September 2023

INDUK ORANGUTAN VIRAL DI MEDSOS, MASUK BORA

Orangutan masih menjadi satwa yang sangat menarik perhatian publik. Viral sebuah video induk orangutan bersama anaknya menyeberang jalan dalam kondisi yang sangat kurus. Centre for Orangutan Protection membantu tim Wildlife Rescue Unit (WRU) Seksi Konservasi Wilayah II Tenggarong mengevakuasi orangutan tersebut.

Senin, 23 September, dari pemeriksaan Body Condition Score (BCS) induk orangutan memiliki nilai 2 yang berarti kurus. Tulang rusuk, tulang belakang, dan tulang panggul yang menonjol. Semua terlihat seperti tulang berbalut kulit. Perut orangutan betina tersebut besar namun saat dilakukan palpasi atau perabaan tidak ditemukan adanya benjolan maupun fetus atau calon bayi di dalamnya, hal ini bisa menjadi salah satu indikasi bahwa orangutan mengalami malnutrisi. Orangutan juga mengalami dehidrasi, turgor atau tingkat elestisitas kulitnya tergolong tidak baik karena saat diperiksa dengan cara dicubit, kulit tidak langsung kembali seperti semula dan waktu kembalinya kulit seperti semula lebih dari dua detik. Kulit orangutan tersebut sangat kering hingga kulitnya terkelupas.

Saat ini orangutan berada di Bornean Orangutan Rescue Alliance (BORA) tepatnya di Klinik dan Karantina Orangutan yang dikelola Centre for Orangutan Protection di bawah otoritas Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan dukungan penuh The Orangutan Project. Orangutan akan menjalani perawatan intensif hingga kondisi kesehatannya membaik. Perilaku orangutan masih cukup agresif dan sering mengusir dengan cara melakukan kiss squeaks. Nafsu makan orangutan baik dan masih dalam proses adaptasi dengan lingkungan baru. Apabila kondisi kesehatannya sudah baik, orangutan tersebut akan dipindahkan ke kawasan hutan dengan ketersediaan pakan yang cukup bagi kehidupan orangutan tersebut sehingga diharapkan orangutan dapat bertahan hidup di rumah barunya kelak. (TAT)

DRAMA PENYELAMATAN INDUK DAN ANAK ORANGUTAN DI TAMBANG

Ini adalah pengalaman pertama kali tim APE Guardian tidur di bawah sarang orangutan. Hal ini jadi sesuatu yang baru karena tim biasanya melaksanakan kegiatan pelepasliaran. Semua ini bermula dari konflik orangutan yang terjadi di area tambang, dimana dua individu orangutan yang divideokan kemudian viral di sosial media. Keramaian ini dikarenakan kondisi induk orangutan yang tampak kurus dan menyedihkan tengah menyeberang jalanan area tambang diikuti oleh anaknya yang seharusnya masih digendong.

Pencarian orangutan yang dimaksud pun melibatkan banyak pihak. Centre for Orangutan Protection pun menurunkan tiga tim terbaiknya di Kalimantan Timur. Temuan jejak seperti sarang dan kotoran membawa tim lebih dekat lagi. Siang yang terik dan membakar, membawa tim berteduh dan makan siang di bawah pohon Kaliandra dekat sarang orangutan yang baru ditemukan pagi itu. Di bawahny, kami menemukan kotoran yang berukuran besar dan kecil sehingga kami yakin, ini adalah sarang yang digunakan induk dan anaknya. Tak lama kemudian, bunyi sirine dan teriakan, “Orangutan induk dan anak terpantau melintasi jalan di kilometer 5”.

Di seberang pos penjagaan, sudah ramai tim rescue berkumpul dan juga orangutan induk yang asyik makan kambium di atas pohon. Tubuh kurusnya menggelantung sambil menggendong anaknya yang kesulitan berpegangan karena tubuh induknya yang hampir tidak berambut lagi. Ini menanadakan kondisi tubuh induk yang kurang baik.

Keberadaan orangutan membuat orang berkumpul dan mengerahkan tenaga untuk memblokade pergerakan orangutan sampai tim medis datang. Begitu banyaknya tim rescue yang menahan pergerakan orangutan, namun hutan bertajuk serupa lapangan bola bagi orangutan yang dengan mudah dapat bergerak dari atas. Tim hanya dapat mengikuti orangutan hingga orangutan membuat sarang dengan jarak kurang lebih 300 meter dari jalan lintas Kalimantan Timur.

Malam itu juga kami mendirikan tenda bersama. Tim medis tiba dan menunggu pagi untuk bersiap menyelamatkan orangutan yang kehilangan rumah ini. Proses pembiusan orangutan ini tidaklah mudah. Dart berisi bius terpendat dari tubuhnya yang kurus dan saat tertancap, tangan orangutan liar ini pun langsung mencabutnya. Berbagai cara dilakukan hingga siang hari, hingga akhirnya orangutan mau bergerak turun dari pohon.

Begitu suasana lengang, orangutan benar-benar bergerak turun lalu tim bergegas membawa jaring untuk membatasi pergerakan orangutan kemudian dokter melakukan pembiusan. Tim rescue bernapas lega setelah orangutan dapat dimasukkan ke dalam kandang. Usaha berhari-hari ini berkat kerjasama banyak pihak. Induk orangutan dan anaknya kemudia masuk Bornean Orangutan Rescue Alliance untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut karena mengalami mal nutrisi berat. (MIN)

PERUBAHAN ORANGUTAN BAGUS BUAT SEDIH PERAWAT SATWA

Ada orangutan bernama Bagus di Bornean Orangutan Rescue Alliance (BORA). Bagus adalah orangutan yang cukup pintar dalam hal mencari makan. Saat sekolah hutan, dia itu sangat aktif menjelajah atau beraktivitas di hutan untuk mencari makan. Selain itu, dia aktif berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain. Bagus juga sangat jarang ikut bermain bersama dengan orangutan lainnya hanya karena dia sangat fokus dalam mencari makan dan menjelajah hutan.

Orangutan juga seperti kita, ada mood ketika ingin bermain dengan orangutan lainnya tapi ada waktunya dia bermalas-malasan. Dia juga memiliki sifat yang sering ingin balik ke kandang ketika dibawa ke sekolah hutan, karena sekarang dia cepat bosan. Bagus sangat berbeda dengan Bagus yang dulu ketika dibawa sekolah hutan sangat aktif berjalan dan menjelajahi sekolah hutan. Sekarang, dia lebih aktif di tanah dan sesekali beraktivitas di pepohonan.

Bukan hanya itu, Bagus juga terlihat banyak pikiran. Dia terlihat murung di dalam kandang dan tak ingin bermain dengan orangutan lainnya. “Entah apa yang dipikirkannya sekarang ini”, ujar Lio, perawat satwa dengan prihatin. Bagus lebih banyak diam dan mengamati sekeliling kandang dan ketika keluar kandang pun, dia tidak terlalu bersemangat. “Apakah masa anak-anaknya sudah berakhir dan menuju remaja?”. (LIO)

SEMUA ADA WAKTUNYA, POPI BERKEMBANG DENGAN BAIK

Orangutan yang bernama Popi di Bornean Orangutan Rescue Alliance (BORA) adalah orangutan termuda usianya saat dia masuk pusat rehabilitasi ini. Kondisi pusarnya yang baru saja lepas (pupak) membuatnya sangat tergantung dengan kehadiran manusia terutama baby sitter nya. Mungkin Popi juga tidak memiliki ingatan pada induknya dan tidak tahu bagaimana harus bertahan hidup sebagai orangutan.

Tujuh tahun sudah Popi di BORA. Popi tumbuh dan berkembang bersama orangutan malang namun beruntung lainnya. Rasa ingin tahu alaminya terus tumbuh dan ia mulai banyak mengeksplorasi lingkungan sekitarnya dengan keberanian yang mengangumkan. Tidak lagi bergantung pada manusia, walau sesekali masih mengamati animal keeper yang bertugas mengawasinya, hanya sekedar memastikan dia baik-baik saja.

Popi, si orangutan yang tak pernah dibayangkan akan mencapai kondisi seperti saat ini. Beberapa bulan yang lalu masih membuat semua orang khawatir, mungkinkah ia dilepasliarkan kembali ke habitatnya. Ahli biologi COP mencoba mengevaluasi perkembangannya yang masih terlihat sangat manja dan seolah-olah tak bisa lepas dari manusia. “Tapi tepat di tujuh tahun kedatangannya di BORA membuat kami optimis, masih ada waktu dan masih ada kesempatan itu”, ujar Raffi Akbar, asisten manajer pusat rehabilitasi BORA.

Terima kasih atas dukungannya pada BORA, terima kasih para orang tua asuh Popi. (RAF)