Orangutan bisa dibilang sebagai satwa observer atau pengamat. Dalam kehidupannya, orangutan belajar apapun dengan cara mengamati. Bayi orangutan akan belajar tentang bertahan hidup di hutan dari induknya selama kurang lebin 7 tahun. Oleh karena itu, Pusat Rehabilitasi Orangutan COP Borneo juga menerapkan metode ini. Orangutan yang sudah tidak memiliki induk dan masuk ke pusat rehabilitasi dipaksa untuk mengamati tentang cara bertahan hidup kepada orangutan lainnya di sekolah hutan.
Hal ini terbukti berhasil dengan dilepasliarkannya orangutan eks-rehabilitasi COP Borneo. Pada intinya, perawat satwa tidak mengajari mereka cara mencari makan, cara memanjat ataupun membuat sarang. Namun mereka akan dilepas di hutan selama sekolah hutan dan akan mengamati orangutan lainnya yang lebih pandai dan akan menirunya.
“Kiriman video dari Orangufriends Medan tentang orangutan merokok di kebun binatang Medan , jelas ini ada seseorang yang memang memancing orangutan untuk mengamatinya. Ada seseorang yang memang merokok di dekat orangutan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini menjadi lebih parah, ketika orang tersebut melemparkan rokok yang sudah menyala kepada orangutan. Karena dirasa tidak masuk akal, jika orangutan menyalakan rokok dengan tangannya.”, ujar Reza Kurniawan, antropolog primata COP.
Proses pengamatan oleh orangutan berhasil dilakukan. Yang perlu digaris-bawahi di sini adalah kurangnya proses pengamanan kebun binatang dari pihak kebun binatangnya sendiri. Ketika pihak kebun binatang lebih cermat dalam memberikan pengawasan terhadap pengunjungnya, hal-hal seperti ini tidak akan pernah terjadi. (REZ)