HAPPI BERHASIL MEMBUKA DURIAN HIJAU

Aroma durian hijau saat matang tak sekuat durian pada umumnya. Kulitnya yang berduri, selalu berwarna hijau dan lebih panjang. Musim buah durian hijau tak dibiarkan berlalu begitu saja. Orangutan di pusat rehabilitasi COP Borneo, Berau, Kalimantan Timur pun dapat menikmatinya. 

Untuk orangutan dewasa, dengan jari-jarinya yang kuat dan besar, tentu saja membuka durian bukanlah hal yang sulit. Lalu bagaimana dengan orangutan-orangutan kecil yang menjadi penghuni terbanyak COP Borneo? Membuka dengan tangan, duri terlalu tajam menusuk telapak tangannya. Menggigitnya, itu juga merupakan usaha orangutan-orangutan kecil. Tapi mereka berhenti saat bibir mengenai duri yang tajam. Membanting-banting durian, juga sudah dicoba. 

Dan akhirnya mereka memilih untuk melihati durian hijau sapai sesekali menyentuhnya. Hanya satu orangutan kecil yang berhasil. Happi berhasil membukanya. Bahkan Annie yang lebih besar dan garang darinya hanya duduk di samping… sambil bersiap merampasnya dari Happi. 

Kalau kamu, jadi Happi atau Annie saja? (WET)

DARI PADANG UNTUK INDONESIA (ORANGUTAN DAY)

International Orangutan Day, suatu hari yang diperingati karena orangutan semakin terancam punah akibat berkurangnya hutan sebagai habitatnya untuk perkebunan maupun pertambangan dengan turunan penyebabnya perdagangan, kepemilikan ilegal dan perburuan. Kelompok pendukung orangutan yang tergabung dalam Orangufriends Padang, Sumatera Barat mengemas serangkaian acara dengan berkolaborasi dengan komunitas maupun perorangan.

Novi Fani Rovika, orangufriends Padang, seorang ibu yang telah menjadi relawan diberbagai kesempatan COP mengatakan bahwa setiap keinginan memang hanya tinggal menunggu waktu untuk terwujud dan diwujudkan. Yang penting itu adalah jangan pernah berhenti dan lelah untuk menemukan jalannya. Ya, jalan (hidup) kita itu kita sendiri yang bisa menentukan. Mau jadi apa kita memang hanya kita sendiri yang tahu. 

Sementara Ana Neveria Zuhri, orangufriends yang baru saja menikah 21 Agustus 2019 yang lalu juga tak mau ketinggalan dalam memperingati Hari Orangutan yang jatuh pada tanggal 19 Agustus setiap tahunnya. Ana menjadi salah satu pembicara di Dialog Musikal yang dilaksanakan di Sunday Coffee Padang. “Monyet, Kera dan Manusia.”, katanya dalam menggali kearifan lokal dalam dunia konservasi.

Sabtu, 24 Agustus 2019 dari pukul empat sore musikalisasi puisi dan kelompok gambar dengan goresan jari mencuri perhatian pengunjung. “Melihat semangat anak-anak muda yang hadir dan berkolaborasi malam itu… sungguh membuat perasaan di dada semakin membuncah! Bahwa ternyata, saya dan mereka memiliki kesamaan. Bahwa ternyata rasa ingin selalu bersatu padu itu ada dan nyata!”, tulis Novi di status media sosialnya. Terus semangat Orangufriends… tanpa kalian tentu saja ini menjadi sulit. 

 

SETELAH COP SCHOOL… APA YA?

Halo anak muda? Sebenarnya tidak hanya anak muda, siapa pun yang berjiwa muda dan tentu saja tidak bisa diam, ingin terus berbagi dan berkarya untuk dunia konservasi Indonesia. COP School dengan rangkaian seleksinya yang diramu dengan tugas-tugas lapangan maupun laporan di atas kertas mempersiapkan pesertanya untuk menerima materi dari para ahlinya yang telah berkecimpung di dunianya lebih dari lima tahun. Setelah materi tatap muka selama seminggu penuh di Yogyakarta, para peserta dipersilahkan untuk kembali ke daerahnya masing-masing untuk menerapkan apa yang telah didapat selama COP School. Di akhir tahun, tepatnya di Jambore Orangufriends, silahkan berbagi apa yang telah diterapkan usai dari Yogya.

Lalu… tim khusus akan memilih kamu, para alumni COP School untuk mengikuti Leadership Training Camp di Yogyakarta. Tahun ini, Leco Park Kulon Progo Jogjakarta menjadi tempat pelatihannya. Tidak selama COP School, pelatihan ini hanya memakan waktu dua hari. Ada lima belas orangufriends (relawan) yang terpilih. Mereka berasal dari Jakarta, Bandung, Lampung, Yogyakarta, Surabaya dan Bogor. 

Mau tahu lebih banyak tentang Centre for Orangutan Protection, organisasi orangutan satu-satunya yang didirikan putra-putri Indonesia ini? Ikutan COP School Batch 10 ya… sampai ketemu di Yogya!

SEPTI DAN ALOUISE BERMAIN DI SEKOLAH HUTAN LAGI

Sekitar lima bulan yang lalu, di sekolah hutan kedatangan siswa baru yang merepotkan banyak keeper yaitu Alouise. Dua hari sekolah hutan, dua hari pula keeper harus bersabar menunggu dia turun dari pohon. Bahkan di hari keduanya sekolah hutan, Alouise menginap di pohon tinggi yang tidak dapat dipanjat oleh animal keeper. Hingga akhirnya keeper harus menunggunya di bawah pohon. Alouise masih terlalu kecil kalau harus menginap di hutan sendirian. Setelah kejadian itu, Alouise diperkenalkan pada Septi, Alouise pun berada dalam satu kandang dengan Septi untuk menenangkan Alouise yang terlihat sangat ketakutan.

Rabu, dua hari yang lalu, Alouise sekolah hutan lagi, namun kali ini bersama Septi yang menjadi ibu angkatnya. Tujuan dari sekolah hutan kali ini adalah ketika hasilnya bagus, mereka akan dipindahkan ke pulau pra-rilis bergabung dengan orangutan Michelle.

Namun, selama dua hari di sekolah hutan, Septi masih belum mau memanjat pohon. Berbeda dengan Alouise di hari pertamanya ke sekolah hutan dan berkesempatan terpisah dari Septi, dia langsung memanjat pohon tinggi dan tidak mau turun sementara Septi selalu berusaha untuk mencari jalan kembali ke kandang. Di hari kedua, Septi masih hanya bermain di tanah. Lalu Alouise tidak memanjat, dia hanya bermain di dekat Septi. Beberapa kali orangutan Annie mencoba mengajak Alouise bermain, tapi Alouise malah menggigit dan mencari perlindungan ke Septi. 

Ikuti terus perkembangan Alouise bersama Septi ya, dan jangan lupa donasi melalui https://kitabisa.com/orangindo4orangutan (WET)

SATWA DI KUM KUM BELUM TERDAMPAK KEBAKARAN LAHAN KALTENG

Kebakaran lahan untuk wilayah Kalimantan Tengah di musim kemarau kembali terjadi. Sudah sebulan terakhir ini, Manggala Agni Palangkaraya bekerja keras memadamkan api. Ini bukan pekerjaan mudah, lahan gambut menyimpan bara di dalamnya. 

Centre for Orangutan Protection dengan tim APE Crusader bergerak cepat ke provinsi Kalimantan Tengah. Tentu saja, keselamatan satwa yang terdampak kebakaran lahan menjadi fokusnya kali ini. “Kondisi asap yang dikawatirkan sampai ke lokasi Taman Wisata Kum Kum, Kalimantan Tengah ternyata tidak begitu berdampak pada satwa. Kum Kum terlihat sepi. Kandang satwa cukup bersih, kecuali kandang elang. Namun sayang miskin enrichment yang dapat membantu satwa berperilaku seperti satwa liarnya.

Dua binturong dan satu elang bondol tercatat sebagai satwa yang dilindungi UU No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dan tiga beruk, satu buaya muara dan satu monyet ekor panjang. Kondisinya masih jauh dari lima kebebasan kesejahteraan satwa. Bantu satwa liar di Taman Satwa Kum Kum yuk. (HER)

DIRGAHAYU INDONESIAKU DARI COP BORNEO

Damainya hutan penelitian Labanan, Berau, Kalimantan Timur tak sesunyi biasanya. Tawa dan jeritan silih berganti. Tak lama kemudian keheningan diikuti nyanyian lagu kebangsaan berkumandang. Upacara mengibarkan bendera merah putih di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo sangat berbeda dengan upacara di tempat lain. 

Hiduplah Indonesia Raya… mengheningkan cipta dan renungan atas peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia menjadi acara inti. Perbedaan agama maupun suku para staf maupun karyawan COP Borneo semakin mengingatkan kita, berbeda-beda tetap tetap satu jua, menyelamatkan orangutan Indonesia. 

Hebohnya saat perlombaan masa kecil kembali digelar pusat rehabilitasi orangutan satu-satunya yang didirikan putra-putri Indonesia. Lomba makan kerupuk! Berusaha selebar-lebarnya membuka mulut dan memakan kerupuk yang diikat seutas tali dengan tangan kebelakang tanpa boleh menyentuh kerupuk tersebut. Rasa kesel ngak bisa menggapainya sekaligus lucu… benar-benar membuat tim tertawa lepas. Belum lagi lomba memasukkan paku ke dalam botol. “Paha dan betis sudah capek menahan tapi usaha masih belum berhasil juga.”.

Terimakasih para pahlawan, yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara. Kami akan melanjutkan perjuanganmu dan mengisi kemerdekaan ini untuk Indonesia yang lebih baik lagi. “Tahun depan kalian harus merayakan kemerdekaan Indonesia di COP Borneo.”. (DAN)

SAAT KALTENG BELUM JUGA MERDEKA DARI ASAP

Ada tiga titik panas indikasi api di sekitaran Palangkaraya pada 17 Agustus 2019, tepat saat sebagian besar masyarakat Indonesia sedang memperingati detik-detik kemerdekaan Indonesia 74 tahun yang lalu. “Sayang, Kalimantan Tengah masih harus berjuang memadamkan api. Palangkaraya masih juga belum merdeka dari asap.”, ujar Daniek Hendarto, direktur Centre for Orangutan Protection di lokasi kebakaran lahan.

Jalan Soekarno, Palangkaraya, Kalimantan Tengah dengan dua titik lokasi kebakaran lahan dan satu titik kebakaran lahan di Jalan Mahir Mahar. Dari informasi yang dihimpun, hampir setiap tahun lahan tersebut terbakar. Dan ketika kami berada di lokasi kebakaran terbesar terjadi di Jalan Mahir Mahar dimana api hampir setinggi tiang listrik. 

Bekas lokasi yang terbakar menimbulkan asap yang cukup pekat. Semakin diperburuk dengan arah angin yang berubah-ubah. “Memang bukan di kota Palangkarayanya, lokasi kebakaran lahan menuju arah luar kota dari Palangkaraya. Sebaiknya masker dan pelindung mata tetap dipergunakan. Tapi bagaimana dengan nasib satwa? Untuk satwa yang terdampak, kami, tim APE Crusader berusaha menolong. Jika ada informasi satwa liar yang terdampak kebakaran lahan, mohon untuk menghubungi Cenre for Orangutan Protection melalui media sosialnya.”, ujar Daniek Hendarto lagi. (HER)

AMBON DAN DURIAN HIJAU

Dibandingkan dengan durian yang biasa kita makan, durian ini memiliki bentuk yang lebih kecil dan duri yang lebih tajam. Dagingnya pun berwarna kuning cerah. Durian ini biasa disebut dengan nama durian daun. Di hutan Kalimantan, durian tumbuh sangat subur, tidak terkecuali di hutan sekitaran pusat rehabilitasi COP Borneo. Di musim buah kali ini, Ambon dan orangutan lainnya sangat beruntung sekali dapat menikmati buah hutan ini. 

Durian daun dari mentah sampai matang, warnanya akan tetap hijau dan tidak akan terbuka sendiri ketika sudah matang seperti durian biasanya. Untuk membukanya, menjadi tantangan tersendiri bagi orangutan. Bagi Ambon, ini bukan masalah. Tangan besarnya dan giginya yang kuat dengan mudah membuka durian daun ini. 

Cara Ambon memakan durian hijau ini pun penuh dengan wibawa. Satu per satu diambil, dikulum hingga bersih, lalu bijinya dikeluarkannya. Ambon benar-benar menikmati durian daun hutan ini. Tatapan Ambon yang ramah sempat membuai kami, ya Ambon seperti orang dewasa yang sangat bijak. Ambon seperti kita, manusia. Ya kita berbagi 97% DNA yang sama dengannya. (WET)

HAMMOCK OWI DKK DIPERBAIKI

Apakah kamu bisa membayangkan betapa berantakannya kamar anak balita tanpa pengawasan? Bedak bertaburan, minyak telon yang berceceran dan pakaian yang sudah tidak berada di tempatnya lagi? Seperti itulah kandang yang berada di blok kandang sosialisasi. Kandang yang berisi orangutan Owi, Happi, Bonti dan Annie. 

Keempat orangutan ini adalah orangutan dengan usia 3 hingga 5 tahun. Hammock yang merupakan tempat tidur gantung mereka, tak terhitung lagi harus diperbaiki berapa kali. Putus bahkan robek walaupun hammock terbuat dari selang pemadam kebakaran yang sangat kuat. “Ternyata orangutan-orangutan kecil sudah menunjukkan kekuatannya. 

“Kalau hanya diikat, pasti putus lagi. Coba pakai baut, biar kuat.”, kata Johni, kordinator perawat satwa di pusat rehabilitasi orangutan COP Borneo. Minggu pagi, 11 Agustus beberapa perawat satwa sibuk memperbaiki hammock kandang grup Owi. Sementara Owi dan kawan-kawannya dibawa ke arena bermain dengan dokter hewan. Perbaikan ini tidak memakan waktu lama, karena keahlian perawat satwa COP Borneo yang bisa diandalkan, apalagi hanya memperbaiki hammock.

Baiklah Owi dan gengnya, kita lihat, hammock akan bertahan berapa lama. (FLO)

BERANI, TIDAK BERANI TURUN

Ini dia orangutan yang bernama Berani. Dia merupakan siswa sekolah hutan COP Borneo. Catatan sekolah hutannya tidak cukup bagus karena Berani tercatat selalu bermain di tanah. Jarang sekali dia terlihat memanjat di tali akar maupun di atas pohon. 

“Berani lebih sering di tanah, bermain dengan orangutan lainnya (saling menggigit). Karena itu orangutan Berani dikawatirkan dapat mempengaruhi orangutan lain untuk tidak memanjat pohon. Sedangkan orangutan adalah satwa arboreal yang sebagian besar aktivitasnya berada di atas pohon.”, ujar drh. Flora Felisitas.

Namun hari Sabtu yang lalu menjadi satu cerita tersendiri. Hari itu, orangutan Berani memanjat ke ujung pohon. Berani memanjat hingga ketinggian 15 meter. Dan… dia tidak mau turun meskipun orangutan lainnya sudah kembali ke kandang. Bahkan pancingan susu maupun makanan kesukaannya pun diabaikannya.

Usut punya usut, ternyata orangutan Berani tida mau turun karena dia tidak berani dengan salah satu keeper. Akhirnya, perawat satwa yang membujuknya turun pun diganti. Tak lama kemudian, Berani turun dan kembali ke tanah. 

“Baiklah Berani, kami berhasil menemukan cara untukmu, khusus untukmu, saat sekolah hutan, perawat itu akan menemanimu.”. (FLO)