DIBALIK KARTINI ORANGUTAN COP, DOKTER HEWAN PEREMPUAN YANG MEMBANGGAKAN

Ada dua dokter hewan perempuan alumni COP School. Mereka adalah drh. Ade (COP School Batch 3) dan drh. Eliz (COP School Batch 6). Ketika masih berstatus mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan UGM mereka berdua sangat aktif membantu kegiatan COP baik edukasi sampai yang berkontak langsung dengan satwa.

“Yang saya ingat sekali di akhir tahun 2013, Ade ikut dalam salah satu program pendampingan kebun binatang di Solo, Jawa Tengah. Saat itu tim medis dari TSTJ Solo dan COP memerlukan data kesehatan Harimau yang ada. Maka diperlukan pembiusan terhadap harimau tersebut dan dilanjutkan pemeriksaan medis serta pengambilan data. Tentunya ini adalah peluang belajar yang sangat susah didapat, apalagi saat itu yang menjadi leader medisnya adalah drh. Erni Suyanti yang terkenal dengan pengalamannya menangani kasus Harimau Sumatera. drh. Erni Suyanti sendiri sudah sejak 2012 menjadi relawan COP, badannya yang kecil tak berarti mengurung semangat dan tekad nya pada perlindungan satwa liar Indonesia.”, kenang Ramadhani, Manajer Komunikasi Centre for Orangutan Protection.

Selain ketiga dokter hewan perempuan itu, COP juga sering dibantu drh. Tiara Debby. drh. Debby begitu biasanya dia disapa. Pada saat gunung Kelud meletus, dia langsung menggabungkan diri pada tim tanggap bencana alam APE Warrior. Memeriksa kondisi hewan ternak maupun peliharaan menjadi tanggung jawabnya. Sekali lagi, menjadi perempuan bukanlah halangan untuk berkarya, apalagi saat bencana terjadi.

COP juga pernah dibantu drh. Yenny diawal berdirinya. Memeriksa orangutan di Kebun Binatang Sintang dan berusaha mengurangi penderitaan orangutan-orangutan tersebut. Tak banyak dokter hewan perempuan yang fokus pada satwa liar, tapi COP bangga perempuan-perempuan hebat itu pernah menjadi bagian dari keluarga besar COP.

Satu lagi dokter hewan perempuan yang melakukan pengecekkan satwa di kebun binatang di seluruh Jawa. Dia adalah drh. Luki Kusuma Wardhani. Di tahun 2009, kebun binatang di Jawa harus mendengarkan kritik pedas nya, karena perlakukan kebun binatang pada satwanya.

Mereka adalah dokter-dokter hewan tangguh yang ahli dibidangnya. Kondisi fisik bukanlah sesuatu yang menghalangi mereka. Mereka adalah Kartini COP.

SEGELAS KOPI DAN ORANGUTAN

Ruang diskusi dengan konsep warung kopi diperkenalkan oleh Sinergi Coffee. Berbagai tema dan narasumber dengan pengenalan isu-isu yang berkembang serta disukai anak muda menjadi topik yang hangat sambil menyeruput kopi panas. Lokasinya yang berada di sekitaran kampus UGM, Yogyakarta kali ini mengajak anak muda untuk mengetahui tentang dunia perlindungan orangutan.

Masih dalam menyambut hari bumi, Kamis malam, 20 April 2017 cerita seru di lapangan untuk menyelamatkan orangutan dan satwa liar lainnya disampaikan Ahmad Bukhori. Ahmad Bukhori adalah siswa COP School Batch 5, dengan gaya khas Sumateranya mengajak kita untuk bangga dengan keanekaragaman hayati Indonesia. Tidak hanya bangga, tapi bagaimana kita bisa terlibat agar tidak menjadi sebuah cerita pengantar tidur saja nantinya.

Salah satu peserta diskusi bertanya, bagaimana bayi orangutan bisa terkena peluru senapan angin. Salah satu tim APE Crusader yang menangani bayi orangutan ini pun berbagi pengalaman. “Pusar bayi orangutan terlihat baru mengering. Mungkin baru 2 minggu umurnya. Dia terlihat sangat lemah. Saat kami menggendongnya, hanya lirih tangisan yang terdengar. Setiap kali posisi berubah, dia menjerit kesakitan. Kami memanggilnya bayi Paskhas.”, cerita Satria Wardhana. Selang dua hari kemudian, diketahui, ada peluru senapan angin bersarang di punggungnya. “Saat kami mengecek kondisi fisiknya, terdapat luka hampir kering di punggungnya. Ternyata benar dugaan kami, itu peluru senapan angin.”, tambah Satria lagi.

Tak hanya cerita dari garis depan perlindungan orangutan. Aksi demo orangufriends hingga pengalaman menegangkan orangufriends ikut menangani kasus perdagangan satwa ilegal tak kalah serunya. “Itu pengalaman pertama kalinya, dan bikin ketagihan.” ujar orangufriends. Orangufriends adalah kelompok pendukung Centre for Orangutan Protection. COP banyak terbantu dengan keikutsertaan orangufriends yang aktif ini.

Berdialog dan berdiskusi tentang konservasi tidak harus dilakukan di ruang seminar atau kuliah tamu dengan serius. Dimana pun, kapan pun, anak muda bisa bicara lingkungan sambil menikmati segelas kopi Tolu Batak panas. Seperti kata Sinergi Coffee, “Kami percaya kopi mampu menyinergikan apapun.”. (DAN)

OWI DAN FOLLOWER SETIANYA

Kamu punya pengikut? Sejauh apa pengikut mu mengikutimu. Orangutan Owi, kecil dan berada di pedalaman sana punya fans loh.

Hal ini terlihat saat di luar kandang atau di sekolah hutan. Jika Owi memanjat pohon, kedua bayi lainnya akan ikut memanjat. Jika Owi memutuskan bermain di lantai hutan, kedua bayi orangutan itu ya hanya bermain di bawah juga. Lucu dan cukup menghibur bagi para animal keeper yang mengawasi mereka. Ternyata orangutan pun seperti kita, manusia.

Ada pohon yang sangat disukai Owi. Owi sangat suka bermain di pohon yang tinggi dan memiliki akar gantung dimana Owi bisa bergelantungan dan berayun. Tentu saja, tingkahnya ini diikuti kedua bayi yang lain. “Owi punya follower setia!”, ujar Danel sambil tertawa.

Selain kedua bayi itu, aku pun pengikut setianya. Bagaimana tidak, sempat Owi hilang dari pandangan saja, kami semua sudah kalang kabut mencarinya. Memastikan dia baik-baik saja, tambah Danel dengan serius. Ya, tugas animal keeper yang saat itu ikut sekolah hutan adalah memastikan orangutan yang berada di sekolah hutan baik dan terpantau. Buku catatan pun tak lepas dari mereka. Isinya, tentu saja tentang perilaku orangutan yang menjadi tanggung jawabnya hari itu.

Siapakah follower nya? Betul… mereka adalah Bonti dan Happi. Ketiga bayi ini pun bermain di sekolah hutan, dengan pengawasan para animal keeper. (DANEL_COPBorneo)

PERJUANGAN MENYELAMATKAN ORANGUTAN SENO

“Ada orangutan besar sedang makan bibit sawit muda.”, begitu laporan yang masuk ke BKSDA SKW 1 Berau. APE Guardian pun bersiap-siap untuk menuju lokasi. Peralatan medis, jaring, tulup, senapan bius, dart, logistik, kandang sudah siap di mobil. Siang itu, tim berangkat.

Empat jam mengendarai akhirnya tim tiba di simpang desa Batu Redi, Kalimantan Timur. Dua jam mengejar, tim pun bertemu dengan orangutan yang dimaksud. “Kami membiusnya dengan tulup. Medan yang tidak rata yang benar-benar menguras tenaga kami. Naik turun bukit harus kami lalui sambil menggendong orangutan seberat 80 kg.”, ujar drh. Ryan Winardi.

Sungguh menyedihkan, orangutan terpaksa memakan bibit sawit. Kehilangan habitat adalah penyebab orangutan terpaksa memakan tanaman yang bukan pakannya. Hutan hilang berganti perkebunan kelapa sawit, sungai pun mengering menyebabkan orangutan terpaksa bertahan hidup.

Kami memanggilnya dengan Seno. Nama yang sama dengan kepala seksi BKSDA SKW 1 Berau, pak Aganto Seno. Teperosok di tanah yang gembur berulang kali, atau tersandung batang pohon menyulitkan tim bergerak. Sementara hari sudah mulai gelap. “Semangat-semangat. Ayo gantian gendong orangutannya. Keburu siuman.”, ucap Aganto Seno, sambil terengah-engah dengan keringat bercucuran.

Besok paginya, 9 April 2017 tim berangkat ke hutan lindung Wehea untuk melepaskan orangutan Seno. Pintu kandang dibuka Aganto Seno. Tak menunggu lama, orangutan Seno pun segera keluar dan meraih pohon terdekat untuk dipanjatnya. Kepala seksi BKSDA SKW 1 Berau ini pun terlihat haru. “Lelahnya menyelamatkan Seno hilang, bersamaan dengan hilangnya Seno dirimbunnya pepohonan.”

DUA TAHUN COP BORNEO

COP Borneo adalah pusat rehabilitasi orangutan yang dikelola oleh Centre for Orangutan Protection. Pusat rehabilitasi ini adalah pusat rehabilitasi orangutan satu-satunya yang diinisiasi dan dikelolah oleh putra-putri Indonesia. Keterlibatan para pendukung orangutan yang tergabung di orangufriends ikut mewarnai proses pembangunannya. Mereka bekerja secara sukarela untuk mewujudkan mimpi mengembalikan orangutan ke habitat aslinya.

Memasuki tahun keduanya secara formal, COP Borneo berharap semakin mendapat dukungan dari Warga Negara Indonesia. “Kita harus bangga dengan capaian ini.”, ujar Reza Dwi Kurniawan, kapten APE Defender COP.

Tujuh orangutan yang berada di pulau orangutan (University Island) sedang menjalani proses pra rilis. Pulau ini membatasi kontak manusia dengan orangutan. Dapat dipastikan, orangutan tidak pernah bersentuhan dengan manusia lagi. Ini adalah proses akhir sebelum orangutan dilepasliarkan ke habitatnya. “Kami berharap tahun ini bisa mengembalikan mereka ke habitatnya.”, tambah Reza, yang bertanggung jawab pada pusat rehabilitasi ini.

Ada empat bayi orangutan yang berusia kurang dari dua tahun masih dalam perawatan intensif. Dua orangutan yang terkena hepatitis yang membutuhkan santuary sebagai tempat dia menjalani sisa hidupnya. Dan tujuh orangutan lagi yang membutuhkan bantuan untuk bisa ke tahap rehabilitasi lebih lanjut. Semua itu membutuhkan dukungan penuh.

Terimakasih telah mempercayakan dukunganmu pada COP Borneo. Semoga tahun ini adalah tahun kebebasan bagi orangutan yang ada di COP Borneo.

 

UNYIL BERTAHAN DI PULAU PRA RILIS

Sudah enam bulan Unyil berada di pulau orangutan COP Borneo. Masih ingat Unyilkan? Unyil adalah orangutan yang diselamatkan APE Defender bersama BKSDA Kaltim dua tahun yang lalu (April 2015). Unyil yang sehari-hari hidup di dalam toilet akhirnya mendapatkan kesempatan keduanya.

Dua tahun yang lalu Unyil terlihat tidak percaya diri. Udara lembab yang di toilet yang menjadi tempat tinggalnya membuat kulitnya terkena penyakit kulit. Rambutnya sendiri waktu itu direbonding sang pemelihara. “Kami yang mengambilnya sempat berpikir, kenapa dengan rambutnya.”, ujar Paulinus mengingat kejadian Unyil saat pertama kali ditemukannya. Sekali pun yang memeliharanya sangat menyayanginya, bahkan sempat merayakan ulang tahun Unyil selayaknya anak sendiri, itu bukanlah hal yang benar. Orangutan adalah satwa liar. Bahkan satwa liar yang dilindungi oleh hukum di Indonesia.

Selama dua tahun di COP Borneo, Unyil dipaksa untuk mengasah kembali sifat liarnya. Memanjat adalah kemampuan yang harus dia tunjukkan, selain membuat sarang dan mencari makanan di sekolah hutan sendiri.

Sekolah hutan pun dia lalui, hingga akhirnya dia dipindahkan ke pulau orangutan COP Borneo. Suatu Pulau yang dihuni tujuh orangutan lainnya. Ketujuh orangutan ini adalah orangutan jantan yang dipersiapkan untuk dilepasliarkan kembali ke habitatnya.

Proses rehabilitasi adalah suatu perjalanan yang panjang dengan biaya yang tidak sedikit. Jika kamu menyukai orangutan dan satwa liar lainnya, biarkan dia hidup di habitatnya. Jika kamu mengetahui orangutan yang dipelihara seseorang segera hubungi info@orangutanprotection.com

LAGI ORANGUTAN DITRANSLOKASI DARI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Konflik orangutan dengan manusia kembali terjadi di Batu Redi, kecamatan Telen, kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Satu individu orangutan jantan dewasa masuk ke kebun sawit warga. Laporan masuk ke BKSDA SKW I Berau dan ditindaklanjuti secara bersama untuk menghindari hal buruk pada orangutan tersebut.

Tim BKSDA SKW I Berau dibantu Centre for Orangutan Protection (COP) dan Prufauna Indonesia melakukan pemantauan lokasi yang sudah tidak berhutan dengan vegetasi tumbuhan sawit umur tanam sekitar 100 hari pada tanggal 9 April 2017. Dan pada sore hari menemukan orangutan jantan tersebut dengan usia sekitar 20-25 tahun sedang berada di tengah kebun sawit. Tim medis dari COP melakukan pembiusan untuk melakukan pengamanan dan penangkapan orangutan tersebut untuk ditranslokasi ke tempat yang lebih aman.

“Tim mentranslokasi satu orangutan jantan dewasa yang masuk ke kebun warga. Di sekitaran lokasi ditemukan orangutan tersebut adalah kawasan yang sudah terkonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Orangutan makan tanaman sawit dan warga melaporkan hal ini kepada perangkat desa Nehas Slabing. Tim melakukan penanganan dan pengamanan satwa dilindungi tersebut.”, Paulinus Kristanto, Koordinator APE Guardian dari COP.

Orangutan tersebut ditangkap dengan metode pembiusan dan dilakukan pemeriksaan oleh tim medis APE Guardian. Atas arahan dari BKSDA SKW I Berau, orangutan yang masih liar tersebut ditranslokasikan ke lokasi yang dirasa aman di Hutan Lindung Wehea, kecamatan Muara Wahau, kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

“Kondisi orangutan tersebut baik dan stabil paska dilakukan pembiusan dan dibawa dengan kandang angkut menuju ke Hutan Lindung Wehea guna proses translokasi. Pemindahan ini dilakukan karena orangutan tersebut adalah liar dan secara fisik kondisi baik dan sehat serta layak untuk secara langsung dilepasliarkan kembali.”, drh. Rian Winardi, tim dokter hewan APE Guardian COP.

Konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit menghimpit habitat orangutan dan konflik orangutan masuk area perkebunan menjadi hal yang jamak terjadi. Belum lagi ketika melakukan evakuasi bayi orangutan yang induknya sudah mati terbunuh akibat dampak dari konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Lokasi ditemukan orangutan ini merupakan habitat orangutan dan satwa liar lainnya, dimana pada tahun 2016, Centre for Orangutan Protection mendapatkan perjumpaan orangutan, owa kalimantan dan juga sarang orangutan yang tak jauh dari lokasi ditemukannya orangutan tersebut.

“Hutan di Kalimantan Timur banyak terkonversi menjadi area perkebunan kelapa sawit dan ini berdampak langsung terhadap orangutan dan satwa liar lainnya. Hutan yang menjadi habitat tergusur dan beralih fungsimenjadi area perkebunan. Hal ini tidak hanya akan membuat meningginya tingkat konflik manusia dan satwa liar, namun juga upaya rehabilitasi yang membutuhkan area pelepasliaran juga semakin terhimpit. Jika ini terus berjalan tentunya upaya perlindungan orangutan dan habitatnya juga semakin berat karena konversi hutan yang terus menerus terjadi.”, Paulinus Kristianto, koordinator COP Kalimantan Timur.

Untuk informasi dan wawancara:

Paulinus Kristanto, Koordinator COP Kalimantan Timur

P: 082152828404

E: linus@orangutan.id

Ramadhani, Manager Komunikasi COP

P: 081349271904

E: dhani@orangutan.id

WORKSHOP DOKUMENTASI FOTO DAN VIDEO DI B2P2EHD

“Ternyata para peneliti sulit untuk berbohong.”, demikianlah kesimpulan dari ice breaking “3 Fakta, 1 Bohong” dalam Workshop pembuatan film dokumenter hasil Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa (B2P2EHD), Seksi KHDTK, Kerjasama dan Pengembangan (KKP) B2P2EHD di Samarinda, Kalimantan Timur pada 4-5 April 2017. Suasana pun menjadi lebih rileks, mengawali hari untuk memulai pelatihan yang berbeda sekali dengan bidang studi para peneliti.

Dari kelas pembuatan film, para peneliti diajak untuk memikirkan sarana apa yang ingin digunakan untuk mempublikasikan hasil penelitian. Sarana yang dipilih, tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Pemilihan sarana berkaitan erat dengan durasi film yang akan dibuat. Bagaimana membuat hasil penelitian ini menjadi populer di kalangan awam, agar hasil penelitian dapat dimanfaatkan khalayak luas adalah proses akhir yang ingin dicapai pelatihan ini.

Dokumentasi berupa foto dan video adalah karya seni yang melalui proses. Pada pelatihan ini, memaksimalkan kemampuan handphone untuk melakukan scan pada obyek seperti daun menjadi sebuah perpustakaan digital diharapkan bisa mempermudah pekerjaan para peneliti kedepannya.

“Semoga transfer ilmu dari hasil kerjasama antara B2P2EHD dan COP ini memberikan peningkatan kemampuan para peneliti dan teknisi B2P2EHD, sehingga hasil litbang serta kegiatan kantor terdokumentasi dengan baik dalam bentuk foto maupun film.”, ujar Khuswantoro mewakili Kepala B2P2EHD menutup workshop fotografi dan film lingkup B2P2EHD. (YUN)

OKI WITH HIS STYLE

In the very first glance, we could easily identify him. Yes, he is Oki. The orangutan male that keep growing bigger and stronger each day, he is very recognizable. “We prefer to go away when he gets closer, he’s quite scary,” said the animal keeper that delivered the food in orangutan island COP Borneo.
That’s why people love baby orangutans and would love to keep them as pet illegally, but when they grow up, their body grow bigger and the wild nature start to show. The owner that once think they are cute start to call around to give up their pet. Whatever the reason, do not ever keep wild animals as pet!
Should you have any information of endangered wild animals being kept as pet, please contact us!
info@orangutanprotecion.com
Help us sending wild animals back to their home http://www.orangutan.id/what-you-can-do/
Sekilas saja, kita akan langsung mengenalinya. Ya, dia adalah Oki. Si Jantan yang semakin besar dan kuat ini memiliki ciri khas sendiri. “Kami mendingan menjauh jika dia mulai mendekat, seram pastinya.”, ujar animal keeper yang mengantar pakan orangutan untuk pulau orangutan di COP Borneo.
Itu sebabnya, ketika orangutan masih dalam kondisi bayi, masih banyak orang yang memelihara secara ilegal. Namun seiring waktu, tubuhnya akan semakin besar dan sifat liarnya muncul, pemelihara yang dulunya menganggap orangutan lucu mulai menghubungi untuk menyerahkan orangutan yang dipeliharanya. Apapun alasannya saat kecil memelihara satwa liar, jangan pernah pelihara satwa liar!
Hubungi kami jika mengetahui keberadaan satwa liar yang dilindungi dipelihara!
info@orangutanprotection.com
Bantu kami untuk mengembalikan satwa liar ke habitatnya http://www.orangutan.id/what-you-can-do/

MENYELAMATKAN ORANGUTAN ITU PILIHAN

Aganto Seno pun akhirnya bercerita tentang menyelamatkan orangutan yang terjebak di derasnya air terjun Gorilla, Kalimantan Timur. Sepanjang dia bertugas di Kalimantan Timur sebagai koordinator BKSDA SKW I Berau, mungkin ini adalah moment yang tak akan pernah dia lupakan.

Ini adalah hari ke-5 saya berada di lapangan dengan Centre for Orangutan Protection. Sebuah organisasi yang berisi anak-anak muda yang gila kerja dan tak kenal takut. Rencananya, kami akan survei sarang orangutan yang ada di jalur camp Lejak ke air terjun Gorilla yang berada di Hutan Lindung Sungai Lesan.”, cerita Aganto.

Suara air terjun semakin terdengar. Sudah mau sampai sepertinya. Melihat dari atas aliran sungai sembari mengambil nafas dan istirahat. Batu yang di tengah sungai menjadi tempat yang enak sambil berendam sepertinya. Sambil tertegun, menajamkan penglihatan, memperhatikan batu di tengah sungai, sepertinya ada orangutan di batu itu. Sedang berendam? Pasti segar… di tengah hari yang panas ini. Orangutan tak berenang. Lalu???

Segera tersadar, orangutan ini membutuhkan bantuan. Dia terlihat semakin lemah. Mengangkat tangannya, berusaha melalui arus yang deras namun kembali lagi berpegangan pada batu, karena terhanyut. Segera mereka mendekati bibir sungai… bagaimana cara menolong orangutan ini?

Terselip rasa takut, orangutan ini cukup besar. Tapi sepertinya sudah kelelahan, bertahan diderasnya air terjun gorilla. “Ranting-ranting… biar dia bisa berpegangan menyeberang… kita tahan dari ujung ke ujung.”, ujar Sam. “Tak cukup kuat, perlu batang pohon yang lebih besar.”, ujarku. Sam pun mengambil batang pohon yang agar besar dan membawanya ke tengah sungai. Tapi apa daya, tiba-tiba Sam hilang ditelan sungai… hanyut dan segera berbalik arah. “Sam… kamu baik-baik saja?”, tanyaku lagi. Menyelamatkan orangutan ini adalah pilihan. Harus dengan strategi.

Setelah beberapa kali percobaan, sampai-sampai, orangutan pun menolak dengan ranting kecil karena memang tak cukup kuat untuk dia menyeberang. Akhirnya, orangutan ini pun menyeberang sungai dengan batang pohon yang kami pegangin dari ujung ke ujung. Orangutan pun meraih pohon terdekat di pinggir sungai, memanjatnya dengan perlahan karena tenaganya yang terkuras. Berhenti sejenak… memandang kami… dan lanjut memanjat lagi.

Masih tertegun dengan apa yang baru saja terjadi. Bahagia bisa menyelamatkannya. Hari ini, tidak akan pernah terlupakan.