November 2016

HARAPANKU ADA DI POPI

Sore itu saya sampai camp langsung bergegas mengepaki barang-barang medis untuk melakukan penyelamatan orangutan. Saya masih baru dan masih belajar mengenai orangutan. Dalam hati saya, mampukah saya melakukan ini? Setelah menyiapkan barang-barang dan mendengarkan arahan dari drh. Ade saya dan 2 orang lainnya berangkat. Saat itu kami belum tahu informasi yang jelas mengenai kondisi orangutan. Daerah yang kami tuju adalah Sangkulirang. Perjalanan yang cukup jauh membutuhkan waktu sekitar 8 jam. Jalan berliku, dari yang awalnya mulus hingga berlubang. Setelah berjam-jam akhirnya kami mencapai lokasi yang dituju.

Sesampainya dilokasi kami langsung menuju rumah pemilik orangutan, dan ternyata orangutan tersebut masih sangat kecil. Dia masih kecil, badannya lemah, bahkan giginya belum tumbuh. Bayi orangutan sekecil ini seharusnya ada dipelukkan induknya, merasakan kehangatan dan kasih sayang induknya. Hal ini semakin membuka mata saya tentang begitu kejamnya manusia terhadap orangutan. Saat diperiksa bayi itu bahkan tidak mampu melawan, suara nafasnya pun terdengar ngorok. Setelah diperiksa, kami langsung kembali menuju ke camp. Selama diperjalanan saya selalu khawatir akan keadaan bayi yang terlalu lemah, dan setiap minum susu selalu tersedak. Kami menyebutnya dengan Popi.

Sejak ada Popi, rutinitas kami bertambah. Kami siap sedia di klinik selama 24 jam, untuk memberikan susu, mengganti diaper, dan memastikan keadaan Popi baik-baik saja. Setiap malam kami bergantian bangun untuk memberi susu. Setiap hari kami memberikan tambahan vitamin dan obat agar keadaannya membaik. Awalnya kami tidak berharap banyak dengan kondisi Popi saat itu. Namun setelah 3 minggu berjalan, keadaannya membaik. Popi yang dulu lemah, sekarang semakin kuat, bahkan mampu menggenggam jari saya dengan kuat.

Awal November menjadi hari yang membahagiakan karena si Popi kecil sekarang sudah tumbuh giginya. Gigi yang tumbuh berjumlah 4, semakin hari semakin kuat dia menggigit. Ahh… lucunya bayi ini. Pantas saja seekor bayi orangutan bisa dijual dengan harga yang mahal. Kadang saya dan mbak Weti berpikir, apakah bayi ini akan bertahan jika hanya diberi susu ketika dia membutuhkan tanpa diberi perhatian dan kasih sayang? Dulu harapan kami tidak banyak, tapi Popi membuat saya belajar bahwa harapan itu selalu ada, sekecil apapun itu. Popi kini semakin besar dan tumbuh sehat. (LIZ)

LECI MOVED TO ORANGUTAN ISLAND

An orangutan’s wilderness is one of the thing that needs to be maintained. “Yes, orangutan Leci that has been with us since April 2nd 2016, when the first time handed to us he was afraid of human. He refused to eat when human still around. He was always hanging out on the top. When he managed to run away, we struggled to put him back into the enclosure,” stated Daniel, COP Borneo’s animal keeper.

After a series of medical examination, in mid-November 2016, orangutan Leci was moved to orangutan pre-release-island. Leci prefers to stay alone. When animal keeper brought food to shelter, he would not immediately take the food. After a while when animal keeper and other orangutans had left the shelter…..Leci started to eat.

Fortunately, Leci is a male, and right now COP Borneo owns a pre-release island only for males. So Leci doesn’t need to wait inside the enclosure, which might turn him to be dependent and get accustomed to be around humans. Pre-release island is an island that purchased by the supporters of COP or Orangufriends through various charity events they organized. Next, COP Borneo needs 2 more islands for the female orangutans and a forever home for orangutan Ambon. Could you help them?

LECI PINDAH KE PULAU ORANGUTAN

Keliaran orangutan adalah satu yang harus dipertahankan. “Ya, orangutan Leci adalah orangutan yang semenjak 2 April 2016 saat diserahkan terlihat takut pada manusia. Dia tidak mau makan kalau masih ada orang. Dia juga selalu berada di atas. Saat dia berhasil melarikan diri, kami semua kesulitan untuk membawanya kembali ke kandang.”, ujar Daniel, animal keeper COP Borneo.

Setelah melalui rangkaian pemeriksaan kesehatan, pertengahan November 2016, orangutan Leci dipindahkan ke pulau pra-pelepasliaran orangutan. Leci memang lebih suka menyendiri. Saat animal keeper mengantarkan makanan ke shelter, dia memilih untuk tidak langsung mengambilnya. Beberapa waktu kemudian, ketika animal keeper tidak terlihat dan orangutan lainnya mulai meninggalkan shelter… Leci mulai makan.

Untunglah, Leci adalah orangutan jantan yang saat ini COP Borneo memang memiliki pulau pra-pelepasliaran untuk orangutan jantan. Sehingga, Leci tidak perlu lebih lama lagi di kandang, yang bisa membuatnya malas dan terbiasa dengan manusia. Pulau pra-pelepasliaran ini adalah pulau yang dibeli para pendukung COP atau orangufriends lewat berbagai acara amal yang mereka koordinir. Selanjutnya, COP Borneo membutuhkan dua pulau lagi untuk orangutan betina dan pulau selamanya untuk orangutan Ambon. Bisakah kamu membantunya? info@orangutanprotection.com

APE CRUSADER EVACUATED A BEKANTAN

Villagers in Sampit found a long-nosed monkey drifted away in Mentaya River, Sampit, Central Borneo. Bekantan (Nasalis larvatus) is a long-nosed monkey which in Bahasa Indonesia sometimes called ‘dutch monkey’. Bekantan lives in a group which consists of one adult male and several adult females with their children. APE Crusader helped BKSDA and Manggala Agni to evacuate the bekantan. “This is a prompt evacuation, because people are starting to come to see it on this narrow pier.” Stated Muriansyah, BKSDA Sampit.

Bekantan also a kind of primate that have a high stress level. “The bekantan looked very weak,” stated Faruq, one of the COP rapid response team, APE Crusader. Next, the bekantan will be relocated to safer place.

Wildlife capturing and losing their habitat had put bekantan in endangered list in IUCN Red List and listed in CITES Appendix I.

Warga menemukan bekantan hayut di sungai Mentaya, Sampit, Kalimantan Tengah. Bekantan (Nasalis larvatus) adalah monyet berhidung panjang yang sering disebut monyet Belanda. Biasanya Bekantan hidup dalam kelompok yang terdiri dari satu jantan dewasa dengan beberapa betina dewasa bersama anak-anak. APE Crusader membantu BKSDA dan Manggala Agni untuk mengevakuasi bekantan ini. “Ini adalah evakuasi secepat kilat, karena semakin banyak orang yang ingin melihat di atas pelabuhan yang sempit.”, ujar Muriansyah, BKSDA Sampit.

Bekantan juga merupakan primata yang memiliki tingkat stres yang tinggi. “Bekantan terlihat sangat lemah.”, ujar Faruq dari tim gerak cepat COP, APE Crusader. Selanjutnya, Bekantan akan dipindahkan ke tempat yang lebih aman.

Penangkapan liar dan hilangnya habitat bekantan memasukkan bekantan sebagai satwa Terancam Punah di dalam IUCN Red List dan termasuk dalam CITES Appendix I. (YUN)

BEWARE OF SMOKE! LET’S FACE IT TOGETHER

Joint patrol to anticipate forest fire is still on going. Mentaya Seberang area, Seranau, Central Kalimantan is one of the targeted area. Started the trip by motorcycle and then boat ride to cross the river, the objective was to raise awareness of forest fire. The forest area burnt last year have not been recovered. The identification of peat depth was part of the patrol.

APE Crusader participated on socialization when there’s conflict between orangutan and human. BKSDA Sampit, Manggala Agni, Indonesia Police and Indonesia Army collaborate in the forest fire patrol. Scenarios of forest fire points requires identification of rivers in the area and its depth. Local community were encouraged to be actively contributed by not burning down forest to open a field. Forest fire is everyone’s problem.

AWAS ASAP! DIHADAPI BERSAMA

Patroli gabungan untuk mengantisipasi kebakaran terus dilakukan. Daerah Mentaya Seberang, Seranau, Kalimantan Tengah tak luput dari pantauan. Mulai dari naik sepeda motor dan dilanjutkan menyeberang menggunakan perahu untuk meningkatkan kewaspadaan kebakaran. Hutan yang habis terbakar tahun lalu masih belum pulih juga. Pendataan kedalaman gambut menjadi bagian dari patroli awas asap ini.

APE Crusader ikut mensosialisasikan jika terjadi konflik orangutan dengan manusia. BKSDA Sampit, Manggala Agni, Kepolisian maupun TNI jalan bersama dalam patroli. Skenario seandainya muncul titik api menuntut pencatatan titik letak sungai hingga kedalamannya. Masyarakat diminta peran serta aktifnya, untuk tidak melakukan pembakaran lahan. Kebakaran hutan adalah masalah bersama.

ORANGUTAN CARING WEEK

Each year, world conservation organizations especially that focused on orangutan issues, spare 1 week to focus on raising awareness for orangutan. Some events were held, from school visit, charity events, and special events on social media to fill the timeline with orangutan-related topics until it became a trending topic.
The theme raised for 2016 was “Critically Endangered, Critically in Need”. For Center for Orangutan Protection, orangutan was the entry door to save the forest and other wildlife. Orangutan was the umbrella species that protects other co-existent species.
It’s time for you to show you’re caring through KADO (Kampanye, Adopsi, Donasi, Orangufriends), Campaign, Adoption, Donation, or joining Orangufriends. Yes, Center for Orangutan Protection needs you. You can join the campaign and spread how important it is to protect orangutan to you family, relatives, and friends, even you community. You can also adopt virtually the orangutans we help in COP’s rehabilitation center. Or you can donate to our team on the field. Or even you can join orangufriends (COP’s support group) that support the APE Crusader, APE Warrior, APE defender and APE Guardian team. Choose your caring path and send us email through info@orangutanprotection.com

Setiap tahunnya, organisasi konservasi dunia khususnya orangutan meluangkan waktu satu minggu untuk fokus pada penyadartahuan orangutan. Berbagai kegiatan dilakukan mulai dari kunjungan ke sekolah, penggalangan dana, event spesial bahkan memenuhi timeline media sosial dengan kepedulian terhadap orangutan menjadi suatu trend.

Tema yang diangkat tahun 2016 ini adalah “Critically Endangered, Critically in Need”. Bagi Center for Orangutan Protection sendiri, orangutan adalah pintu masuk untuk menyelamatkan hutan dan satwa liar lainnya. Orangutan yang merupakan spesies payung adalah orangutan yang melindungi spesies lainnya yang hidup berdampingan dengannya.

Saatnya kepedulianmu diwujudkan lewat KADO, Kampanye, Adopsi, Donasi maupun menjadi Orangufriends. Ya, Center for Orangutan Protection membutuhkan kamu. Kamu bisa berkampanye ke keluarga, saudara, teman bahkan lingkunganmu, tentang betapa pentingnya orangutan. Kamu juga bisa mengadopsi secara virtual, orangutan yang kamu inginkan yang berada di pusat rehabilitasi COP Borneo. Atau lewat berdonasi untuk mendukung tim COP di lapangan. Bahkan kamu bisa menjadi Orangufriends (kelompok pendukung COP) yang membantu pekerjaan APE Crusader, APE Warrior, APE Defender dan APE Guardian. Pilih jalur kepedulianmu, dan email kami di info@orangutanprotection.com

WHAT HAPPENED TO SONIA?

Not even a year old, this baby orangutan has to be put under human’s care. Still in Sampit area, Central Borneo. Parenggean, East Kotawaringin district to be exact. According to the keeper, this baby has been under their care for 6 months. What happened to her mother?

Reports have been received by the APE Crusader, COP’s rapid response team. APE Crusader will work to confirm the reports. This time, it’s so heartbreaking. Another baby orangutan. Almost the entire land of Kotawaringin district now have turned into palm plantation. No forest left for orangutan’s habitat.

Sonia’s arrival on human hands represents 2 to 10 other wild orangutan that was killed. Sonia represents her family. What about the other animals?
APA YANG SUDAH TERJADI SONIA?

Belum juga genap usianya satu tahun. Bayi orangutan ini terpaksa diasuh manusia. Masih di seputaran Sampit, Kalimantan Tengah. Tepatnya Parenggean, kabupaten Kotawaringin Timur. Menurut yang mengasuhnya, bayi ini sudah 6 bulan dirawatnya. Bagaimana dengan ibunya?

Laporan demi laporan diterima APE Crusader, tim gerak cepatnya Center for Orangutan Protection. APE Crusader akan segera mengkonfirmasi laporan tersebut. Kali ini, membuat miris. Bayi orangutan lagi. Hampir seluruh lahan kabupaten Kotawaringin beralihfungsi menjadi perkebunan kelapa sawit. Sementara tak ada lagi hutan sebagai habitat orangutan yang tersisa.

Sampainya Sonia (nama bayi orangutan) ke tangan manusia mewakili 2 sampai 10 orangutan liar lainnya yang mati. Sonia mewakili kerabatnya. Bagaimana dengan satwa liar lainnya?

WILD ORANGUTAN WERE FORCED TO EAT PALM PLANTS

Nest is a very crucial resting place for orangutan. Orangutans make their nest twice each day. One for rest in the afternoon, and a larger one for evening until the next morning. On November 7th 2016, COP received a report that two orangutans destroyed palm and pineapple plantations owned by Mr. Bayu. After field review, APE Crusader, COP’s rapid response team, found two newly made nests.
Once again, we found fragmented forest. The forest that stuck between a plantation owned by PT. MAP and villager’s plantation. These orangutans must be distressed, all the food in the forest were gone and forced to enter the plantation owned by Mr. Bayu,
After two days, Mr. Bayu reported that the orangutan destroyed the palm plantation again. APE Crusader along with BKSDA Sampit immediately headed to the location, and tried to chase the orangutan. Wild orangutan was very agile, and the team lost track.
Conflict between orangutan and plantations will never stop, as long as the field used for plantation was orangutan’s habitat.

ORANGUTAN LIAR TERPAKSA MAKAN SAWIT

Sarang adalah tempat istirahat penting bagi orangutan. Dalam kesehariannya, orangutan akan membuat sarang sebanyak dua kali. Satu sarang pada saat istirahat di siang hari, dan satu sarang yang lebih besar pada sore hari untuk tidurnya hingga esok pagi. 7 November 2016, COP mendapat laporan ada dua orangutan merusak perkebunan sawit dan nenas milik pak Bayu. Hasil dari lapangan, APE Crusader, tim gerak cepatnya Center for Orangutan Protection menemukan dua buah sarang yang masih baru.

Sekali lagi kami menemukan hutan yang terfragmentasi. Hutan yang terjepit di antara perkebunan PT. MAP dengan milik masyarakat. Orangutan ini pasti terdesak, pakan di hutan habis dan terpaksa masuk ke perkebunan sawit milik pak Bayu.

Selang dua hari kemudian, pak Bayu melaporkan kembali orangutan tersebut merusak perkebunan sawit lagi. APE Crusader bersama BKSDA Sampit segera menuju lokasi, dan mengejar orangutan tersebut. Orangutan liar memang sangat lincah sekali, tim pun kehilangan jejaknya.

Konflik orangutan dan perkebunan tidak akan pernah berhenti, semasa lahan perkebunan yang digunakan adalah habitat orangutan.

INTEGRATED PATROL FOR FOREST FIRE PREVENTION

Forest fire haunts every dry season. The preparation to face forest fire is always a question APE Crusader which happened to be in Central Kalimantan along with Indonesian Army (TNI), police and local community inspected the potential areas for forest fire.

Socialization of forest fire hazard had been delivered structurally by BKSDA and Manggala Agni in West Baamang. To reach the location, team required to use motorcycle. APE Crusader helped the inspection by operated drone to check the forest fire potential area.

This is the collaboration to prevent forest fire which devastated a lot of parties, including orangutans that must lost their habitat due to forest fire. When they lost their habitat, orangutans will enter villager’s farm or even houses. “It is better to prevent!” stated Satria, APE Crusader captain.

PATROLI TERPADU KEBAKARAN HUTAN

Kebakaran hutan seperti hantu yang selalu muncul saat musim kemarau tiba. Kesiapan menghadapi nya selalu dipertanyakan. APE Crusader yang kebetulan sedang di Kalimantan Tengah bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian dan warga setempat mengecek tempat-tempat yang berpotensi terjadi kebakaran.

Sosialisasi bahaya kebakaran secara terstruktur disampaikan BKSDA dan Manggala Agni di Baamang Barat. untuk mencapat lokasi, tim harus menggunakan sepeda motor. APE Crusader membantu dengan menerbangkan drone untuk memantau kawasan yang berpotensi terbakar lewat udara.

Ini adalah kerja bersama untuk mencegah kebakaran, yang tiap tahunnya merugikan banyak pihak. Termasuk orangutan yang akhirnya harus kehilangan habitatnya. Akibat habitat orangutan terbakar, orangutan terpaksa masuk ke ladang bahkan pemukiman manusia. “Lebih baik mencegah… kan!”, tegas Satria, kapten APE Crusader.