ORANGUTAN BONO AKAN MEMULAI PETUALANGANNYA DI HUTAN LINDUNG GUNUNG BATU MESANGAT

Bono, begitu kami menyebutkan orangutan yang akan ditranslokasi hari ini. Orangutan liar ini berasal dari Sangatta Utara, Kalimantan Timur. Beratnya yang 80 kilogram tentu saja lebih berat dibandingkan tubuhku. Posturnya sendiri sudah pasti lebih mengerikan. Tak seorang pun berani mendekatinya. Hanya tim medis saja yang sesekali mengintip untuk mengecek kondisinya. Bono selalu waspada.

Pagi ini, matahari tak malu-malu lagi muncul. “Perjalanan air akan ditempuh kurang lebih tiga jam. Kondisi air agak surut. Perlindungan diri dari sengatan matahari tentu saja jadi hal yang wajib selain pelampung. Tidur, menghemat tenaga untuk mengangkat kandang angkut berisi Bono, itu yang akan dilakukan tim, tentu saja selain pengemudi perahu”, ujar Ferryandi, anggota tim APE Guardian. Ini adalah tim yang bertanggung jawab pada proses pelepasliaran orangutan di Busang. Selain menangani konflik satwa liar yang mungkin muncul pasca pelepasliaran, tim ini juga melebur tinggal di masyarakat.

Kali ini, tim memutuskan untuk menggunakan katrol untuk membuka pintu kandang Bono. Pertimbangan ini berdasarkan pengamatan selama diperjalanan dan latar belakang Bono sendiri yang memang masih liar. Tim pun bersiap melarikan diri jika Bono bereaksi agresif seperti mengejar manusia. Syukurlah, ketika pintu terbuka, Bono secara alamiah memanjat pohon dan berpindah ke pohon yang lebih besar dan rimbun. Berhenti di percabangan dan mengusir tim.

Sebelum hari semakin senja, BKSDA SKW II Tenggarong dan sebagian tim kembali menyusuri sungai Menyuk dan kembali ke sungai Kelinjau untuk bermalam di desa Longless. Sementara tim APE Guardian yang melakukan monitoring pasca translokasi berakhir pada saat Bono beristirahat di atas pohon kayu Ulin dan hari semakin gelap. Keesokan harinya, tim memonitor kembali dan rupanya Bono sudah menjelajah jauh ke dalam hutan. “Semoga hutan ini menjadi rumah barumu ya Bono”. (PEY)