alam, satu orangutan pada satu waktu.
Betul, tulisan ini akhirnya dibuat setelah video orangutan berada di areal tambang bulan Februari kembali ramai lagi di awal bulan Juni 2025 ini. Terima kasih atas kepedulian warga net, kini Anshar sudah aman. (AGU)